BAB I PENDAHULUAN. demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

IMPLEMENTASI METODE MAKE A MATCH DALAM PENDEKATAN SAINTIFIKMATA PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS IV SDN KEBONSARI 01 JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,

BAB I PENDAHULUAN. moral akan mempengaruhi masa depan bangsa. 1. lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH: ULFIANA AZIZI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. baru yaitu kurikulum 2013 secara bertahap. SMP Bhakti Praja Pangkah adalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam. siswa secara umum belum sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia yang serba modern dan kehidupan yang semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Nasional

PENERAPAN MODEL SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA JURNAL. Oleh ISNAINI FITRAH SARI SULISTIASIH A. SUDIRMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

3) Hasil pembelajaran yang menyangkut efektivitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

globalisasi telah mengakibatkan dekadensi moral yang demikian hebat (Aziz. terlarang semakin dekat dengan kehidupan manusia dewasa ini.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian siswa serta menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu mata pelajaran yang di pelajari di sekolah dasar adalah

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Implementasinya berkait erat dengan lembaga, pendidik,

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK)

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia. Kant

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, AND REPETITION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DI SMP PUSTEK SERPONG

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral. 1 Allah SWT berfirman yang berbunyi:... Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang lakilaki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.(q.s al-hujaraat:11) Dari ayat di atas diketahui bahwa mengolok-olokkan, mengejek, dan memandang rendah orang lain adalah sesuatu yang dilarang. Mengolokolokkan, mengejek, dan memandang rendah orang lain terjadi karena merasa bahwa dirinya serba lengkap, serba cukup, dan serba tinggi padahal merekalah yang serba kekurangan. Segala manusia pun harus mengerti bahwa 1 Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.38 1

2 dalam dirinya sendiri terdapat segala macam kekurangan, kealpaan, dan kesalahan. 2 Olokan, ejekan, dan memandang orang rendah dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki akhlak dan moral yang kurang baik dan orang yang kurang memahami tentang berbagai keberagaman yang ada di dalam suatu masyarakat. Maka dari itu diperlukan suatu pendidikan yang bisa memberikan pengetahuan akan hal tersebut. Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusian Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun. 3 Dalam hal ini pembelajaran PKn sangatlah dibutuhkan karena pembelajaran PKn tidak hanya memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja tetapi juga afektif maupun psikomotor kepada siswa. Sehingga dengan pembelajaran Pkn dapat terciptanya suatu masyarakat yang paham akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang mempunyai sikap yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan juga membekali siswa untuk bisa bersaing secara global serta dapat membekali peserta didik dengan 2 Hamka, Tafsir al-azhar, (Jakarta: Gema Insani, 2015), Cet. ke-1, h. 425-426 3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 227

3 berbagai keterampilan. Maka dari itu pembelajaran PKn perlu diajarkan sedini mungkin. Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SLDB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 4 Berdasarkan hasil observasi selama masa praktek pengalaman lapangan, pembelajaran PKn yang berlangsung di MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Pariaman masih monoton, hal ini terlihat dari kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Selain itu siswa berisik dan kurang bisa mengerjakan soal apabila sendiri. Siswa juga menganggap pembelajaran PKn adalah pelajaran yang membosankan karena bersifat hafalan. Sarana dan prasarana yang digunakan juga masih kurang lengkap, seperti kurang tersedianya buku pembelajaran yang menunjang siswa untuk belajar. Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan wali kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yaitu ibu Herawati, S.Pd.SD di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman didapat informasi bahwa dalam pembelajaran PKn siswa kurang termotivasi untuk memahami 4 Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.7

4 materi yang diajarkan sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan dan menjadikan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan, ini terlihat dari hasil ujian tengah semester (MID) semester satu, dari sebanyak 14 jumlah siswa yang ada di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 4 orang dan 10 orang lagi masih mendapatkan nilai di bawah KKM dimana KKM yang ditentukan adalah 75. Dari 14 siswa nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 60. Tabel 1.1 Presentase Ketuntasann Ujian MID Semester I Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn Pada Tahun Ajaran 2016/2017 Kelas Jumlah Siswa (Orang) Tuntas Tidak Tuntas Jumlah % Jumlah % V 14 4 28,6 10 71,4 Sumber: Wali kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kec. Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman Berdasarkan tabel di atas, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang bisa membuat siswa termotivasi dalam belajarnya sehingga bisa meningkatkan pemahamannya dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru dan pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif serta dapat memberikan pengaruh yang positif kepada siswa. Maka dari itu, untuk mengatasi hal ini dapat digunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang diharapkan dapat

5 menjadikan pembelajaran lebih aktif, menyenangkan, kreatif, dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berlangsung pada saat itu saja tetapi dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectually, Repetition. Auditory bermakna juga bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sedangkan Intellectually bermakna belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menemukan, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, atau kuis. 5 Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak pada repetisi yaitu 5 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 29

6 pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. 6 Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model AIR ini dapat mengaktifkan siswa dan dapat memberikan penngalaman bermakna karena model AIR adalah model yang memberikan siswa peluang untuk belajar di dalam kelompoknya, membahas suatu persoalan kemudian diprestasikan dan diakhri dengan sebuah kuis atau pemberian latihan. Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar PKn sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman. B. Identifikasi Masalah Dari latar masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Dalam belajar siswa berisik. 2. Siswa kurang bisa mengerjakan soal kalau sendiri. 3. Monoton yang ditandai kurangnya interaksi antara guru dan siswa. 4. Siswa mengagap PKn adalah mata pelajaran yang membosankan karena bersifat hafalan. 168 6 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h.

7 5. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn di dalam kelas sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan. 6. Sarana dan prasarana yang ada masih kurang menunjang kegiatan belajar siswa. 7. Hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang memuaskan. C. Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). 2. Bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). 3. Hasil belajar siswa menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). D. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang perlu diteliti yaitu: 1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

8 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan penerapan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1. Mengetahui bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). 2. Mengetahui bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR). 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan penerapkan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. F. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Menambah pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition dan untuk meningkatkan motivasi siswa sehingga berpengaruh terhadap aktifitas belajar yang lebih aktif dan hasil belajar yang lebih tinggi. 2. Sebagai pedoman atau acuan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran dan sebagai masukkan bagi guru untuk memberikan

9 bantuan kepada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi (referensi) yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan penelitian ini peneliti lakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada fakultas tarbiyah dan seterusnya sebagai bukti bahwasannya peneliti telah melakukan perkuliahan dengan waktu tertentu. G. Penjelasan Judul Untuk memperoleh gambaran umum yang lebih jelas tentang apa yang dimaksud pada judul, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam mengartikan kata-kata yang terdapat di dalamnnya, maka peneliti akan menjelaskan satu persatu dari kata-kata tersebut, yaitu: 1. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. 7 2. Pembelajaran PKn PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan 7 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 29

10 pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral. 8 3. Kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Merupakan salah satu kelas di MIN Gadur yang menjadi objek penelitian. MIN Gadur sendiri adalah madrasah ibtidaiyah Negeri yang terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yang menjadi tempat penelitian. Berdasarkan penjelasan masing-masing istilah di atas, maka maksud dari judul skripsi adalah bagaimana bentuk perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada mata pelajaran PKn di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman. 8 Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.38