BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial, dan higienis bagi penderitanya (Martin & Frey, 2005). Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang sangat sering terjadi pada wanita terutama usia lanjut, namun secara keseluruhan inkontinensia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua. Inkontinensia urin juga jarang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga karena dianggap sesuatu yang biasa, malui atau tabu untuk diceritakan pada orang lain maupun pada dokter, dianggap sesuatu yang wajar tidak perlu diobati. Inkontinensia urin sendiri bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala yang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat menurunkan kualitas hidup (Soetojo, 2009). Menurut Depkes (2008), secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran fisik dan mental. Kemunduran fisik salah satunya mengakibatkan terjadinya inkontinensia urin. Inkontinensia urin sering kali menyebabkan keluarga frustasi, bukan depresi. Bau yang tidak sedap dan perasaan kotor, tentu akan menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Hal ini dapat menyebabkan kualitas hidup dan kualitas tidur terganggu. Prevalensi inkontinensia urin pada wanita di dunia berkisar antara 10-58%. Menurut Asia Pasific Continence Advisor Board (APCAB) menetapkan prevalensi inkontinensia urin pada wanita asia adalah 14,6% sedangkan wanita indonesia 5,8%. Prevalensi pada pria Asia menurut APCAB sekitar 6,8% sedangkan pada pria Indonesia 5%.
Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 penderita, prevalensi inkontinensia urin pada pria 3,02% sedangkan pada wanita 6,79%. Survey ini menunjukkan bahwa prevalensi inkontinensia urin pada wanita lebih tinggi daripada pria (Soetojo, 2009). Di Indonesia data tentang lansia dengan masalah inkontinensia urin belum ada, sehingga prevalensi pasti tentang hal tersebut tidak diketahui. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya laporan dari lansia tentang masalah ini sehingga petugas kesehatan tidak menyadari adanya masalah ini. Inkontinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien ataupun keluarganya, hal ini mungkin karena adanya anggapan bahwa masalah tersebut merupakan hal yang sangat memalukan atau tabu untuk diceritakan. Pihak kesehatan, baik dokter maupun tenaga medis yang lain juga terkadang tidak mamahami penatalaksanaan pasien dengan inkontinensia urin dengan baik. Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan pada usia lanjut yang dapat diselesaikan (Setiadi & Pramantara, 2007 dalam Fernandes, 2010). Inkontinensia urin mempunyai dampak medik, psikososial, dan ekonomik. Dampak medik dari inkontinensia urin antara lain dikaitkan dengan infeksi saluran kemih, urosepsis, gagal ginjal. Dampak psikososial dari inkontinensia urin adalah kehilangan percaya diri, depresi, menurunnya aktifitas sosial dan pembatasan aktifitas sosial (Darmojo & Hadi Martono, 2010). Penelitian Markluend (2009) terhadap 239 orang yang mengalami LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms), hampir 50% mengalami gangguan tidur dan semua orang yang mengalami LUTS, kualitas hidup mereka terganggu. White (2013) juga melakukan penelitian terhadap 6084 lansia Amerika yang tidak menderita kanker dan mengalami inkontinensia urin didapatkan hasil 36% kualitas hidup lansia Amerika terganggu.
Inkontinensia urin juga bisa menyebabkan kualitas tidur lansia terganggu. Kualitas tidur menurun pada lansia yang mengalami inkontinensia urin disebabkan karena banyak faktor. Misalnya lingkungan tidur dan sering terbangun pada malam hari yang disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat inkontinensia urin. Selian itu stres juga dapat mempengaruhi kualitas tidur yang disebabkan oleh lansia tersebut sering memikirkan keadaannya yang mengalami inkontinensia urin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati dari sampel 97 responden lansia di Balai Rehabilitasi Sosial MANDIRI Semarang, didapatkan bahwa lansia yang memiliki kualitas tidur baik ada 29 responden (29,9%), 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk. Apabila kualitas tidur dan kualitas hidup seseorang bermasalah maka dapat mengganggu kesehatan dari seseorang tersebut khususnya lansia. Masalah kesehatan yang ditimbulkan kualitas tidur dan kualitas hidup terganggu tidak hanya pada lansia saja tetapi juga dapat menyerang semua umur. Masalah kesehatan yang timbul bisa dari yang ringan sampai yang berat. Kualitas tidur yang menurun dapat mengakibatkan kurang konsentrasi, mudah marah, dan sulit untuk mengambil keputusan. Kualitas hidup yang menurun dapat mengakibatkan kesehatan mental menurun, fungsi sosial terganggu, dan menurunnya kemampuan fungsional (aktivitas) (Wiramihardja, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap inkontinensia urin sebagai salah satu penyakit yang perlu ditangani karena selama ini inkontinensia urin dianggap penyakit yang wajar dialami oleh lansia dan hal yang tabu untuk diceritakan kepada dokter maupun petugas kesehatan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena inkontinensia urin yang selama ini dianggap tabu dan penyakit yang wajar yang dialami oleh lansia. Masyarakat tidak memperdulikan bahwa inkontinensia urin slaah satu
penyakit yang perlu dianggap penting. Karena apabila inkontinensia urin tidak ditangani dapat mengganggu kualitas hidup dan kualitas tidur. Tidak hanya itu saja tetapi juga bisa mengganggu kesehatan tubuh. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan inkontinensia urin terhadap kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial? B. Rumusan Masalah Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya. Hal ini sering terjadi pada lansia tetapi inkontinensia urin ini dapat terjadi pada semua golongan umur. Kualitas tidur dan kualitas hidup seseorang bisa menurun ketika mengalami inkontinensia urin. Kualitas tidur terganggu karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Pada lansia yang mengalami inkontinensia urin, misalnya tidak nyaman dengan tidurnya karena merasa basah, sering terbangun pada malam hari yang disebabkan oleh inkontinensia urin. Tidak hanya kualitas tidur yang terganggu tetapi juga kualitas hidup lansia tersebut juga terganggu, misalnya, dia merasa takut bersosialisasi dengan teman atau masyarakat karena dia merasa bau yang diakibatkan oleh inkontinensia urin. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini Hubungan inkontinensia urin terhadap kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden (jenis kelamin, umur, pendidikan, penyakit penyerta) b. Mendeskripsikan inkontinensia urin lansia di Unit Rehabilitasi Sosial c. Mendeskripsikan kualitas tidur lansia di Unit Rehabilitasi Sosial d. Mendeskripsikan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial e. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur f. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas hidup D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat khususnya Lansia Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat terutama lansia untuk menjaga kesehatannya secara baik untuk mengatasi inkontinensia urin 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberi tambahan informasi dalam memperluas ilmu pengetahuan terutama masyarakat yang mengalami masalah kesehatan tentang kualitas tidur dan kualitas hidup yang mengalami inkontinensia urin.
3. Bagi Fasilitas pelayanan kesehatan (Uresos) Bisa memberikan rekomendasi bagi panti lansia untuk menyusun kebijakan dalam menangani inkontinensia urin agar kualitas hidup dan kualitas tidur lansia meningkat. 4. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kualitas tidur dan kualitas hidup pada lansia yang mengalami inkontinensia urin. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah. F. Keaslian Penelitian No Nama peneliti/tahun 1 White, dkk (2013) Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Judul Metode Hasil Urinary Incontinence and health-related quality of life older americans with and without cancer 2 Helen (2009) Urinary Incontinence and health-related quality of life older americans with and without cancer 3 Fernandes (2010) Hubungan antara inkontinensia urin dengan derajat depresi pada wanita usia lanjut Rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah sosial, ekonomi, demografi, ras/etnis, status kesehatan, dan status fungsional. Metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data melalui quisioner Rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah inkontinensia urin dan derajat depresi. Populasi penelitian ini adalah lansia wanita di Panti Wreda Dharma Bakti dan Posyandu Lansia Binaan Puskesmas Manahan Surakarta berjumlah 73 orang. Ada hubungan antara inkontinensia urin dengan kualitas hidup lansia dengan kanker maupun tanpa kanker di lansia Amerika Terdapat hubungan antara tidur dan kualitas hidup dengan LUTS Ada hubungan yang bermakna antara inkontinensia urin dengan derajat depresi pada wanita usia lanjut
No Nama peneliti/tahun Judul Metode Hasil 4 Khasanah dan Hidayati (2012) Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial MANDIRI Semarang Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Sampel penelitian yaitu 97 responden di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang. Lansia yang memiliki kualitas tidur baik ada 29 responden (29,9%), 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk. 5 Mustofa dan Widyaningsih (2009) Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urin Pada Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan Time Series Design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami inkontinensia urin di Panti Wreda sebanyak 70 orang. Ada pengaruh secara signifikan (bermakna) antara latihan kegel dengan frekuensi inkontinensia urin. 6 Martono, Ragil Tri (2014) Inkontinensia Urin Terhadap Kualitas Tidur Dan Kualitas Hidup Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuatitatif. Sampel penelitian yaitu sebanyak 23 orang lansia di Unit Rehabilitasi Sosial. Ada hubungan antara inkontinensia urin dengan kualitas tidur dan kualitas hidup Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini ingin mengetahui tentang kualitas tidur dan kualitas hidup lansia yang mengalami inkontinensia urin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan deskriptif korelasi. Variabel pada penelitian ini ada tiga variabel yaitu kualitas tidur, kualitas hidup, dan inkontinensia urin. Pengumpulan data dengan kuesioner. Sampel pada penelitian yaitu lansia yang mengalami inkontinensia urin, tempat pada penelitian ini di Unit Rehabilitasi Sosial, Semarang.