Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

: ENDAH SRI WAHYUNI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

Overactive Bladder. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PREVALENSI DAN DAMPAK SOSIAL OVERACTIVE BLADDER

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN.

Etri Yanti, Meria Kontesa 1, Devi Syarief 2 STIKes Syedza Saintika Padang STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang ABSTRACT

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di suatu negara, di Indonesia ternyata masih tergolong tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

Pengaruh latihan Kegel Terhadap Frekuensi lnkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Wreda. Pucang Gading Semarang. Akhmad Mustofa, Wahyu Widyaningsih

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial, dan higienis bagi penderitanya (Martin & Frey, 2005). Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang sangat sering terjadi pada wanita terutama usia lanjut, namun secara keseluruhan inkontinensia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua. Inkontinensia urin juga jarang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga karena dianggap sesuatu yang biasa, malui atau tabu untuk diceritakan pada orang lain maupun pada dokter, dianggap sesuatu yang wajar tidak perlu diobati. Inkontinensia urin sendiri bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala yang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat menurunkan kualitas hidup (Soetojo, 2009). Menurut Depkes (2008), secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran fisik dan mental. Kemunduran fisik salah satunya mengakibatkan terjadinya inkontinensia urin. Inkontinensia urin sering kali menyebabkan keluarga frustasi, bukan depresi. Bau yang tidak sedap dan perasaan kotor, tentu akan menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Hal ini dapat menyebabkan kualitas hidup dan kualitas tidur terganggu. Prevalensi inkontinensia urin pada wanita di dunia berkisar antara 10-58%. Menurut Asia Pasific Continence Advisor Board (APCAB) menetapkan prevalensi inkontinensia urin pada wanita asia adalah 14,6% sedangkan wanita indonesia 5,8%. Prevalensi pada pria Asia menurut APCAB sekitar 6,8% sedangkan pada pria Indonesia 5%.

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 penderita, prevalensi inkontinensia urin pada pria 3,02% sedangkan pada wanita 6,79%. Survey ini menunjukkan bahwa prevalensi inkontinensia urin pada wanita lebih tinggi daripada pria (Soetojo, 2009). Di Indonesia data tentang lansia dengan masalah inkontinensia urin belum ada, sehingga prevalensi pasti tentang hal tersebut tidak diketahui. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya laporan dari lansia tentang masalah ini sehingga petugas kesehatan tidak menyadari adanya masalah ini. Inkontinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien ataupun keluarganya, hal ini mungkin karena adanya anggapan bahwa masalah tersebut merupakan hal yang sangat memalukan atau tabu untuk diceritakan. Pihak kesehatan, baik dokter maupun tenaga medis yang lain juga terkadang tidak mamahami penatalaksanaan pasien dengan inkontinensia urin dengan baik. Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan pada usia lanjut yang dapat diselesaikan (Setiadi & Pramantara, 2007 dalam Fernandes, 2010). Inkontinensia urin mempunyai dampak medik, psikososial, dan ekonomik. Dampak medik dari inkontinensia urin antara lain dikaitkan dengan infeksi saluran kemih, urosepsis, gagal ginjal. Dampak psikososial dari inkontinensia urin adalah kehilangan percaya diri, depresi, menurunnya aktifitas sosial dan pembatasan aktifitas sosial (Darmojo & Hadi Martono, 2010). Penelitian Markluend (2009) terhadap 239 orang yang mengalami LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms), hampir 50% mengalami gangguan tidur dan semua orang yang mengalami LUTS, kualitas hidup mereka terganggu. White (2013) juga melakukan penelitian terhadap 6084 lansia Amerika yang tidak menderita kanker dan mengalami inkontinensia urin didapatkan hasil 36% kualitas hidup lansia Amerika terganggu.

Inkontinensia urin juga bisa menyebabkan kualitas tidur lansia terganggu. Kualitas tidur menurun pada lansia yang mengalami inkontinensia urin disebabkan karena banyak faktor. Misalnya lingkungan tidur dan sering terbangun pada malam hari yang disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat inkontinensia urin. Selian itu stres juga dapat mempengaruhi kualitas tidur yang disebabkan oleh lansia tersebut sering memikirkan keadaannya yang mengalami inkontinensia urin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati dari sampel 97 responden lansia di Balai Rehabilitasi Sosial MANDIRI Semarang, didapatkan bahwa lansia yang memiliki kualitas tidur baik ada 29 responden (29,9%), 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk. Apabila kualitas tidur dan kualitas hidup seseorang bermasalah maka dapat mengganggu kesehatan dari seseorang tersebut khususnya lansia. Masalah kesehatan yang ditimbulkan kualitas tidur dan kualitas hidup terganggu tidak hanya pada lansia saja tetapi juga dapat menyerang semua umur. Masalah kesehatan yang timbul bisa dari yang ringan sampai yang berat. Kualitas tidur yang menurun dapat mengakibatkan kurang konsentrasi, mudah marah, dan sulit untuk mengambil keputusan. Kualitas hidup yang menurun dapat mengakibatkan kesehatan mental menurun, fungsi sosial terganggu, dan menurunnya kemampuan fungsional (aktivitas) (Wiramihardja, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap inkontinensia urin sebagai salah satu penyakit yang perlu ditangani karena selama ini inkontinensia urin dianggap penyakit yang wajar dialami oleh lansia dan hal yang tabu untuk diceritakan kepada dokter maupun petugas kesehatan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena inkontinensia urin yang selama ini dianggap tabu dan penyakit yang wajar yang dialami oleh lansia. Masyarakat tidak memperdulikan bahwa inkontinensia urin slaah satu

penyakit yang perlu dianggap penting. Karena apabila inkontinensia urin tidak ditangani dapat mengganggu kualitas hidup dan kualitas tidur. Tidak hanya itu saja tetapi juga bisa mengganggu kesehatan tubuh. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan inkontinensia urin terhadap kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial? B. Rumusan Masalah Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya. Hal ini sering terjadi pada lansia tetapi inkontinensia urin ini dapat terjadi pada semua golongan umur. Kualitas tidur dan kualitas hidup seseorang bisa menurun ketika mengalami inkontinensia urin. Kualitas tidur terganggu karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Pada lansia yang mengalami inkontinensia urin, misalnya tidak nyaman dengan tidurnya karena merasa basah, sering terbangun pada malam hari yang disebabkan oleh inkontinensia urin. Tidak hanya kualitas tidur yang terganggu tetapi juga kualitas hidup lansia tersebut juga terganggu, misalnya, dia merasa takut bersosialisasi dengan teman atau masyarakat karena dia merasa bau yang diakibatkan oleh inkontinensia urin. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini Hubungan inkontinensia urin terhadap kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur dan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden (jenis kelamin, umur, pendidikan, penyakit penyerta) b. Mendeskripsikan inkontinensia urin lansia di Unit Rehabilitasi Sosial c. Mendeskripsikan kualitas tidur lansia di Unit Rehabilitasi Sosial d. Mendeskripsikan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial e. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur f. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas hidup D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat khususnya Lansia Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat terutama lansia untuk menjaga kesehatannya secara baik untuk mengatasi inkontinensia urin 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberi tambahan informasi dalam memperluas ilmu pengetahuan terutama masyarakat yang mengalami masalah kesehatan tentang kualitas tidur dan kualitas hidup yang mengalami inkontinensia urin.

3. Bagi Fasilitas pelayanan kesehatan (Uresos) Bisa memberikan rekomendasi bagi panti lansia untuk menyusun kebijakan dalam menangani inkontinensia urin agar kualitas hidup dan kualitas tidur lansia meningkat. 4. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kualitas tidur dan kualitas hidup pada lansia yang mengalami inkontinensia urin. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah. F. Keaslian Penelitian No Nama peneliti/tahun 1 White, dkk (2013) Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Judul Metode Hasil Urinary Incontinence and health-related quality of life older americans with and without cancer 2 Helen (2009) Urinary Incontinence and health-related quality of life older americans with and without cancer 3 Fernandes (2010) Hubungan antara inkontinensia urin dengan derajat depresi pada wanita usia lanjut Rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah sosial, ekonomi, demografi, ras/etnis, status kesehatan, dan status fungsional. Metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data melalui quisioner Rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah inkontinensia urin dan derajat depresi. Populasi penelitian ini adalah lansia wanita di Panti Wreda Dharma Bakti dan Posyandu Lansia Binaan Puskesmas Manahan Surakarta berjumlah 73 orang. Ada hubungan antara inkontinensia urin dengan kualitas hidup lansia dengan kanker maupun tanpa kanker di lansia Amerika Terdapat hubungan antara tidur dan kualitas hidup dengan LUTS Ada hubungan yang bermakna antara inkontinensia urin dengan derajat depresi pada wanita usia lanjut

No Nama peneliti/tahun Judul Metode Hasil 4 Khasanah dan Hidayati (2012) Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial MANDIRI Semarang Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Sampel penelitian yaitu 97 responden di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang. Lansia yang memiliki kualitas tidur baik ada 29 responden (29,9%), 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk. 5 Mustofa dan Widyaningsih (2009) Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urin Pada Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan Time Series Design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami inkontinensia urin di Panti Wreda sebanyak 70 orang. Ada pengaruh secara signifikan (bermakna) antara latihan kegel dengan frekuensi inkontinensia urin. 6 Martono, Ragil Tri (2014) Inkontinensia Urin Terhadap Kualitas Tidur Dan Kualitas Hidup Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuatitatif. Sampel penelitian yaitu sebanyak 23 orang lansia di Unit Rehabilitasi Sosial. Ada hubungan antara inkontinensia urin dengan kualitas tidur dan kualitas hidup Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini ingin mengetahui tentang kualitas tidur dan kualitas hidup lansia yang mengalami inkontinensia urin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan deskriptif korelasi. Variabel pada penelitian ini ada tiga variabel yaitu kualitas tidur, kualitas hidup, dan inkontinensia urin. Pengumpulan data dengan kuesioner. Sampel pada penelitian yaitu lansia yang mengalami inkontinensia urin, tempat pada penelitian ini di Unit Rehabilitasi Sosial, Semarang.