BAB I PENDAHULUAN. akses kredit/pembiayaan. Infrastruktur ini mempertukarkan informasi kredit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mura>bah}ah merupakan produk finansial yang berbasis ba i atau jual beli.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa keuangan. Pada sejarah

PENDAHULUAN. orang-orang yang melanggar perintahnya, maka amal perbuatan mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk membantu kegiatan-kegiatan ekonomi. Bank dikenal

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam melayani kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat berperan sebagai intermediasi antara unit-unit ekonomi yang

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.03/2017

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I PENDAHULUAN. perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. 1 Investasi dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan kepada ajaran islam yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi. 2. Adanya tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya kajian dan publikasi prinsip-prinsip dan praktik-praktik mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat. Saat ini perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup secara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. strategis dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Islam juga. Salah satu konsep ajaran Islam dalam kegiatan muamalah yang dianjurkan

BAB VI SUDUT AKUNTANSI SYARI AH DALAM PENETAPAN MARGIN AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARI AH CABANG PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. paling penting, badan usaha diusahakan terus menerus memperoleh keuntungan

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 yang disusul dengan krisis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan. yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BABl PENDAHULUAN. Industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam. pembangunan nasional, salah satunya sebagai pengatur urat nadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Siamat Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2001, hlm. 22

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai sarana penghubung antara masyarakat pemilik. terus berpotensi semakin berkembang. Dalam kurun waktu antaratahun 1992

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Credit Reporting System merupakan salah satu infrastruktur penting dalam sistem keuangan di suatu negara dalam rangka menciptakan sistem keuangan yang sehat dan efisien serta meningkatkan kemudahan masyarakat untuk memperoleh akses kredit/pembiayaan. Infrastruktur ini mempertukarkan informasi kredit individu antar bank maupun lembaga lain di bidang keuangan untuk memperlancar proses penyediaan dana dan memperluas akses kredit. Melalui data kredit individu, bank dan lembaga lain di bidang keuangan dapat mengakses informasi mengenai kualitas kredit calon debiturnya sehingga menurunkan risiko kredit. 1 Credit Reporting System diperlukan oleh sebuah negara untuk memperoleh data transaksi perkreditan dan pembiayaan yang dilakukan secara tidak tunai. Islam mengajarkan untuk senantiasa mencatat segala transaksi yang bersifat tidak tunai agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan dan dapat menjadi bukti transaksi yang jelas. Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi : 1 POJK dan SEOJK Pelaporan dan Permintaan Informasi debitur melalui sistem layanan informasi keuangan hlm. 3

2 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur... 2 Indonesia merupakan negara dengan tingkat perkreditan dan pembiayaan yang cukup tinggi. Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad tingkat kemudahan mendapatkan kredit di Indonesia naik ke peringkat 62 dunia dari tahun lalu yang masih peringkat ke-70 dunia. 3 Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang membutuhkan dana dan meminjam dari lembaga keuangan atau 2 Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori Dan Praktik Kontemporer Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2016) hlm 164 3 https://www.jpnn.com/news/slik-ojk-gantikan-bi-checking diakses tanggal 7 Januari 2018 pukul 21.00 WITA

3 individu yang disebut dengan kreditor (creditor) yang menyediakan pinjaman. 4 Hal tersebut mengakibatkan banyak bermunculan lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang berlomba-lomba untuk menawarkan dan memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan dengan bunga atau margin yang murah. Sebelum memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan, bank atau lembaga keuangan biasanya akan mencari tahu kualitas kredit calon nasabahnya. Hal ini dilakukan agar bank atau lembaga keuangan dapat terhindar dari resiko kredit macet yang biasanya disebabkan oleh nasabah yang mempunyai riwayat kredit yang kurang baik. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem informasi yang dapat memberikan informasi mengenai calon debitur. Sistem Informasi dikembangkan untuk mendukung keseluruhan organisasi, eksekutif, dan area bisnis dan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum para manajer perusahaan. 5 Solusi mengenai kebutuhan data informasi calon debitur tersebut dapat dipecahkan melalui BI Checking atau biasa disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang bertugas sebagai otoritas moneter di Indonesia. Sistem Informasi Debitur (SID) yang dimiliki oleh BI adalah sistem informasi yang mengelola data perkreditan di Indonesia yang biasa digunakan oleh perbankan 4 Jeff Madura, Introduction To Business 4 th Edition, terj. Ali Akbar Yulianto dan Krista (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hlm. 23 5 Raymond McLeod Jr, George P.Schell, Management Information System, 10 th ed, terj. Ali Akbar Yulianto dan Afia R. Fitriani, (Jakarta: Salemba Empat, 2008) hlm. 94

4 sebagai media bertukar informasi debitur sebelum memutuskan untuk memberi fasilitas kredit atau pembiayaan. Namun Pada Kamis 27 April 2017 Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan aplikasi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang merupakan perluasan SID dan akan menggantikan peran SID. 6 OJK adalah lembaga yang menggantikan salah satu tugas BI yaitu dalam sektor pengawasan perbankan dan lembaga jasa keuangan. SLIK adalah sistem informasi yang juga digunakan oleh perbankan dan lembaga keuangan untuk bertukar informasi mengenai kualitas calon debitur tetapi SLIK mempunyai akses informasi yang lebih luas dan lebih dalam. SLIK diluncurkan agar OJK dapat memantau data perkreditan dan pembiayaan yang diberikan oleh perbankan dan lembaga keuangan kepada masyarakat, sehingga tugas OJK dalam mengawasi perbankan dan lembaga keuangan menjadi lebih fokus dan optimal. Baik SID maupun SLIK merupakan wujud implementasi dari Credit Reporting System yang telah dijelaskan diatas. Dalam Islam urusan bermuamalah telah diatur sedemikian rupa khususnya dalam hal pengelolaan harta dan utang piutang. Tidak sembarang orang yang bisa mengelola harta melainkan orang-orang yang berakal dan memiliki kemampuan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah melalui Q.S An-Nisa ayat 5: 6 Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Triwulanan Triwulan II-2016, hlm. 115

5 dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. 7 Dalam hal ini Allah swt memerintahkan untuk tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya atau belum memiliki kemampuan. Ayat ini berkaitan dengan SID dan SLIK yang merupakan sebuah sistem informasi yang dapat membantu mengelola data serta informasi mengenai dana (harta) yang diperoleh nasabah dari perkreditan atau pembiayaan. Sistem Informasi Debitur (SID) dari Bank Indonesia akan disempurnakan dan berpindah secara total menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan pada 1 Januari 2018. 8 Jadi OJK yang merupakan lembaga negara yang tergolong masih baru akan mengelola sistem informasi yang sangat besar yang dulunya dikelola oleh BI yang mana BI sebagai lembaga negara yang sudah sangat lama beroperasi masih memiliki kendala dalam pengelolaan sistem informasi data pembiayaan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam yaitu dalam bentuk skripsi yang berjudul KESIAPAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENAMPUNG PERPINDAHAN SISTEM INFORMASI DEBITUR (SID) BANK INDONESIA MENJADI SISTEM LAYANAN INFORMASI 7 Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hlm. 80 8 http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/pages/siaran-pers-perluas-sistem- Informasi-Debitur,-OJK-Luncurkan-Sistem-Layanan-Informasi-Keuangan-SLIK.aspx diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 20.07 WITA

6 KEUANGAN (SLIK) OTORITAS JASA KEUANGAN (STUDI PADA OJK REGIONAL 9 BANJARMASIN) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kesiapan Otoritas Jasa Keuangan dalam menampung migrasi SID BI menjadi SLIK OJK? 2. Apa perbedaan Sistem Informasi Debitur (SID) dan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK)? 3. Apa faktor-faktor yang menjadi penyebab migrasi Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan Otoritas Jasa Keuangan dalam menampung migrasi SID BI menjadi SLIK OJK. 2. Untuk mengetahui perbedaan Sistem Informasi Debitur (SID) dan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

7 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab migrasi Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan. D. Signifikasi Penelitian Peneliti berharap hasil dari penelitian ini berguna sebagai : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis pada khususnya pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui permasalahan mengenai kesiapan OJK dalam menampung perpindahan SID menjadi SLIK secara lebih mendalam. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih mendalam tentang masalah mengenai kesiapan OJK dalam menampung perpindahan SID menjadi SLIK dari sudut pandang yang berbeda. 3. Sebagai tambahan khazanah ilmu pengetahuan baik bagi perpustakaan UIN Antasari maupun perpustakaan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. E. Definisi Operasional 1. Kesiapan adalah bersedia dan berjaga-jaga (menghadapi sesuatu), mengatur segala sesuatu, sedia menghadapi segala kemungkinan. 9 Maksudnya adalah segala kesiapan yang dilakukan OJK dalam menampung migrasi SID menjadi SLIK. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisis 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hlm. 1059

8 2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Maksudnya OJK adalah tempat penelitian sekaligus pengelola dari SLIK. 3. Menampung adalah menadah sesuatu atau menerima dan mengumpulkan (barang-barang hasil dari suatu daerah, hasil-hasil yang berlebih, dsb) 10 Maksudnya adalah SID yang diterima oleh OJK dan diganti menjadi SLIK. 4. Perpindahan adalah berpindahnya sesuatu ke suatu tempat atau sesuatu menjadi sesuatu. 11 Maksudnya adalah perpindahan SID dari Bank Indonesia menjadi SLIK ke Otoritas Jasa Keuangan. 5. SID atau Sistem Informasi Debitur merupakan sebuah sistem yang mengelola data perkreditan dari lembaga keuangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia. 6. BI atau Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. 7. SLIK atau Sistem Layanan Informasi Keuangan adalah sistem informasi milik Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan perluasan Sistem Informasi Debitur (SID) dan dibangun sebagai sarana pertukaran informasi pembiayaan atau perkreditan antarlembaga di bidang keuangan. 10 Ibid, hlm. 1132 11 Ibid, hlm. 831

9 F. Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian ini, penyusun telah berusaha melakukan beberapa penelusuran terhadap karya-karya ilmiah lain yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Dan diantaranya adalah sebagai berikut: Penelitian oleh mahasiwa IAIN Antasari jurusan Perbankan Syariah M. Fauzan (1201160358) dengan judul Implikasi Sistem Informasi Debitur (SID) BI dalam pemberian pembiayaan modal kerja Bank Syariah (Studi pada bank Kalsel Syariah Cabang Banjarmasin). Perbedaannya adalah disini saudara Fauzan meneliti mengenai Implikasi Sistem Informasi Debitur (SID) BI dalam pemberian pembiayaan modal kerja Bank Syariah (Studi Pada Bank Kalsel Syariah Cabang Banjarmasin) sedangkan penulis melakukan penelitian mengenai kesiapan Otoritas Jasa Keuangan dalam menampung perpindahan SID BI menjadi SLIK OJK (studi pada OJK Regional 9 Banjarmasin) Penelitian oleh mahasiwa IAIN Antasari jurusan Perbankan Syariah M. Rahmat Syah (1201160366) dengan judul Kesiapan Bank Konvensional dan Syariah dalam menghadapi MEA 2015 di Banjarmasin. Perbedaannya adalah Saudara Rahmat Syah melakukan penelitian terhadap kesiapan bank konvensioanl dan syariah dalam menghadapi MEA 2015 di Banjarmasin sedangkan penulis melakukan penelitian mengenai kesiapan Otoritas Jasa Keuangan dalam menampung perpindahan SID BI menjadi SLIK OJK (studi pada OJK Regional 9 Banjarmasin)

10 Penelitian oleh mahasiwa IAIN Antasari jurusan Perbankan Syariah Lesti Yulia (1301160273) dengan judul Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan pengetahuan masyarakat Banjarmasin di sektor Lembaga Jasa Keuangan. Perbedaannya adalah Saudari Lesti Yulia melakukan penelitian mengenai peran OJK dalam memberikan pengetahuan masyarakat Banjarmasin di sektor Lembaga Jasa Keuangan sedangkan penulis melakukan penelitian mengenai kesiapan Otoritas Jasa Keuangan dalam menampung perpindahan SID BI menjadi SLIK OJK (studi pada OJK Regional 9 Banjarmasin) G. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut: Bab I pendahuluan merupakan bab yang akan menguraikan mengenai latar belakang masalah yang menjelaskan alasan memilih judul dan gambaran dari permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang sudah tergambar, dirumuskan dalam rumusan masalah, setelah itu disusun tujuan penelitian yang menerapkan hasil yang diinginkan. Signifikasi penelitian merupakan kegunaan hasil penelitian. definisi operasional untuk membatasi istilah-istilah dalam judul penelitian yang bermakna umum atau luas. Adapun sistematika penulisan yaitu susunan skripsi secara keseluruhan. Bab II merupakan bab yang berisi tentang landasan teori, memuat tinjauan teoritis berkaitan dengan persoalan yang akan dilakukan dalam penelitian.

11 Bab III merupakan metode penelitian, yang terdiri dari jenis dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, lalu data dan sumber data untuk mendapatkan hasil penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahap penelitian. Bab IV merupakan laporan penelitian dan penyajian data yang memuat hasil dan analisis data serta jawaban atas rumusan masalah. Bab V penutup, peneliti memberikan kesimpulan hasil penelitian dan dikemukakan juga beberapa saran yang perlu.