BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

HUBUNGAN ANTARA PUSAT KENDALI (LOCUS OF CONTROL) DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan adaptasi (Lazarus, 1969). Penyesuaian diri merupakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Salah satu masalah yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori belajar sosial (Effi, 1993). Di dalam teori belajar ini, Rotter mengemukakan tiga aspek utama yaitu perilaku potensial, harapan dan nilai penguat. Perilaku potensial dalam situasi situasi tertentu oleh harapan seseorang terhadap penguat yang akan menyertai perilaku itu dan nilai yang dimiliki (Effi, 1993). Menurut Rotter (dalam Nowicky, 1982) locus of control adalah keyakinan seseorang terhadap sumber sumber yang mengontrol kejadian kejadian dalam hidunya, yaitu apakah kejadian kejadian yang terjadi pada dirinya di kendalikan oleh lekuatan dari luar dirinya. Dalam konsep tersebut, Rotter menjelaskan bahwa seseorang akan mengembangkan suatu harapan kemampuannya untuk mengendalikan kejadian kejadian dalam hidunya. Dalam hal ini dibedakan antara locus of control internal dan eksternal. Seseorang yang memiliki keyakinan bahwa kehidupannya ditentukan oleh kesempatan, keberuntungan dan nasib dikatakan mempunyai locus of control ekstrenal (Smet, 1994). Lebih lanjut Rotter ( dalam Nowicky, 1982) mengatakan bahwa locus of control adalah anggapan seseorang tentang sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara usaha usaha yang telah dilakukan dengan akibat yang diterima. Jika seseorang merasakan adanya hubungan tersebut dikatakan mempunyai locus of control

8 internal, sementara orang yang mempunyai locus of control eksternal akan beranggapan bahwa akibat yang diterima berasal dari kesempatan, keberuntungan, nasib, atau campur tangan orang lain. Locus of control atau letak kendali merupakan salah satu aspek yang penting dalam karakteristik kepribadian manusia. Konsep ini pada awalnya diformulasikan oleh Julian Rotter pada tahun 1994, bahwa locus of control adalah persepsi individu mengenai sebab utama terjadinya suatu kejadian dalam hidupnya, dapat diartikan juga sebagai keyakinan individu mengenai kontrol dalam hidupnya, dimana dalam suatu kejadian individu yang satu menganggap keberhasilan yang telah dicapainya merupakan hasil usaha dan kemampuannya sendiri, sedangkan individu yang lain menganggap bahwa keberhasilan yang telah diperolehnya karena adanya keberuntungan semata. Locus of control dapat bersifat internal maupun eksternal. Zimbardo (1984) berpendapat bahwa hasil yang diperoleh oleh individu dipercaya dapat terjadi karena apa yang dikerjakan oleh individu itu sendiri disebut dengan locus of control internal, sedangkan locus of control eksternal cenderung untuk meyakini bahwa hasil yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh kekuatan dari luar dirinya. Locus of control dapat pula merupakan konsep kontinum dimensional terpadu dari derajat eksternal ke internal dan bukanlah sebuah tipologi. Kontinum dimensional locus of control bergerak dari derajat eksternal ke internal, dimana pemahaman locus of control eksternal mengarah pada keyakinan, bahwa perilaku, hasil atau kejadian tertentu disebabkan oleh nasib, keberuntungan serta ditentukan oleh kekuatan dari luar atau lainnya. Individu yang mempunyai locus of control eksternal cenderung menyimpulkan bahwa sesuatu yang terjadi pada dirinya karena adanya

9 kekuatan dari luar dirinya, sehingga individu tersebut tidak bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukannya. Individu tersebut cenderung untuk reaktif dan menolak situasi yang menekan dirinya (Gomez,1998), sehingga individu tersebut cenderung untuk terikat dengan pola perilaku maladaptif yang dapat mengarah pada kepuasan diri yang tidak mau dikaitkan antara perilaku dan pencapaian hasil. Pemahaman locus of control internal mengarah pada keyakinan bahwa ada konsekuensi hasil atas perbuatan diri sendiri. Individu percaya bahwa hasil baik yang diperoleh dan kegagalan yang diperoleh merupakan hasil dari perilakunya sendiri, sehingga ia percaya bahwa yang mengontrol berhasil tidaknya suatu tujuan adalah dirinya sendiri. Individu yang mempunyai locus of control internal biasanya proaktif dan prilakunya cenderung adaptif (Demellow & Imms, 1999). Locus of control pada hakekatnya dapat mempengaruhi individu dalam mengamati dan berinteraksi dengan lingkungannya. Individu yang diminta pendapatnya mengenai pencapaian hasil perilakunya akan menghubungakn antara locus of control yang dimiliki dengan proses kognitif yang terjadi. Locus of control berdasar pada apa yang diamati dan hal ini telah dimiliki selama masa anak anak dan cenderung berubah ke- arah eksternal daripada internal selama masa remaja dan dewasa. Orientasi locus of control selama masa remaja cenderung lebih internal daripada orang dewasa (Skinner et al, 1998). Secara lebih lanjut (Skinner et al) melaporkan bahwa individu yang memiliki locus of control internal lebih berhubungan dengan penalaran kognitif secara kongkrit. Dari peryataan di atas dapat disimpulkan bahwa locus of control adalah keyakinan seseorang mengenai sumber sumber yang mengontrol kejadian kejadian di dalam hidupnya. Sumber itu dibagi Rotter ke dalam dua bagian, yaitu internal, untuk mereka

10 yang meyakini bahwa setiap kejadian adalah berhubungan dengan tingkah lakunya, dan eksternal bagi mereka yang meyakini bahwa kejadian kejadian adalah disebabkan oleh faktor faktor di luar diri yang tidak dapat ia kuasai. 2. Ciri-ciri locus of control Locus of control terdiri dari dua macam internal dan eksternal, adapun cirri-cirinya sebagai berikut: a. Ciri -ciri locus of control internal sebagai berikut: 1. Merasa mampu untuk mengatur segala tindakan, perbuatan dan lingkungannya. 2. Rajin, ulet, mandiri dan tidak mudah terpengaruh begitu saja terhadap pengaruh dari luar. 3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kegagalannya 4. Lebih efektif dalam menyelesaikan tugas. 5. Memiliki kepercayaan tinggi akan kemampuan dirinya. b. Ciri-ciri locus of control eksternal sebagai berikut: 1. Lebih pasrah dan bersikap comfroming dengan lingkungan. 2. Merasa bahwa perbuatannya kecil berpengaruh terhadap kejadian yang akan dihadapi, baik untuk menjalani situasi yang tidak menyenangkan maupun dalam usaha untuk mencapai tujuan. 3. Kurang bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuat. 4. Kurang percaya diri terhadap kemampuannya 5 Cenderung mengandalkan pada orang lain

11 3. Karakteristik Locus of control Locus of control internal diyakini mempunyai dua karakteristik pokok yaitu motivasi prestesi tinggi dan independen. Locus of control internal lebih cenderung pada pengertian prestasi dan mempunyai toleransi terhadap penundaan hadiah serta cenderung merencanakan tujuan jangka panjang, sementara locus of control eksternal kurang memberikan arti mengenai tujuan kegagalan yang terjadi bagi individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal akan menyebabkan individu tersebut cenderung untuk melakukan evaluasi atas kinerjanya dan tidak terlalu mengarapkan keberhasilan, sedangkan individu yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal akan menaikan harapkannya. Berdasarkan atas uraian di atas maka jelaslah bahwa locus of control adalah bagaimana individu meyakini bahwa dirinya dapat mengontrol kejadian dalam hidupnya. Individu dapat memiliki locus of control internal yang tinggi dikarenakan hasil dari perilakunya dan tindakannya sendiri, mempunyai control diri yang lebih baik dan percaya bahwa usaha yang dilakukannya akan membuat dirinya berhasil, sehingga individu tersebut cenderung untuk aktif mencari informasi dan pengetahuan yang baru. B. Stabilitas Emosi 1. Pengertian Stabilitas emosi Tingkah laku manusia senantiasa dipengaruhi oleh keadaan emosi, pikiran dan pertimbangan akalnya (Morgan Instyari, 1995). Emosi memberikan warna dan semangat hidup, misalnya rasa senang dan rasa puas. Tetapi tidak jarang pula emosi menimbulkan gangguan dalam kehidupan manusia, seperti rasa marah, murung, dan apatis.

12 Kata emosi atau emotional berasal dari bahasa latin yang berarti to move out ( keluar ). Arti kata ini menunjukan pada suatu ekspresi keluarnya suatu dari dalam, dan merupakan salah satu aspek yang ada dalam emosi. Kata to move out, juga membawa pemikiran kepada aspek lain dari emosi, yaitu kualitas motivasional. Emosi memberikan kekuatan motivasi untuk mengarahkan perilaku individu. Emosi juga merupakan suatu pengalaman, yaitu sesuatu yang dapat dirasakan oleh setiap individu (Morgan, 1986). Webster (dalam Morgan, 1986) Ia mengemukakan bahwa emosi merupakan suatu gerak atau perubahan dari kondisi tenang dan normal pada individu, kepada suatu perasaan yang kuat dorongan terhadap munculnya, gerakan yang sifatnya lebih terbuka, yang beberapa di antaranya di gambarkan sebagai ketakutan, kemarahan, kengerian, duka cita, kegembiraan, terkejut dan belas kasihan, ditambahkan pula oleh Morgan (1986) bahwa ekspresi emosi ini melibatkan seluruh kepribadian individu, misalnya dengan adanya perubahan jasmani, tingkah laku motorik dan tingkah laku psikis. Menurut Albin dalam Brigid (1993) emosi adalah berbagai emosi yang muncul di sebut dengan berbagai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, dan cinta. Sebutan yang diberikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana individu itu berfikir mengenai perasaan itu dan bagaimana individu bertindak. Sedangkan menurut Patty, dkk (1982) emosi merupakan reaksi individu terhadap suatu perubahan pada situasi yang sekonyong konyong sehingga tidak dapat bertindak dengan suatu tujuan tertentu, reaksi tersebut berupa perasaan terkejut, takut, sedih, marah, gembira terhadap kejadian di luar individu. Crow dan Crow (Kasijan, 1984) emosi merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang

13 merupakn penggerak psikis dan fisik bagi individu, yang dapat dilihat melalui tingkah lakunya. Emosi juga meliputi keadaan yang merupakan sumber penggerak atau pembangkit semangat manusia untuk berbuat seseuatu, untuk mendapatkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan pada individu, di samping itu emosi juga memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagi individu yang bersifat dinamis. Gerungan (1991) bahwa stabilitas emosi atau kemantangan emosi adalah kematangan atau kematapan untuk mengintegrasikan keinginan, cita cita, kebutuhan atau perasaan ke dalam kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis. Di jelaskan pula oleh Hurlock (1991) bahwa kematangan emosi adalah individu mampu memiliki situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, pada emosi yang matang memberikan reaksi emosional yang stabil. Menurut Golmen (2000) emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap meluap. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi seseorang pada umumnya nampak jelas pada perubahan tingkah laku yang terjadi pada orang tersebut. Demikian juga halnya bagi remaja, gejala gejala yang nampak bila gangguan emosi ini terjadi sangat tergantung dari tingkat perkembangan remaja. Stabilitas emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang bila mendapat rangsang rangsang emosional dari luar tidak menunjukan gangguan emosional, seperti depresi dan kecemasan. Dengan kata lain, individu tersebut tetap dapat mengendalikan dirinya dengan baik (Morgan, 1986). Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa emosi merupakan perubahan pada individu dari kondisi tenang atau normal kepada suatu perasaan yang kuat, yang di

14 ekspresikan sebagai marah, takut, ngeri, gembira, terkejut dan lain lain. stabilitas emosi merupakan kemampuan seseorang untuk tetap dapat mengendalikan dirinya pada waktu ia mendapat rangsang rangsang dari luar, sehingga tidak menimbulkan gangguan emosional dan dirinya dalam keadaan tetap baik. 2. Aspek-Aspek stabilitas emosi Schneider (1964) mengemukakan bahwa stabilitas emosi didukung oleh kesehatan emosi serta penyesuaian emosi yang terdiri tiga aspek yaitu: a. Adekuasi emosi Aspek ini berhubungan dengan respon emosi, mempunyai sifat baik dan sehat, maka cara untuk memperoleh kesehatan emosi tidak dengan cara menahan atau menghilangkan reaksi emosi yang timbul. Sikap tenang dan dingin merupakan penyesuaian emosi yang baik. Tuntutan kehidupan membutuhkan reaksi emosi yang memadai atau edekuat yang isinya tidak menyulutkan dan tidak merusak penyesuaian personal, sosial, dan moral. b. Kematangan emosi Kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangan pribadi. Gilmer (1971) mengemukakan bahwa kematangan emosi tidak mempunyai batas umur, artinya kematangan emosi seeseorang tidak bisa dilihat. Gilmer mengemukakan indikator kematangan emosi seseorang dapat dilihat dari kemampuan untuk menyesuaiakan diri terhadap stres, tidak mudah khawatir atau cemas dan tidak mudah marah. Definisi tentang kemantangan emosi juga di kemukakan oleh Chaplin (1975) yaitu bahwa

15 kematangan emosi merupakan suatu keadaan tercapainya tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosi. c. kontrol emosi Kontrol emosi merupakan fase khusus dari kontrol diri yang sangat penting bagi tecapainya kematangan, penyesuaian dan kesehatan mental. Kontrol emosi ini meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu yang berhubungan dengan nilai nilai, cita cita serta prinsip. Indikasi kontrol emosi yang kurang baik dapat di lhat dari timbulnya kegagalan pada hal hal sebagai berikut. Pengaturan perasaan seksual, pembatasan kesenangan pada materi, penempatan moralitas di atas kesenangan sementara serta penghindaran diri sedikit dari stimulus yang menyulitkan individu yang mampu mengepresikan emosi secara tepat akan memperoleh kepuasan untuk mengarahkan energi emosi ke dalam aktivitas yang kreaktif dan produktif (Smith, 1955) Aspek di atas menjelaskan bahwa stabilitas emosi di dukung oleh kesehatan emosi serta penyesuaian emosi yang terdiri tiga aspek yaitu adekuasi emosi, kematangan emosi serta kontrol emosi. Apabila ketiga aspek tersebut berfungsi dengan baik dan sehat, berarti kesehatan emosi dan penyesuaian emosi juga berfungsi dengan baik, yang pada akhirnya akan mendukung dicapainya emosi yang stabil

16 C. Pengaruh locus of control terhadap stabilitas emosi pada penderita hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang melebihi batas normal dimana faktor penyebab belum di ketahui secara pasti, terdapat beberap faktor yang mempunyai prevalensi hipertensi, seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi dan riwayat hipertensi dalam keluarga (Sarwono, 1998). Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik meningkat hingga lebih dari 140 mm Hg dan tekanan darah diastolik meningkat lebih dari 90 mm Hg. Meningkatnya tekanan darah juga berdampak pada meningkatnya resiko terkena kardiovaskular, seperti serangan jantung atau stroke. Hipertensi yang ditimbulkan oleh keturunan dapat diturunkan secara genetik. Kebiasaan mengkonsumsi garam yang tinggi, makan berlebihan dan kegemukan, orang yang terlalu gemuk tekanan darahnya lebih tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja, untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar, dikarenakan banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak tinggi sehingga tekanan darah tinggi. Stres menjadi suatu resiko hipertensi, apabila kemarahan yang ditekan sehingga menjadikan seseorang tersebut menjadi stres. Pengaruh lain, antara lain: merokok, alkohol, obat-obatan, sebagai penyebab tingginya tekanan darah pada setiap orang yang mengidap hipertensi (Gunawan,2001) Hipertensi yang tidak di tangani dengan baik dapat mempengaruhi kognitif, mengalami masalah dalam pembelajaran, mengingat, atensi, berfikir abstrak, fleksibilitas mental dan kemampuan kognisi lainya. Masalah masalah ini tentu merupakan masalah yang signifikan bagi penderita hipertensi yang berusia produktif(http://www.psikologi hipertensi.com)

17 Orang orang yang memiliki locus of control internal adalah orang yang percaya segala sesuatu di tentukan oleh dirinya sendiri, keberhasilan dan kegagalan merupakan akibat dari perbuatanya, sementara orang orang yang memiliki eksternal adalah orang yang percaya segala sesuatunya ditentukan oleh hal hal di luar dirinya. Locus of control dapat bersifat internal maupun eksternal. Zimbardo (1984) berpendapat bahwa hasil yang diperoleh oleh individu dipercaya dapat terjadi karena apa yang dikerjakan oleh individu itu sendiri disebut dengan locus of control internal, sedangkan locus of control eksternal cenderung untuk meyakini bahwa hasil yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh kekuatan dari luar dirinya. Locus of control merupakan konsep kontinum dimensional terpadu dari derajat eksternal ke internal dan bukanlah sebuah tipologi. Pemahaman locus of control internal mengarah pada keyakinan bahwa ada konsekuensi hasil atas perbuatan diri sendiri. Individu percaya bahwa hasil baik yang diperoleh dan kegagalan yang diperoleh merupakan hasil dari perilakunya sendiri, sehingga ia percaya bahwa yang mengontrol berhasil tidaknya suatu tujuan adalah dirinya sendiri. Individu yang mempunyai locus of control internal biasanya proaktif dan perilakunya cenderung adaptif (Demelllow & Imms, 1999). Webster (dalam Morgan, 1986) pada akhirnya memberikan definisi yang dipandang terbaik oleh para ahli. Ia mengemukakan bahwa emosi merupakan suatu gerak atau perubahan dari kondisi tenang dan normal pada individu, kepada suatu perasaan yang kuat dorongan terhadap munculnya gerakan yang bersifat lebih terbuka, yang berbeda diantaranya digambarkan sebagai ketakutan, kemarahan, kengerian, duka cita, kegembiraan, terkejut dan belas kasihan, ditambahkan pula oleh Morgan (1986) bahwa ekspresi emosi ini melibatkan

18 seluruh kepribadian individu, misalnya dengan adanya perubahan jasmani, tingkahlaku motorik dan tingkah laku psikis. Emosi merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam dirinya secara umum, keadaan yang merupakan penggerak psikis dan fisik bagi individu, yang dapat dilihat melalui tingkah lakunya. Emosi juga meliputi keadaan yang merupakan sumber penggerak atau pembangkit semangat manusia untuk berbuat seseuatu, untuk mendapatkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan pada individu, disamping itu emosi juga memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagi individu yang bersifat dinamis (Crow & Crow dalam kasijan, 1984). Tingkah laku manusia senantiasa dipengaruhi oleh keadaan emosi, pikiran dan pertimbangan akalnya (Morgan, 1986). Emosi memberikan warna dan semangat hidup, misalnya rasa senang dan rasa puas. Tetapi tidak jarang pula emosi menimbulkan gangguan dalam kehidupan manusia, seperti rasa marah, murung dan apatis. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa locus of control pada penderita hipertensi membutuhkan adanya stabilitas emosi. D. Kerangka berfikir Penderita Hipertensi Locus of control - Internal - External Stabilitas Emosi

19 Keterangan Seseorang yang menderita hipertensi, disebabkan karena adanya masalah dari dalam diri atau luar, kemudian penderita hipertensi tersebut mempunyai keyakinan terhadap sumber yang mengontrol kejadian dalam hidupnya yang mungkin sumber tersebut berasal dari dirinya sendiri atau lingkungan (locus of control internal & locus of control eksternal), dari keyakinan locus of control internal maupun eksternal tersebut apakah penderita mampu mengendalikan emosi dirinya pada waktu ia mendapat rangsangan-rangsangan dari luar, sehingga tidak menimbulkan gangguan emosional dan dirinya dalam keadaan tetep baik. E. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris (Suryabrata,1990). Berdasarkan masalah yang hendak diteliti, diajukan yaitu ada pengaruh antara locus of control terhadap stabilitas emosi pada penderita hipertensi.