FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT DESA PENINSUNG DALAM MENJAGA HUTAN ADAT DI KECAMATAN SEPAUK

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI MASYARAKAT DESA SUNGAI AWAN KANAN TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN PANTAI AIR MATA PERMAI KABUPATEN KETAPANG

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI DESA MERAGUN KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

Milunardi, Fahrizal dan Iskandar. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak

PERSEPSI MASYARAKAT DESA TELUK BAKUNG TERHADAP KEBERADAAN HTI PT. KALIMANTAN SUBUR PERMAI KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

PERSEPSI MASYARAKAT DESA SAHAN TERHADAP SATUAN POLHUT REAKSI CEPAT (SPORC)

SIKAP MASYARAKAT DESA SUNGAI NILAM TERHADAP PENEBANGAN KAYU TANPA IZIN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI NILAM KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS)

PERSEPSI MASYARAKAT DESA PISAK TERHADAP PENGELOLAAN MODEL DESA KONSERVASI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HIGH CONSERVATION VALUE FOREST (HCVF) PT. LIMPAH SEJAHTERA DESA SUNGAI PELANG KABUPATEN KETAPANG

STUDI PEMANFAATAN PANDAN DURI

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP HUTAN LINDUNG GUNUNG PEMANCING - GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP HUTAN DESA DI DUSUN MANJAU DESA LAMAN SATONG KECAMATAN MATAN HILIR UTARA KABUPATEN KETAPANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PASIRAN TERHADAP HUTAN KOTA GUNUNG SARI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT KOTA SINGKAWANG

PERSEPSI MASYARAKAT DESA RASAU JAYA UMUM BERDASARKAN INDIKATOR PENGAMATAN TERHADAPKEGIATAN BRIGDALKARHUTMANGGALA AGNI DAOPS PONTIANAK

TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT DESA MERAGUN TERHADAP HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

PERSEPSI DAN RESPON MASYARAKAT TERIIADAP AKT1VITAS PEMEGANG IUPHHK PT. SUKA JAYA MAKMUR

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG BUDUK SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH DI DESA IDAS KECAMATAN NOYAN KABUPATEN SANGGAU

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP USAHA TANI TANAMAN KARET

PERSEPSI MASYARAKAT DESA SENAKIN TERHADAP KEBERADAAN RIAM SOLANG SEBAGAI HUTANWISATA ALAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT EKS-PELAKU ILLEGAL LOGGING DI DESA MAYAK KECAMATAN MUARA PAWAN KABUPATEN KETAPANG

KARYA TULIS ILMIAH. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERILAKU BUANG AIR BESAR DI SUNGAI Di Desa Temon Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI DESA BATU GAJAH KABUPATEN NATUNA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN (Studi Kasus Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENETAPAN AREAL KERJA HUTAN DESA DI DESA NANGA BETUNG KECAMATAN BOYAN TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

Jurnal IPREKAS Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PENETAPAN KAWASAN RIAM SENGIANG SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM DI DESA NANGA KEMPANGAI KABUPATEN MELAWI

STUDI PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE DI DUSUN PINTAU DESA TANJUNG SATAI KECAMATAN PULAU MAYA KABUPATEN KAYONG UTARA

Dewita, Sofyan Zainal dan Uke Natalina H. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN DISEKITAR KEBUN KELAPA SAWIT DESA LEMBAH HIJAU 1 KECAMATAN NANGA TAYAP KABUPATEN KETAPANG

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA DI DUSUN CANDRAN MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN DAN PEMASARAN KRIPIK BONGGOL PISANG

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BAB III METODE PENELITIAN

DAMPAK PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

IDENTIFIKASI DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS SILVOFISHERY DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG

Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TESIS. Oleh: DESY EFENDI NIM

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DUSUN I DAN II DESA NUSAPATI DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor)

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. KIMIA FARMA PLANT SEMARANG. RaishaSukma Huda D2D ABSTRACT

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN HASIL HUTAN TEMBAWANG DI DUSUN PERONGKAN KECAMATAN SEKADAU HULU KABUPATEN SEKADAU

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Lampiran 1. Perhitungan uji t- hitung pada taraf t- tabel = 1, Karakteristik umur ( nilai r s = 0,035 ). t- hit = r s N - 2.

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENERAPAN SUMUR RESAPAN (Studi Kasus Di Kecamatan Mampang Prapatan Provinsi DKI Jakarta)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan pengelolaan sampah rumah tangga, ibu rumah tangga

PENGARUH PERSIAPAN MATERI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 19 PALU

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

Abstract. The Pollution Control of Water Resources Kuantan River and Singingi River Using Local Wisdom (Local Wisdom) in the Kuantan Singingi District

Hasil Penelitian. Oleh : SOFYAN ANSHORI LUBIS / Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA ANTAR WARGA MASYARAKAT ADAT BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN HASIL HUTAN NON

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DESA PONDOK PANJANG KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

PENULISAN ILMIAH ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA PENGIRIMAN BARANG PADA KANTOR POS JATI ASIH, BEKASI

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGADAAN SARANA AIR BERSIH DI DESA LASARA IDANOI KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS. Departemen Kesehatan Lingkungan

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Jailani, AK., Thamrin., Firdaus 2014:8 (1)

STUDI PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT DUSUN KEBAK RAYA DI KAWASAN HUTAN DESA SURUH TEMBAWANG KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Transkripsi:

FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT DESA PENINSUNG DALAM MENJAGA HUTAN ADAT DI KECAMATAN SEPAUK The Driving Factor in Communities Peninsung to Maintaining Indigenous Forest in the Sepauk District Anasia Melia, Sofyan Zainal, Muhammad Idham Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 E-mail : anasiamelia@yahoo.co.id ABSTRACT The increase of the population and a wide range of activities can provide a great influence towards the utilization of the natural resources that come from the forest. This has resulted in reduced customs and forest area of occurrence is increasingly threatened. This will require good of indigenous forest management, so it can retain and sustainment the forest. The problem is the factors are a driving factor in maintaining indigenous forest of society and if there are relation between the individual factors that led to the existence of the indigenous forest to be good or not. This research is aim to know the driving factor in maintaining indigenous forest of society and to know the relation of each the individual factorsis: the income rate, level of public knowledge, customary law, and public perception in maintaining indigenous forest. This research used a descriptive survey and interview techniques. Result of this research the driving factor of society in maintaining indigenous forest in the village of Peninsung because forests retain and store where the water source that river in the village are not easy to dry be used by communities to used daily as well forest products is are plentiful, especially timber and non timber that can be utilized by the public. Keywords: Driving factor, villagers, indigenous forest PENDAHULUAN Hutan sebagai salah satu sumber daya alam hayati yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan melalui berbagai macam fungsi dan manfaatnya. Selain sebagai paru-paru dunia, hutan juga merupakan sistem penyangga kehidupan manusia yang memiliki manfaat ekologi, sosial budaya, ekonomi dan lainnya. Pentingnya peranan hutan bagi kelangsungan hidup manusia, hendaknya sumber daya alam hayati ini harus dikelola dengan baik dan di jaga kelestariannya. Hutan adat memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, pencegah banjir, melindungi kesuburan tanah, serta perlindungan plasma nutfah, dengan demikian keberadaanya dimanfaatkan terus menerus oleh masyarakat. Pemanfaatan sumber daya hutan secara berlebihan, pembukaan wilayah hutan adat untuk dijadikan ladang akan mengakibatkan semakin berkurangnya luasan hutan adat dan lambat laun keberadaanya akan semakin terancam. Masyarakat yang berada di sekitar hutan adat Desa Peninsung merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas keberadaan hutan adat tersebut. Namun masih ada masyarakat yang kurang menyadari arti pentingnya menjaga dan melestarikan hutan. Hal ini terlihat dari adanya aktivitas pengambilan kayu tanpa seizin ketua adat (pencurian kayu), penebangan pohon secara berlebihan, serta 220

pembukaan hutan guna dijadikan ladang oleh masyarakat. Mengingat manfaat hutan yang sangat penting bagi kehidupan dan masih banyak potensi yang dapat dikembangkan didalam kawasan hutan adat tersebut maka keterlibatan masyarakat setempat sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan adat di sekitar wilayahnya. Sobur (2003) menyatakan bahwa faktor pendorong atau motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang METODE PENELITIAN Penelitan ini dilaksanakan di Desa Peninsung Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Pelaksanaan penelitian pada tanggal 31 Agustus 2015 sampai dengan 18 September 2015. Terdapat di tiga Dusun yang dijadikan responden yaitu Dusun Binjai, Dusun Kuari dan Dusun Sungai Jambu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dengan metode survei yang bersifat deskriptif dan teknik wawancara dengan memberikan kuisioner kepada masyarakat yang dijadikan subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan adat Desa Peninsung Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Pengambilan data dengan cara purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penentuan responden menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2009) : ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendorong masyarakat Desa Peninsung dalam menjaga hutan adat serta menganalisis hubungan dari masing-masing faktor individu yaitu: tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat, hukum adat, dan persepsi dalam menjaga hutan adat. N n = N. d² + 1 Dimana : n = Jumlah sampel; N = Jumlah Populasi; d² = Galat pendugaan (dalam penelitian ini adalah 10%) Subjek penelitian memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Sebagai kepala keluarga. 2. Lama berdomisili minimal 5tahun. 3. Sehat jasmani dan rohani. 4. Umur minimal 20 tahun. 5. Bisa baca tulis. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin di dapat Total 69 kepala keluarga, jumlah kepala keluarga harus dapat dibagi kategori (tinggi, sedang, rendah) akan mempermudah dalam sistem penilaian skala likert. Responden yang diambil terdapat di Desa Peninsung. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1 : 221

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel Penelitian (Total Population and Total Sample Research) No. Dusun Jumlah KK Jumlah Sampel 1. Binjai 75 24 2. Kuari 80 25 3. Sungai Jambu 65 20 Jumlah 220 KK 69 KK Data yang dikumpulkan antara lain : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari kuisioner yang bersifat tertutup, dimana orang yang menjadi subjek penelitian tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Kuisioner tersebut berisi identitas responden, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat, hukum adat dan persepsi dalam menjaga hutan adat. 2. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian antara lain data keadaan umum lokasi penelitian, jumlah penduduk, suku, jenis mata pencaharian penduduk yang diperoleh Kantor Desa Peninsung. Selain itu digunakan literaturliteratur yang relevan dengan penelitian, seperti hasil penelitian (skripsi, tesis, disertasi), buku, jurnal ilmiah, serta media elektronik (internet). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan di Desa Peninsung di dapat data mengenai faktor pendorong masyarakat dalam menjaga hutan adat. Adapun perhitungan Chi Kuadrat yang diperoleh dapat di lihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Perhitungan Chi Kuadrat Terhadap Pendorong Dalam Menjaga Hutan Adat(Table Calculation of Chi-Squer for Maintaining Indigenous Forest) Fo Ft Fo Ft (Fo Ft) 2 (Fo Ft) 2 Pendorong Ft Tinggi 15 23-8 64 2,78 Sedang 44 23 21 441 19,17 Rendah 10 23-13 169 7,35 Jumlah 69 69 0 674 29,3 Derajat bebas (db) = 2; χ 2 hitung 29,3> χ 2 (2:0,05) = 5,99 Dalam menjaga hutan adat, masyarakat cenderung pada kategori sedang karena sebagian besar responden memiliki tingkat untuk menjaga hutan adat yang sedang. Dari analisa data diketahui nilai X 2 hitung adalah 29,3 dan nilai X 2 tabel pada taraf signifikan 5% adalah 5,99. Ini berarti X 2 hitung > X 2 0,05, yang berarti Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Hasil analisa disimpulkan bahwa terdapat masyarakat yang cenderung ikut berpartisipasi dalam menjaga hutan adat. Hubungan tingkat pendapatan dengan Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat dapat di lihat pada Tabel 3. 222

Tabel 3. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Terhadap Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat (The Relations of Income Rate with The Driving Factorfor Maintaining Indigenous Forest) Pendapatan Masyarakat Penodorong Tinggi % Sedang % Rendah % % Tinggi 1 16,67 12 20,69 2 40,00 15 21,74 Sedang 3 50,00 38 65,52 3 60,00 44 63,77 Rendah 2 33,33 8 13,79 0 0,00 10 14,49 Jumlah 6 100 58 100 5 100 69 100 Hasil penelitian dapat diinterpretasi bahwa tingkat pendapatan masyarakat dalam kategori tinggi untuk menjaga hutan adat sebesar 50%, tingkat pendapatan masyarakat dalam kategori sedang untuk menjaga hutan adat sedang yaitu sebesar 65,52%, dan tingkat pendapatan masyarakat dalam kategori rendah untuk menjaga hutan adat yaitu sebesar 60%. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui nilai X 2 hitung yang diperoleh adalah sebesar 3,5 sedangkan nilai X 2 tabel pada taraf signifikan 5% adalah 9,49. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 0,05, yang berarti Ha ditolak sedangkan Ho diterima. Maka hasil analisa dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan masyarakat terhadap faktor pendorong dalam menjaga hutan adat di Desa Peninsung. Sebagian besar responden memiliki mata pencaharian sebagai petani karet dan ladang dan ada beberapa responden yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh, dan pedagang. Keberadaan hutan adat tidak mempengaruhi tingginya tingkat pendapatan masyarakat ini dikarenakan pendapatan masyarakat bukan berasal dari pemanfaatan hutan adat. Menurut Mar at (1984) dalam Ervinasari (2005) kebutuhan-kebutuhan manusia akan sandang, pangan dan papan pada dasarnya adalah sama untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Seseorang harus mempunyai pendapatan dan penghasilan. Dengan pendapatan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun sebaliknya jika seseorang mempunyai pendapatan dari penghasilan yang tinggi maka orang tersebut akan mamapu memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hubungan tingkat pengetahuan dengan Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat (The Relations of Knowledge with The Driving Factor for Maintaining Indigenous Forest) Pengetahuan Masyarakat Pendorong Tinggi % Sedang % Rendah % % Tinggi 3 60,00 10 18,87 2 18,18 15 21,74 Sedang 1 20,00 41 77,36 2 18,18 44 63,77 Rendah 1 20,00 2 3,77 7 63,63 10 14,49 Jumlah 5 100 53 100 11 100 69 100 223

Hasil penelitian dapat diinterpretasi bahwa tingkat pengetahuan masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori tinggi yaitu sebesar 60%, tingkat pengetahuan masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori sedang yaitu sebesar 77,36%, dan tingkat pengetahuan masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori rendah yaitu sebesar 63,63%. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui nilai X 2 hitung yang diperoleh adalah sebesar 32,89 sedangkan nilai X 2 tabel pada taraf signifikan 5% adalah 9,49. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 0,05, yang berarti Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Maka hasil analisa dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat terhadap faktor pendorong dalam menjaga hutan adat di Desa Peninsung. Masyarakat Desa Peninsung umumnya memiliki pendidikan formal yang rendah sehingga menghasilkan tingkat pengetahuan yang relatif sedang. Hal ini disebabkan karena masyarakat cukup mengetahui bahwa hutan adat memilki peranan yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan formal rendah, namun pengetahuan untuk menjaga dan melestarikan hutan mereka dapatkan berdasarkan pengetahuan turun temurun dari orang tua mereka serta masyarakat yang telah lama tinggal disekitar hutan adat tersebut. lain yang menyebabkan tingkat pengetahuan masyarakat meningkat adalah adanya kesadaran masyarakat bahwa merusak hutan adat akan menimbulkan bahaya bagi lingkungan hidup sekitar hutan dan bahaya bagi Desa mereka. Sehingga menimbulkan keasadaran akan pentingnya menjaga hutan adat terutama terhadap potensi yang terdapat di dalamnya. Hubungan antara hukum adat dengan Pendorong Masyarakat Desa Peninsung Dalam Menjaga Hutan Adat Di Kecamatan Sepauk dapat di lihat pada Tabel 5: Tabel 5. Hubungan Antara Hukum Adat Terhadap Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat (TheRelations of Customary Law with The Driving Factor for Maintaining Indigenous Forest) Hukum Adat Pendorong Tinggi % Sedang % Rendah % % Tinggi 2 22,22 12 24,49 1 9,09 15 21,74 Sedang 6 66,67 35 71,43 3 27,27 44 63,77 Rendah 1 11,11 2 4,08 7 63,64 10 14,49 Jumlah 9 100 49 100 11 100 69 100 Hasil penelitian dapat diinterpretasi bahwa tingkat hukum adat yang diimiliki untuk menjaga hutan adat dalam kategori tinggi yaitu sebesar 66,67%, tingkat hukum adat yang diimiliki untuk menjaga hutan adat dalam kategori sedang yaitu sebesar 71,43%, dan tingkat hukum adat yang diimiliki untuk menjaga hutan adat dalam kategori rendah yaitu sebesar 63,64%. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui nilai X 2 hitung yang diperoleh adalah sebesar 25,73 sedangkan 224

nilai X 2 tabel pada taraf signifikan 5% adalah 9,49. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 0,05, yang berarti Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Maka hasil analisa dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hukum adat pada masyarakat terhadap faktor pendorong dalam menjaga hutan adat di Desa Peninsung. Adapun salah satu bentuk hukum adat yang berlaku mengenai penyimpangan dalam rusaknya hutan adat adalah jika seseorang hendak mengambil kayu tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Dewan Adat maka akan dikenakan sanksi hukum adat yaitu membayar sejumlah uang. Sanksi jika mencuri kayu sebesar 20 real atau membayar Rp. 1.000.000,00, membayar untuk biaya tambahan karena tidak meminta izin yaitu 50 real sebesar Rp. 2.500.000,00 dan kayu yang diambil akan disita oleh Dewan Adat. Untuk masyarakat yang akan mengambil kayu dengan izin atau membeli kayu di hutan adat tersebut, maka harus membayar sebesar 60 real atau Rp. 3.000.000,00 untuk 1 batang pohon yang akan ditebang. Hukum adat yang ada di Desa Peninsung merupakan salah satu bentuk upaya dalam menjaga hutan dimana hukum adat sangat berlaku bagi seluruh masyarakat Desa peninsung. Sebagaimana yang dijelaskan Soerojo dalam Kursius (2012) bahwa hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyaakat, sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai akibat hukum (sanksi). Hubungan antara persepsi dengan Pendorong Masyarakat Desa Peninsung Dalam Menjaga Hutan Adat Di Kecamatan Sepauk dapat di lihat pada Tabel 6: Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat Persepsi Terhadap Pendorong Masyarakat Dalam Menjaga Hutan Adat (The Relations of Perception with The Driving Factor for Maintaining Indigenous Forest) Persepsi Pendorong Tinggi % Sedang % Rendah % % Tinggi 4 25,00 10 20,40 1 25,00 15 21,74 Sedang 11 68,75 31 63,27 2 50,00 44 63,77 Rendah 1 6,25 8 16,33 1 25,00 10 14,49 Jumlah 16 100 49 100 4 100 69 100 Hasil penelitian dapat diinterpretasi bahwa tingkat persepsi masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori tinggi yaitu sebesar 68,75%, tingkat persepsi masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori sedang yaitu sebesar 63,27%, dan tingkat persepsi masyarakat untuk menjaga hutan adat dalam kategori rendah yaitu sebesar 50%. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui nilai X 2 hitung yang diperoleh adalah sebesar 1,49 sedangkan nilai X 2 tabel pada taraf signifikan 5% adalah 9,49. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 0,05, yang berarti Ha ditolak sedangkan Ho diterima. Maka hasil analisa dapat disimpulkan bahwa 225

tidak terdapat hubungan antara tingkat persepsi masyarakat terhadap faktor pendorong dalam menjaga hutan adat di Desa Peninsung. Tingkat persepsi masyarakat Desa Peninsung dalam menjaga hutan adat cenderung dalam kategori sedang. Hal ini karena beberapa masyarakat ada yang mengetahui pentingnya menjaga hutan adat serta berperan secara optimal dan ikut serta dalam menjaga hutan adat mereka. Masyarakat ini juga mengetahui bahwa hutan adat harus terus dijaga kelestariannya karena banyak memiliki keuntungan baik dalam manfaat kayu dan non kayu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Persepsi yang sedang ditunjang oleh tingkat pengetahuan yang sedang pula sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat. Keadaan responden ini sesuai dengan pendapat Barkah (2008) dalam Khadapi (2015) yang mengatakan persepsi diartikan sebagai tanggapan terhadap sesuatu atau proses menyadari adanya hal-hal baru dan memberikan tanggapan atas hal tersebut. Kesimpulan PENUTUP 1. pendorong yang mendorong masyarakat Desa Peninsung dalam menjaga hutan adatnya karena hutan tersebut sangat penting untuk mempertahankan dan menyimpan keberadaan sumber air sehingga sungai di desa tersebut tidak mudah kering dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dipergunakan sehari-hari serta hasil hutan yang berlimpah khususnya hasil hutan kayu dan non kayu yang dapat dimanfaatkan masyarakat. 2. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar > Rp. 6.687.560,00/bulan sebanyak 50%. Masyarakat dengan tingkat pendapatan sedang dalam menjaga hutan adat yaitu Rp. 653.019,00/bulan Rp 6.687.560,00/ bulan sebanyak 65,52% dan masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar < Rp. 653.019,00/bulan sebanyak 60%. 3. Masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 60%, masyarakat dengan tingkat pengetahuansedangdalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 77,36%, dan masyarakat dengan tingkat pengetahuan rendah dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 63,63%. 4. Masyarakat dengan tingkat hukum adat tinggi dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 66,67%,masyarakat dengantingkat hukum adat sedang dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 71,43%, dan masyarakat dengantingkat hukum adat rendah dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 63,64%. 5. Masyarakat dengan tingkat persepsi tinggi dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 68,75%,masyarakat dengan tingkat persepsi sedang dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 63,27%, danmasyarakat dengan tingkat persepsi rendah dalam menjaga hutan adat yaitu sebesar 50%. 226

Saran 1. Masyarakat cenderung bersikap sedang (netral), upaya-upaya untuk menjaga hutan adat dapat ditingkatkan lebih baik lagi dimana faktor tingkat pengetahuan, hukum adat dan persepsi masyarakat terhadap pelestarian hutan adat dapat dijadikan sebagai indikator untuk mempertahankan keberadaan hutan adat. 2. Mengingat pentingnya keberadaan hutan adat bagi masyarakat Desa Peninsung serta banyakya potensi yang terkandung didalamnya maka perlu ditingkatkan aturan-aturan yang terkait dalam menjaga sumber daya alam tersebut agar dapat terjaga kelestariannya. 3. Kawasan hutan adat Desa Peninsung merupakan warisan bagi anak cucu masyarakat setempat, maka instansi terkait khususnya Dinas Kehutanan setempat agar secepatnya mengambil langkah guna melakukan penata batasan terhadap kawasan hutan adat tersebut sehingga pengelolaan lebih lanjut agar kelestariannya tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Ervinasari, M. 2005. Pendorong Masyarakat Adat Dalam Mengelola Hutan Adat Sebagai Hutan Tutupan Di Dusun Sanjan Desa Sungai Mawang Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak. Kursius, B. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Hutan Adat Sebagai Sumber Kehidupan Di Desa Idan Kecamatan Noyan Kabupaten Sanggau. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak. Kadhapi, M. Hardiansyah, G. Zainal, S. 2015. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Awan Kanan Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Di Kawasan Pantai Air Mata Permai Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari. Vol 03.No.01. Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sobur, A. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Pustaka Setia. Bandung. 227