PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT HIV / AIDS DI LOKALISASI TELUK BAYUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

PERILAKU WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) DALAM MELAKUKAN SKRINING INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI LOKALISASI TEGAL PANAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti ** Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia baik di Negara maju maupun di Negara berkembang (Kemenkes RI, 2013 :1). STBP tahun 2011 sifilis pada waria (25%) sedangkan pada WPS (10%), gonorrhea pada WPS (38%) LSL (21%) waria (29%), klamidia pada WPS (41%) waria (28%) dan LSL (21%). Hasil laporan triwulan I tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan jumlah komulatif kasus HIV dan AIDS serta infeksi menular seksual (IMS) di Provinsi Lampung sepanjang tahun 2013 menunjukan Kota Bandar Lampung memiliki angka kejadian tertinggi untuk jumlah komulatif IMS HIV/AIDS sepanjang tahun 2013 sebanyak 426 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja Seksual dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual di Klinik Mentari Puskesmas Panjang Tahun 2014. Metode dan desain dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Popilasi dalam penelitian ini adalah WPS yang berkunjung ke klinik mentari Puskesmas Panjang pada bulan Juni 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sebanyak 67 orang WPS. Teknik pengumpulan datanya menggunakan instrument test dan lembar observasi cecklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang tentang IMS yaitu sebanyak 36 orang (53,7%), mayoritas responden di diagnosa positif menderita IMS yaitu sebanyak 51 orang (76,1%). Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa hipotesa (Ha) di terima yaitu ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian infeksi menular seksual di Klinik Mentari Puskesmas Panjang tahun 2014 dengan p Value = 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini menyarankan agar puskesmas panjang melakukan promosi kesehatan tentang infeksi menular seksual. Selain dilakukan penyuluhan tentang IMS ke WPS sebaiknya juga diberikan penyuluhan tentang IMS kepada pelanggan dengan dibagikan leaflet yang berisi informasi tentang IMS. Kata Kunci: Pengetahuan, infeksi menular seksual LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia baik Negara maju industri, maupun Negara berkembang. Hal ini disebkabkan karena infeksi menular seksual merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia yang telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan berupa kesakitan dan kematian, masalah sosial dan ekonomi di banyak Negara termasuk Indonesia. Bahkan, wilayah regional Asia Selatan Tenggara (termasuk Indonesia) tercatat sebagai wilayah terberat kedua yang menderita akibat beban penyakit tersebut (Kemenkes RI, 2013 : 1). Angka kejadian IMS saat ini cenderung meningkat di Indonesia terutama pada wanita pekerja seksual (WPS) yang menjadi faktor penting didalam penyebaran IMS yang tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia. Menurut kartono (2011) menjelaskan bahwa salah satu akibat adanya prostitusi (Wanita Pekerja Seksual) adalah menimbulkan dan menyebarluasan penyakit kelamin dan kulit. Dari survei tahun 2005 didapatkan bahwa di kalangan wanita pekerja seksual (WPS) angka kesakitan (prevalensi) infeksi menular seksual ulseratif (sifilis 6-22%), non ulseratif (gonore 12 44%), klamidiasis (35 56%). Hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2007 di Indonesia, prevalensi Gonore dan Klamidia tertinggi dari kelompok beresiko yang disurvei ada pada WPS langsung (49%), diikuti oleh waria (46%), WPS tak langsung (35%), penasun (6%) dan pelanggan (5%) (Kemenkes RI, 2012 : 3). Angka prevalensi infeksi menular seksual (IMS) bervariasi menurut daerah. Hasil survey ISR (infeksi saluran reproduksi) tahun 2005 melaporkan angka kejadian infeksi menular seksual atau [197]

penyakit menular seksual pada wanita pekerja seksual di Bitung (35%), Jakarta (40%), dan Bandung (50%). Hasil laporan periodik presumptive treatment (PPT) periode I bulan januari 2007 menunjukan hasil yang hampir sama, yaitu di Banyuwangi (74,5%), Denpasar (36,6%), Surabaya (61,21%), dan Semarang (79,7%) (Widoyono, 2008 : 162). Jumlah kasus HIV/AIDS serta infeksi menular seksual (IMS) di Kota Bandar Lampung terbilang cukup tinggi, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, bahwa sejak tahun tahun 2005 sampai Maret 2011, sebanyak 214 orang terinfeksi penyakit tersebut di Kota Bandar Lampung yang dikenal dengan Kota Tapis Berseri. Untuk jumlah kasus penyakit infeksi menular seksual (IMS) di Bandar Lampung tahun 2010, diantaranya gonorhoe sebanyak 76 kasus, sifilis 9 kasus, dan IMS jenis lain 355 kasus. Sedangkan penderita kasus IMS pada Januari - Maret 2011 untuk gonorhoe 17 kasus, servitis (30), sifilis (2) dan IMS jenis lain (159). Peningkatan epidemi HIV dan IMS yang signifikan telah terjadi di Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penularan utama terjadi pada kelompok yang melakukan hubungan seksual beresiko dan pengguna narkoba jenis suntik (Lampung M86, 2011). Hasil laporan triwulan I tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan jumlah komulatif kasus HIV dan AIDS serta infeksi menular seksual (IMS) di Provinsi Lampung sepanjang tahun 2013 menunjukan data sebagai berikut, di Kabupaten Lampung Barat 5 kasus, Lampung Selatan 26 kasus, Lampung Tengah 20 kasus, Lampung Timur 26 kasus, Lampung Utara 12 kasus, Way Kanan 3 kasus, Kota Bandar Lampung 426 kasus, Tanggamus, Pesawaran, Mesuji, Pringsewu, Tulang Bawang tidak ada, dan Kota Metro terdapat 9 kasus. Dari data tersebut menunjukan Kota Bandar Lampung memiliki angka kejadian tertinggi untuk jumlah komulatif IMS HIV/AIDS sepanjang tahun 2013. Jumlah penderita infeksi menular seksual yang mengarah ke human immunodeficiency virus (HIV) pada tahun 2013 di Kota Bandar Lampung mencapai 1386 orang, dengan rincian (439) orang penderita AIDS dan (947) orang penderita HIV. (HIV/AIDS. 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Klinik Mentari Puskesmas Panjang 5 bulan terakhir dari Oktober 2013 sampai Febuari 2014, diperoleh data seluruh pasien yang datang untuk berobat maupun penapisan tahap lanjut berjumlah 354 orang. 234 orang atau (66%) adalah wanita pekerja seksual (WPS) yang berasal dari daerah Rawa Laut. Selain wanita pekerja seksual terdapat juga pasangan resiko tinggi yang berjumlah 71 orang atau (20%), pelanggan wanita pekerja seksual yang berjumlah 28 orang atau (7,9%), dan lain-lain sebanyak 21 orang atau (5,9%). Dari hasil wawancara dengan dokter yang menangani pemeriksaan di Klinik Mentari, sekitar hampir (67%) wanita pekerja seksual terpapar penyakit infeksi menular seksual yang beragam, (19%) pasangan resiko tinggi, (9%) pelanggan wanita pekerja seksual, dan (5%) disebabkan oleh faktor lain (Profil Klinik Mentari Puskesmas Panjang, 2013). Hasil wawancara dengan 15 orang WPS yang datang ke Klinik Mentari didapatkan hasil, sebanyak (20%) berpengetahuan cukup tentang infeksi menular sesual (IMS), dan (80%) berpengetahuan kurang tentang infeksi menular seksual (IMS). Sebanyak (64%) mengaku memperoleh informasi tentang IMS dari petugas kesehatan, dan sebanyak (35%) mengaku mendapat informasi dari televisi sedangkan yang (1%) lainnya memperoleh informasi dari lain-lain. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan wanita pekerja seksual dengan kejadian infeksi menular seksual di Klinik Mentari Puskesmas Panjang tahun 2014. [198]

METODE puskesmas panjang tahun 2014 disajikan sebagai berikut: Metode dan desain dalam penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan WPS sebagai variabel independent dan kejadian IMS adalah variabel dependent. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pekerja seksual (WPS) yang berkunjung ke Klinik Mentari Puskesmas Panjang pad bulan Juni tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling sebanyak 67 orang WPS. Teknik pengumpulan datanya menggunakan instrument test untuk variabel pengetahuan dan lembar observasi ceklist untuk kejadian IMS. Pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer dengan tahapan sebagai berikut: proses editing, coding, processing dan cleaning. Analisis bivariat digunakan dengan menggunakan uji chi square untuk melihat kemaknaan hubungan kedua variabel. Dengan ketentuan jika p value 0.05 maka bermakna atau signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependent atau hipotesis (Ho) ditolak. HASIL Analisis Univariat Dari hasil analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, diperoleh gambaran pengetahuan wanita pekerja seksual tentang infeksi menular seksual mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 36 orang (53,7%). Dan gambaran tentang kejadian IMS pada responden mayoritas didiagnosa menderita positif IMS sebanyak 51 orang (76,1%). Analisis Bivariat Sedangkan hasil analisis bivariat menyajikan hasil uji chi square untuk melihat kemaknaan hubungan pengetahuan wanita pekerja seksual dengan kejadian infeksi menular seksual di klinik mentari Tabel 1: Hubungan Pengetahuan WPS dengan Kejadian IMS IMS Pengetahuan Negatif Positif Total f % f % f % Baik 16 51,6 15 48,4 31 Kurang 0 0 36 100 36 Total 16 23,9 51 76,1 67 100 p Value 100 100 0,000 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebanyak 15 (48,4%) responden dengan pengetahuan baik menderita IMS. Sedangkan diantara responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 36 (100%) yang menderita IMS, dan sebanyak 16 (51,6%) responden yang memiliki pengetahuan baik tidak menderita IMS. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan yang kurang dengan kejadian IMS, dengan nilai p Value = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan kesimpulan di atas berarti hipotesa (Ha) diterima, yaitu ada hubungan antara pengetahuan wanita pekerja seksual dengan kejadian infeksi menular seksual di Klinik Mentari Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2014. PEMBAHASAN Pengetahuan WPS Tentang IMS Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Mentari Puskesmas Panjang dengan jumlah responden sebanyak 67 orang diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 orang (53,7%). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmojo, 2010 : 27). [199]

Menurut peneliti berdasarkan Sesuai dengan penelitian yang penelitian yang dilakukan dan berdasarkan dilakukan oleh Siti Fatimah tentang teori yang mendukung, peneliti Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap menyimpulkan kurangnya pengetahaun Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS) responden tentang IMS dipengaruhi dengan Perilaku Pencegahan Penularan pendidikan responden yang mayoritas nya IMS diwilayah kerja Puskesmas Kom Yos adalah SMP 32 orang (47,8%) sehingga Sudarso Pontianak dengan hasil penelitian responden memiliki pengetahuan yang responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang IMS karena kurangnya kurang maka perilaku pencegahan IMS daya serap responden terhadap informasi yang baik hanya sebanyak 2 orang (4%). IMS. Menurut Lawrence Green dalam Menurut Notoatmodjo dalam Dewi Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah (2009) tingkat pendidikan akan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi daya serap responden mempengaruhi perilaku seseorang, dan terhadap informasi yang diterima. Dengan perilaku seseorang akan mempengaruhi pendidikan yang cukup tinggi terjadi status kesehatan seseorang. proses pertumbuhan, perkembangan atau Menurut peneliti berdasarkan perubahan ke arah yang lebih baik dan penelitian yang dilakukan dan berdasarkan matang pada diri individu, sehingga teori tentang IMS peneliti menyimpulkan responden akan mudah menerima banyaknya responden yang didiagnosa pengaruh dari luar, lebih objektif dan positif IMS dipengaruhi oleh kurangnya terbuka terhadap berbagai informasi pengetahuan tentang IMS yang diperoleh termasuk informasi kesehatan. Selain oleh WPS dari sumber lain seperti koran, dipengaruhi tingkat pendidikan kurangnya televisi atau radio dan informasi tentang pengetahuan responden tentang IMS juga IMS yang diperoleh wanita pekerja seksual dipengaruhi oleh kurangnya informasi dari petugas kesehatan tidak diterapkan tentang IMS dari media cetak dan dalam kehidupan sehari-hari. elektronik.oleh karena itu perlunya Oleh karena itu perlu adanya dilakukan penyuluhan oleh petugas dukungan dari kader untuk bekerjasama kesehatan tentang informasi IMS terbaru dengan tenaga kesehatan untuk melakukan yang diperoleh dari media cetak dan pendidikan kesehatan dengan pembagian elektronik dengan bahasa yang sederhana leaflet tentang tanda dan gejala IMS, cara sehingga mudah untuk dipahami responden pencegahan dan komplikasinya. Hal ini dan diharapkan bisa menambah dikarenakan mayoritas responden tidak pengetahuan responden tentang IMS. mengetahui tanda dan gejala IMS, cara pencegahan dan komplikasinya. Kejadian IMS pada WPS Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Mentari Puskesmas Panjang dengan jumlah esponden sebanyak 67 orang di peroleh hasil bahwa mayoritas responden didiagnosa positif menderita IMS yaitu sebanyak 51 orang (76,1%). Mayoritas respondennyang positif didiagnosa terinfeksi IMS jenis servitis yaitu peradangan pada serviks dan Bacterial Vaginosis (BV) yang merupakan manifestasi klinis dari gonorrhea. Hubungan Pengetahuan WPS dengan Kejadian IMS Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Mentari Puskesmas Panjang dengan jumlah responden 67 orang diperoleh hasil uji hipotesis dengan menggunakan chisquare untuk mengetahui hubungan variabel pengetahuan dengan kejadian IMS menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0.05). Menurut Soekanto dalam Dewi (2009) tingkat [200]

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi juga oleh pendidikan dimana mayoritas oleh informasi yang diperoleh, tingkat responden berpendidikan SMP 32 (47,8%). sosial ekonomi, dan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya Menurut Lawrence Green dalam dukungan dari kader dan petugas Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah kesehatan untuk melakukan faktor yang mempredisposisi atau penyuluhan/pengarahan dengan bahasa mempermudah terjadinya perilaku pada yang sederhana dan pembagian leaflet diri seseorang. Perilaku adalah kegiatan tentang tanda gejala, cara pencegahan dan atau aktivitas organisme atau makhluk komplikasinya pada wanita pekerja seksual hidup yang mempunyai bentangan sehingga dapat menurunkan angka kegiatan yang sangat luas antara lain : kejadian IMS. berjalan, berbicara, bekerja, menulis, Selain diberikan penyuluhan kepada membaca, berpikir, dan seterusnya. wanita pekerja seksual peneliti juga Aktivitas yang dapat diamati oleh arang menyimpulkan penting dilakukan lain seperti : bernyanyi, berjalan, tertawa, penyuluhan kepada pelanggan, yang dan sebagainya. Aktivitas yang tidak dapat dimaksudkan supaya perilaku pencegahan diamati orang lain misalnya : berpikir, terhadap penularan IMS dapat dilakukan berfantasi, bersikap, dan sebagainya. oleh keduanya, sehingga dapat Menurut H.L Bloem dalam Hasty (2012) meminimalkan angka kesakitan yang salah satu dari 4 faktor yang disebabkan oleh IMS. mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah perilaku seseorang. KESIMPULAN Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah tentang Penelitian ini menyimpulkan bahwa Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasien mayoritas WPS memiliki pengetahuan Infeksi Menular Seksual dengan Perilaku kurang sebanyak 36 orang (53,7%) dan Pencegahan Penularan IMS diwilayah mayoritas yang diagnosis positif menderita kerja Puskesmas Kom Yos Sudarso IMS sebanyak 51 orang (76,1%). Pontianak dengan hasil Uji hipotesis Selanjutnya berdasarkan uji chi square dengan menggunakan Chi-Square untuk disimpulkan bahwa ada hubungan antara mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan dengan kejadian infeksi tingkat pengetahuan dengan perilaku menular seksual di Klinik Mentari pencegahan penularan IMS. Hasil yang Puskesmas Panjang tahun 2014 (p Value = didapatkan di temukan nilai asymptotic 0,000). significance two tails atau nilai p sebesar Dari kesimpulan penulis menyarankan 0,000 (p<0,05), dapat disimpulkan bahwa agar puskesmas panjang dapat memberikan terdapat hubungan antara variabel tersebut. penyuluhan tentang penyakit IMS kepada Berdasarkan penelitian yang wanita pekerja seksual dan para pelanggan dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa untuk peningkatkan pengetahuan, sikap banyaknya wanita pekerja seksual yang dan perilaku pencegahan IMS. didiagnosa menderita IMS di pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan wanita pekerja seksual tentang IMS. Kurangnya pengetahuan wanita pekerja seksual * Perawat alumni Poltekkes Kemenkes tentang IMS disebabkan oleh kurangnya Tanjungkarang. informasi yang didapat tentang IMS dari ** Dosen pada Jurusan Keperawatan media cetak dan elektronik, tidak Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang diterapkannya informasi yang didapat oleh responden dari petugas kesehatan dalam kehidupan sehari-hari serta di pengaruhi [201]

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S.. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Dewi, 2009. Gambaran Pengetahuan Cipta. Wanita Pekerja Seks Komersial Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Mengenai Penyakit Menular Seksual. Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Dinkes Provinsi Lampung, 2013. Laporan Trans Info Media. Triwulan I HIV/AIDS Final. Puskesmas Panjang, 2013. Profil Klinik Hasty, 2012. Faktor Faktor yang Mentari Puskesmas Panjang. Mempengaruhi Status Kesehatan Siti Fatimah, 2010. Hubungan Antara Seseorang. Tersedia [4 Maret 2014]. Pengetahuan dan Sikap Pasien Kartono, Kartini. 2011. Patologi Sosial. Infeksi Menular Seksual (IMS) Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. dengan Perilaku Pencegahan Halaman. Penularan IMS diwilayah kerja Kementerian Kesehatan RI. 2011. Puskesmas Kom Yos Sudarso Pedoman Nasional Penanaganan Pontianak. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Kementerian Kesehatan RI. Epidemiologi Penularan dan ---------------------, 2013. Penatalaksanaan Pemberantasannya. Jakarta: Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Erlangga. Kementerian Kesehatan RI. Lampung M86. 2011. HIV/AIDS di Bandar Lampung. Tersedia [4 Maret 2014]. [202]