BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini lambat dan gelaja-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). Berdasarkan data Program HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2012 terdapat sekitar 2,5 juta kasus infeksi HIV baru, 32 juta orang yang hidup dengan HIV, angka ini terus meningkat sejak tahun 2001. Sedangkan 1,7 juta kasus AIDS berakhir dengan meninggal dunia. Di setiap wilayah di dunia, prevalensi HIV 5% atau lebih terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, pekerja seks dan orang-orang transgender, kasus ini tidak hanya di negara yang dikenal memiliki epidemi terkonsentrasi tetapi juga di negara-negara sebagian besar di timur dan selatan Afrika (Report UNAIDS, 2012). Menurut data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL), Kemenkes RI, jumlah kasus baru HIV/AIDS di Indonesia pada triwulan II tahun 2014 dilaporkan kasus HIV baru yang terdeteksi pada priode Juli - September 2014 mencapai 7335. Kasus baru terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun 69,1%, 20-24 tahun 17,2%, dan 50 tahun 5,5%. 1
2 Pada priode bulan Juli - September 2014 jumlah kasus AIDS yang baru terdeteksi sebanyak 176. Terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun 42%, 20-29 tahun 36,9% dan 40-49 tahun 13,1%. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2014 menunjukan provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu 1573 kasus. Penyebaran virus ini dipengaruhi dari perilaku individu beresiko tinggi terutama perilaku seks. Kasus HIV/AIDS tercatat sebanyak 1680 di Sumatera Utara, 581 diantaranya berada pada stadium AIDS, dan 21 orang diketahui telah meninggal dunia. Kota Medan merupakan penyumbang terbesar penderita HIV/AIDS dengan jumlah 1181 kasus. Sebagai Ibukota provinsi, Kota Medan beresiko tinggi terhadap penyebaran virus HIV/AIDS. Penyebaran virus ini dipengaruhi dari perilaku individu beresiko tinggi terutama perilaku seks (KPAD SUMUT, 2009). Dinas Kesehatan Kota Medan mencatat kasus HIV/AIDS tahun 2006-2014 sebanyak 4062 kasus. Penderita laki-laki 75% lebih banyak dari penderita perempuan, yaitu sebanyak 3073 kasus. Faktor resiko yang paling tinggi adalah heteroseksual sekitar 67% sebanyak 2723 kasus, kemudian 3,7% homoseksual sebanyak 151 kasus. Berdasarkan laporan penelitian Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) terhadap LSL pada tahun 2011, didapat beberapa temuan : prevalensi HIV dan IMS masih tinggi. Penggunaan kondom konsisten masih tetap rendah untuk setiap tipe pasangan seksual, kurang dari satupertiga LSL menggunakan kondom secara konsisten pada setiap tipe pasangan seksualnya. Data Kemenkes RI tahun
3 2012 menyebutkan bahwa hampir 1,3 juta LSL di Indonesia berisiko tinggi tertular HIV. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Argyo Demartoto dengan judul Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Seksual Laki-Laki yang Berhubungan Seks Dengan Laki-Laki (LSL) Dalam Kaitannya Dengan HIV dan AIDS di 10 Kabupaten Jawa Tengah didapat beberapa fakta bahwa dari 140 responden yang pernah melakukan hubungan anal ada 72.9% (102 responden) dan 27.1% (38 responden) tidak pernah melakukan seks anal, selain itu diketahui mayoritas responden (124 responden) atau 88,6% melakukan hubungan seks dengan sejumlah pria dan berganti-ganti pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seksual mereka sangat rentan tertular HIV dan AIDS. Seperti diketahui bahwa dinding anus sangat tipis sehingga apabila dinding anus luka terjadi kemungkinan pertukaran cairan darah luka ke penis maupun cairan sperma ke luka di anus. Sedangkan yang di anal lebih beresiko karena menampung sperma. Oleh karena itu anal seks beresiko tinggi tertular HIV dan AIDS. Mayoritas responden (124 responden) atau 88,6% dalam sebulan terakhir ini pernah melakukan hubungan seks dengan pria, rata-rata ada yang berhubungan seks dengan sejumlah pria bahkan ada yang berganti-ganti pasangan sampai 9 atau 10 orang. Fenomena ini menunjukan bahwa komunitas LSL senang berganti-ganti pasangan. Hal ini berarti perilaku seksual mereka sangat rentan tertular HIV/AIDS. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Klinik Veteran sebagai klinik IMS dan VCT dibawah naungan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, kegiatannya selain memberi pelayanan di Klinik juga secara rutin melakukan
4 kegiatan mobile ke lokasi lokasi prostitusi di wilayah kerjanya, rata-rata 2 kali dalam sebulan. Data jumlah kunjungan LSL dari bulan Januari hingga November 2014 sebanyak 249 orang. Pada tahun 2008 ditemukan LSL yang positif HIV sebanyak 3 orang, dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data terakhir yang dihitung dari bulan Januari hingga bulan November 2014 didapat 37 LSL yang positif HIV. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui informasi tentang pengetahuan dan sikap pada kelompok resiko LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan. 2. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap pada kelompok resiko LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan. 3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dari penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah pengetahuan LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS? b. Bagaimanakah sikap LSL dalam pencegahan penularan HIV/ AIDS? 4. Tujuan Penelitian 4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap kelompok resiko LSL dalam pencegahan penularan HIV/ AIDS di Klinik Veteran Medan.
5 4.2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskipsikan / menggambarkan pengetahuan pada LSL dalam pencegahan penularan HIV/ AIDS. b. Untuk mendeskripsikan / menggambarkan sikap LSL dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. 5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi institusi pendidikan khususnya Fakutas Keperawatan dapat mendorong terwujudnya upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. b. Bagi institusi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan kegiatan Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang telah dijalankan oleh penyedia layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) khususnya bagi Klinik Veteran Medan, serta sebagai bahan promosi bagi Klinik tersebut agar lebih dikenal oleh masyarakat yang membutuhkan layanan IMS danvct. c. Bagi penelitian lain dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.