Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

dokumen-dokumen yang mirip
Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Alternatif Ditinjau dari Aspek Biofisik di Kota Ternate

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah di Lahan Kering Dataran Rendah

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

TATA CARA PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

ABSTRAK. Kata Kunci: Jaringan syaraf tiruan, learning vector quantization, evaluasi kesesuaian lahan ABSTRACT

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH ENTISOL DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI IRIGASI DAN KEDELAI PADA LAHAN TERLANTAR YANG POTENSIAL DI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI DAN PADI LADANG DI DESA BILA TALANG KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

Imam Ash Shiddiq, Ali Kabul Mahi, Kuswanta F Hidayat & Afandi

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACE VAR ITALICA)

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

Kajian Potensi Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Hortikultura Di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

Kata kunci: lahan kering, kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

11. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

Transkripsi:

Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate Tri Setiyowati 1) dan Muhammad Assagaf 1) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Kompleks Pertanian Kusu No. 1, Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan E-mail : setiyowati.04@gmail.com ABSTRAK Keterbatasan data tentang kondisi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian yang mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi salah satu kendala dalam berusahatani, tidak terkecuali tanaman ubi jalar. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan ubi jalar berdasarkan kesesuaian lahan di Kota Ternate dan untuk mendapatkan rekomendasi budidaya pengembangan tanaman ubi jalar. Pengkajian dilaksanakan di empat pulau di Kota Ternate pada mulai bulan Maret November 2014. Pengkajian menggunakan metode survey untuk pengambilan sampel tanah dan wawancara untuk mendapatkan data sosial ekonomi masyarakat. Hasil dari pengkajian menunjukkan diperoleh luas lahan yang tersedia untuk pengembangan. Kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar hasil evaluasi juga terdapat dua kelas yaitu sesuai marginal (S3) seluas 5.448,1 ha (33,5%) dan tidak sesuai seluas 10.812,7 ha (66,5%). Sebaran lahan yang sesuai (S3)di Pulau Ternate 3.817,3 ha, Pulau Moti 621,5 ha, Pulau Hiri 87,3 ha, dan Pulau Batang Dua 922,0 ha. Kandungan bahan organik yang rendah pada lahan yang akan digunakan untuk budidaya ubi jalar dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah. Rekomendasi teknologi untuk pengembangan tanaman ubi jalar adalah sistem usaha tani dengan metode budidaya sistem tanam secara tumpangsari dengan memperhatikan kemiringan lahan. Kata kunci: ubi jalar, kesesuaian lahan, budidaya, pengembangan ABSTRACT The Land Suitability for Developing Sweet Potato in Kota Ternate. Limited available data on the suitability of lands for the potential agricultural commodities becomes one constraint in developing those commodities. This included sweet potatoes. The purpose of this study was to determine the potential development of sweet potato crops based on land suitability in Kota Ternate and to obtain the recommendation technology for growing sweet potato. The assessment was conducted in four islands in Kota Ternate from March to November 2014. The assessment method was survey to obtain soil sampling, and interview to get socioeconomic data of community. Results of the study found that there were two classes of land suitability for sweet potato i.e. marginally suitable (S3) covering an area of 5,448.1 ha (33.5%) and did not suitable area of 10,812.7 ha (66.5%). The distribution of marginally suitable (S3) was in the region Ternate Island ( 3817.3 ha), Moti Island (621.5 ha), Hiri Island (87.3 ha), and Batang Dua island(922.0 ha). The recommended technology for developing sweet potato crops was system of farming with the cultivation methods of intercropping with regard to slope. Keywords: sweet potato, suitability of land, cultivation, development Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016 581

PENDAHULUAN Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan yang secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap keadaan iklim, tanah dan lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman yang mempunyai peluang pasar dan nilai arti ekonomi cukup baik. Data tersebut dapat iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data sumber daya lahan diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian. Pembangunan dan pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah adalah perencanaan tata ruang yang belum mampu mengimbangi perkembangan sektor strategis dan wilayah potensial yang pengembangannya tidak terlepas berkaitan dengan dari sektor lain. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan penataan kawasan sentra pembangunan secara komprehensif untuk pengembangan sektor-sektor strategis dan wilayah potensial dalam rangka agar memberikanan hasil pembangunan yang optimal. Pengembangan komoditas pertanian yang sesuai secara biofisik dan menguntungkan secara ekonomi, sangat penting dalam perencanaan pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan, sehingga pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa at, 2000 dalam Djufry dan Sosiawan 2011). Dengan demikian, data dan informasi sumberdaya lahan yang dikemas dalam produk pewilayahan komoditas pertanian merupakan data dasar yang penting dalam perencanaan pengembangan sistem usaha pertanian spesifik lokasi. Kota Ternate merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh laut dengan letak geografis berada pada posisi 0 2 Lintang Utara dan 126 128 Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate adalah sebesar 162,03 km², dan luas lautan 5.547,55 km². Jumlah penduduk Kota Ternate pada tahun 2013 tercatat 191.053 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 97.118 jiwa dan perempuan sebanyak 93.935 jiwa (BPS Kota Ternate 2013). Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan di mana wilayahnya terdiri dari empat pulau yaitu Ternate, Moti, Hiri, dan Batang Dua. Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup potensial di wilayah Kota Ternate. Komoditas umbi-umbian yang potensial untuk dikembangkan adalah ubi kayu dan ubi jalar. Tahun 2012 luas panen ubi jalar pada tahun 2012 adalah seluas 30,40 ha, yang berarti turun 4,40% dari tahun 2011 (dengan luas 31,80 ha). Penurunan luas tanam menyebabkan penurunan produksi ubi jalar dari tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2012 produksi ubi jalar sebesar 61,15 ton tahun 2011 menjadi 58,3361,15 ton pada tahun 2012 (BPS Kota Ternate 2013). Suatu agro-ekosistem yang diberdayakan harus sesuai dengan potensi sumberdaya lahan dan dikaitkan dengan persyaratan tumbuh/hidup dari komoditas yang akan diusahakan. Hal ini dapat meningkatkan pemanfaatan agro-ekosistem yang bersangkutan (Djaenudin et al. 2003). Apabila ke dalam agro-ekosistem tersebut kemudian ditambahkan berbagai masukan baru yang sifatnya memperbaiki, seperti bibit unggul, pupuk organik dan anorganik, maka akan terjadi peningkatan hasil/output. Agar target hasil/output dapat di- 582 Setiyowati dan Assagaf: Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

capai secara optimal, maka karakteristik lahan yang mencakup sifat iklim, tanah dan terain/topografi dari setiap agro-ekosistem tersebut perlu diketahui. Pengembangan komoditas pertanian yang sesuai secara biofisik dan menguntungkan secara ekonomi, sangat penting dalam perencanaan pengkajian teknologi untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan sehingga pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa at 2000 dalam Djufry dan Sosiawan 2011). Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan ubi jalar berdasarkan kesesuaian lahan di Kota Ternate dan mendapatkan rekomendasi budidayanya untuk pengembangan tanaman ubi jalar. BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di enam kecamatan (Pulau Ternate, Moti, Pulau Batang Dua, Pulau Hiri, Ternate Selatan, Ternate Tengah dan Ternate Utara) di Kota Ternate, mulai bulan Maret hingga November 2014. Pengkajian menggunakan metode survey untuk pengambilan sampel tanah dan wawancara untuk mendapatkan data sosial ekonomi masyarakat. Tahapan analisis dalam pemetaan kesesuaian lahan disajikan dalam Gambar 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya ubi jalar dapat dilihat pada (Tabel 1). Peta Satuan Lahan Verifikasi Lapangan dan Pengambilan Contoh Tanah Evaluasi Lahan (S1, S2, S3) dan Zona Overlay Peta Kesesuaian Lahan Gambar 1. Alur penyusunan peta kesesuaian lahan. Pelaksanaan kajian sumberdaya lahan terdiri atas 8 tahapan, yaitu: (a) penyusunan peta dasar, (b) analisis/interpretasi terrain, (c) penyusunan peta satuan lahan, (d) penelitian lapangan, (e) analisis contoh tanah dan air, (f) penyusunan basis data sumberdaya lahan, (g) evaluasi lahan, dan (h) penyusunan peta kesesuaian lahan (BPTP Maluku Utara, 2013). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016 583

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman ubijjalar Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temperatur ( C) 22 25 25 30 30 35 >35 20 22 18 20 <18 Ketersediaan air (wa) Curah hujan tahunan (mm) 800 1.500 600 800 400 600 <400 1.500 2.500 2.500 4.000 >4.000 Lama bulankering (bulan) <3 3 4 4 6 >6 Kelembaban (%) saatpanen < 75 75 85 >85 Ketersediaan oksigen (oa) Kriteriadrainase Baik, sedang Agakcepat, agak terhambat terhambat Sangatterhambat, cepat Media perakaran (rc) Kelastekstur Agak halus, Halus, agak Sangat halus kasar sedang kasar Bahan kasar (%) <15 15 35 35 55 Kedalaman tanah (cm) >75 50 75 25 50 < 25 Gambut Ketebalan (cm) <60 >60 Kematangan saprik,hemik+ fibrik Retensi hara (nr) KTK tanah (cmol) >16 5 16 <5 Kejenuhan basa (%) 35 20 35 <20 ph H2O 5,2 8,2 4,8 5,2 8,2 8,4 <4,8 >8,4 Hara tersedia (nar) N Total (%) sedang rendah Sangat rendah P2O5 (mg/100g) sedang rendah Sangat rendah K2O (mg/100g) sedang rendah Sangat rendah Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) <3 3 6 6 8 >8 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) <15 15 20 20 25 >25 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >100 75 100 40 75 <40 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <3 3 8 8 15 >15 Bahaya erosi Ringan sedang Sangat ringan Berat sangat berat Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh) Tinggi (cm) 25 > 25 Lama (hari) <7 >7 Keterangan: saprik +, hemik +, fibrik + = saprik, hemik, fibrik dengan sisipan bahan mineral/pengkayaan Sumber: Permentan, 2013. 584 Setiyowati dan Assagaf: Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar hasil evaluasi juga terdapat dua kelas yaitu sesuai marginal (S3) seluas 5.448,1 ha (33,5%) dan tidak sesuai seluas 10.812,7 ha (66,5%). Lahan dengan kelas kesesuaian sebaran lahan yang sesuai (S3) tersebar di wilayah Pulau Ternate 3.817,3 ha, Pulau Moti 621,5 ha, Pulau Hiri 87,3 ha dan Pulau Batang Dua 922,0 ha. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar disajikan pada (Tabel 2). Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar di Ternate Simbol Faktor pembatas Pulau Ternate Pulau Moti Pulau Hiri Batang Dua Total ha % Lahan Sesuai (S) S3wa Ketersediaan air 916,4 380,7 659,3 1.956,4 12,0 S3wa,na Ketersediaan air, hara tersedia 774,7 34,1 808,8 5,0 S3wa,eh Ketersediaan air, bahaya erosi 49,0 51,7 100,7 0,6 S3wa,lp Ketersediaan air, penyiapan lahan 544,3 1,6 262,7 808,7 5,0 S3wa,na,eh Ketersediaan air, hara tersedia, bahaya erosi 688,8 240,8 929,7 5,7 S3wa,eh,lp Ketersediaan air, bahaya erosi, penyiapan lahan 843,9 843,9 5,2 Sub Jumlah 3.817,3 621,5 87,3 922,0 5.448,1 33,5 Lahan Tidak Sesuai (N) Nrc,lp Media perakaran, penyiapan lahan 312,5 312,5 1,9 Noa,fh Ketersedian oksigen, bahaya banjir 72,4 57,3 129,8 0,8 Nlp Penyiapan lahan 233,7 233,7 1,4 Neh,lp Bahaya erosi, penyiapan lahan 1.109,1 52,0 155,4 1.316,4 8,1 Neh Bahaya erosi 4.580,3 1.763,2 438,5 2.038,3 8.820,4 54,2 Sub Jumlah 6.308,0 1.872,5 593,9 2.038,3 10.812,7 66,5 Jumlah Lahan/Tanah 10.125,2 2.494,0 681,2 2.960,3 16.260,8 100 Pembatas utama pengembangan ubi jalar pada lahan kelas sesuai marginal (S3) didominasi oleh ketersediaan air (wa), kemudian media perakaran (rc), hara tersedia (na), bahaya erosi (eh) dan penyiapan lahan (lp). Lahan yang tidak sesuai untuk tanaman ubi jalar merupakan lahan-lahan yang memiliki pembatas sangat berat. Pembatas lahan tidak sesuai (N) untuk tanaman ubi jalar merupakan pembatas lahan yang tergolong intensitas berat meliputi ketersediaan oksigen (oa) dan bahaya banjir (fh) pada wilayah tergenang (lahan bergambut). Sementara lahan kering memiliki pembatas media perakaran (rc), bahaya erosi tanah (eh) karena kemiringan lereng >15% dan penyiapan lahan yang terkait dengan penutupan batuan di permukaan dalam jumlah banyak sampai sangat banyak. Pengembangan tanaman ubi jalar di Kota Ternate mempunyai beberapa kendala kesuburan tanah yang rendah, ketersediaan air yang terbatas dan permasalahan erosi tanah yang tinggi. Permasalahan kesuburan tanah terkait dengan kondisi kapasitas tukar kation (KTK) tanah, ketersediaan hara nitrogen (N), fosfor (P) dan bahan organik yang umumnya rendah. Oleh sebab itu, pengembangan tanaman pangan membutuhkan masukan teknologi pengelolaan tanah meliputi pengapuran, pemberian bahan organik, dan pemupukan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016 585

Kota Ternate merupakan pulau vulkanik, sebagian besar memiliki sistem aliran sungai intermittent dan sungai ephemeral yang hanya menyediakan air pada saat tidak hujan, bahkan tidak tersedia air sungai sama sekali pada saat hujan. Pengembangan ubi jalar membutuhkan air, terutama pada saat tanam dan masa pertumbuhan awal. Oleh karena itudimembutuhkan adanya pengaturan pola tanam dan pembuatan kolam pemanenan air hujan dan air permukaan. Penanaman tanaman ubi jalar sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada bulan Oktober sampai Juni, karena pada bulan-bulan tersebut tersedia air untuk pertumbuhan tanaman. Pola tanam tanaman ubi jalar dan yang dapat dikembangkan dari awal musim hujan (Oktober) meliputi jagung+ kacang tanah tomat/cabe merah ubi jalar. Untuk tetap tersedianya air pada masa pertumbuhan tanaman, maka diperlukan pembuatan kolam pemanenan air. Bangunan pemanenan air dapat dibuat dalam kontruksi beton atau menggunakan bahan berupa plastik/terpal yang diletakkan di dalam lahan budidaya. Beberapa kontruksi bangunan panen air di Kota Ternate yang telah dikembangkan terdapat pada Gambar 3. Gambar 3. Kontruksi bangunan pemanenan air di Kota Ternate. Pengembangan pertanian tanaman ubi jalar di Kota Ternate berdasarkan potensi lahan yang tersedia terdapat pada lahan kering berlereng agak datar (1 3%) sampai agak miring (8 15%), dengan kondisi penutupan lahan yang umumnya dibiarkan terbuka sehingga rawan terhadap erosi tanah. Erosi tanah mempunyai dampak terhadap penurunan kesuburan dan produktivitas lahan akibat kehilangan unsur hara dan bahan organik pada lapisan atas (topsoil). Untuk mengurangi permasalahan erosi maka pengembangan ubi jalar di Kota Ternate harus disertai upaya konservasi tanah, antara lain pembuatan teras gulud, penanaman tumpang sari, tumpang gilir dan penanaman menurut kontur disertai pemberian mulsa pada permukaan tanah. Kendala pengembangan pertanian lahan kering di Kota Ternate adalah kesuburan tanah, ketersediaan air, pola penanaman pertanian dan permasalahan erosi tanah. Berdasarkan hasil analisis, reaksi tanah di daerah penelitian berkisar antara masam sampai netral (ph 5,73 sampai 6,83). Pada kondisi kemasaman tanah dengan ph <5,2 aluminium sangat mobile dan diperkirakan kejenuhan aluminium di lokasi penelitian sedang sampai tinggi. Kandungan C organik di lokasi penelitian umumnya termasuk sangat rendah sampai tinggi, untuk itu diperlukan pemberian pupuk organik (kompos) sekitar 7,5 20 t/ha. Untuk lebih memberi kesempatan kompos diberikan bersamaan dengan dalam tanah betul-betul telah lapuk, pengolahan tanah perlu dikerjakan secara berulang. Pada setiap pengolahan 586 Setiyowati dan Assagaf: Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

tanah untuk penanaman selanjutnya dapat diberikan pupuk organik 1,5 2,5 t/ha. Untuk memperbaiki kemasaman tanah diperlukan penggunaan kapur dolomit sekitar 5 7,5 t/ha yang diberikan bersamaan dengan pupuk organik sewaktu pengolahan lahan. Sebaran curah hujan di lokasi penelitian yang termasuk tinggi, maka pengapuran perlu dilakukan 3 4 tahun sekali. Pupuk anorganik (N, P, K) diberikan sehari sebelum tanam dengan cara disebar kemudian dicampur dengan tanah. Mengingat lahan yang umumnya merupakan lahan kering sebaiknya pupuk tersebut diaduk dalam tanah untuk menghindari penguapan dan hanyut terbawa air hujan. Kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman tidak sama, tetapi ada tanaman yang mempunyai kemiripan sifat-sifat, sehingga kebutuhannya hampir sama. Dikaitkan dengan hasil analisis contoh tanah yang berindikasi tingkat kesuburan tanah rendah sampai tinggi, maka perlu penambahan pupuk untuk menutupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman atau sebagai pemeliharaan lahannya, unsur N, P, K pemberiannya paling tidak untuk menggantikan atau untuk pemeliharaan lahan untuk unsur hara tersebut yang terangkut sewaktu panen. Khusus untuk pupuk N, karena tanah-tanah di lokasi penelitian relatif rendah kandungan C organiknya, dosis pupuk N perlu lebih tinggi. Kebutuhan pupuk N, P, K untuk sebagian tanaman berbeda jumlahnya, tetapi ada juga beberapa tanaman mempunyai kemiripan kebutuhan akan pupuk tersebut. Kebutuhan pupuk anorganik untuk beberapa tanaman yang akan diusahakan di lokasi pengembangan diuraikan kemudian. Hasil analisis contoh tanah komposit di lokasi penelitian menunjukkan retensi P termasuk sangat rendah sampai tinggi (<72%) dengan rata-rata rendah. Untuk itu agar pemberian P efektif maka ph tanah diperbaiki dulu dengan pemberian kapur dolomit dan/atau dosis P diberikan lebih dari dosis P secara umum. KESIMPULAN Pengembangan ubi jalar di Kota Ternate hanya bisa dilakukan pada lahan dengan klas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar hasil evaluasi juga terdapat dua kelas yaitu sesuai marginal (S3) 5.448,1 ha (33,5%), yang tersebar dan tidak sesuai seluas 10.812,7 ha (66,5%). Sebaran lahan yang sesuai (S3) di wilayah Pulau Ternate 3.817,3 ha, Pulau Moti 621,5 ha, Pulau Hiri 87,3 ha, dan Pulau Batang Dua 922,0 ha. Kandungan bahan organik yang rendah pada lahan yang akan digunakan untuk budidaya ubi jalar dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah. Rekomendasi teknologi untuk pengembangan ubi jalar adalah dalam pola tanam sistem usaha tani dengan metode budidaya tumpang sari dengan memperhatikan kemiringan lahan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Ternate. 2013. Kota Ternate Dalam Angka 2013. Ternate BPTP Maluku Utara. 2013. Laporan Akhir Pemetaan Agro-Ecological Zone (AEZ) Skala 1:50.000 Tahun 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara. Sofifi. Djaenudin, D, Marwan H., Subagyo, H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. 2003. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Djufry, F. dan H. Sosiawan. 2011. Penyusunan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung dan Rekomendasi Teknologi Aplikatif di Kabupaten Boven Digul Papua. Pros. Seminar Nasional Serealia, 2011 Hlm: 143 154. Balitsereal. Maros. Soil Survey Division Staff, 1993. Soil Survey Manual. USDA Handbook No. 18 Washington DC. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016 587