ANALISIS KEBUTUHAN PENDIRIAN PUSKESMAS DAN PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PENDIRIAN PUSKESMAS

dokumen-dokumen yang mirip
3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL UPT PUSKESMAS SEMIN I

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA TERHADAP KUALITAS BANGUNAN PUSKESMAS DI YOGYAKARTA

Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

LAPORAN KAJI BANDING TIM AKREDITASI PUSKESMAS CIBUGEL KE PUSKESMAS CIMALAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Perizinan, penyelenggaraan, pelayanan kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat.

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang ada di Indonesia mulai banyak. mengalami perkembangan dari segi macamnya.

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

Pusat Kesehatan Masyarakat, atau yang disingkat Puskesmas memiliki beberapa definisi menurut ahlinya, yaitu sebagai berikut:

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

B A B P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik Pada Penyelenggaraan Poliklinik Kesehatan Desa Di Kabupaten Batang

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RUMAH SAKIT BERSALIN DI TOMOHON ( PENDEKATAN UTILITAS DALAM DESAIN )

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

Bab V Konsep Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang


BAB V KONSEP PERANCANGAN

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya. penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB IV GAMBARAN UMUM

Syarat Bangunan Gedung

sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tentang Akreditasi

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

Transkripsi:

ANALISIS KEBUTUHAN PENDIRIAN PUSKESMAS DAN PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PENDIRIAN PUSKESMAS PUSKESMAS JUWIRING TAHUN 2017 1

ANALISIS KEBUTUHAN PENDIRIAN PUSKESMAS DAN PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PENDIRIAN PUSKESMAS BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang ini pembangunan di segala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh pemerintah dan salah satunya adalah pembangunan di bidang keseharan masyarakat. Pembangunan kesehatan masyarakat perlu segera dilakukan karena di Indonesia banyak terjadi masalah kesehatan baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi yang positif yang dari kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif. Salah satu tindakan pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat dalam mendekatkan akses masyarakat adalah dengan memperbanyak jumlah Puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada satu kecamatan dapat didirikan lebih dari satu puskesmas. (Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas) Buku pedoman kerja Puskesmas (1992) menyebutkan bahwa sasaran penduduk yang dilayani untuk sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk. Hal ini bisa diartikan bahwa pendirian sebuah Puskesmas idealnya ditempatkan pada suatu wilayah yang jumlah penduduknya 30.000 jiwa atau kurang dari angka tersebut. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk 1.000.000 atau lebih,wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Dalam menentukan pendirian serta wilayah kerja Puskesmas terdapat pertimbangan-pertimbangan yaitu, jumlah dan kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya. Luas wilayah yang masih efektif untuk sebuah Puskesmas adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja yang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km, jadi jarak antar Puskesmas adalah 3 sampai 5 km. Dalam rangka mengefektifkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka distribusi lokasi pusat-pusat pelayanan kesehatan hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan organisasi keruangan. Hal ini dimaksudkan agar lebih efisien dan merata penyebarannya dalam suatu wilayah sehingga dapat ditempuh dalam waktu sesingkat mungkin. Selain itu, dampak pelayanan kepada masyarakat baru 2

akan nampak apabila pelayanan kesehatan tersebut merata dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan karakteristik sosial ekonomi yang berbeda. TUJUAN : 1. Sebagai dokumen yang menggambarkan tentang analisis pendirian puskesmas Juwiring 2. Sebagai bahan untuk perencanaan pengembangan Puskesmas Juwiring agar memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. 3

BAB II ANALISIS SITUASI A. Tinjauan Geografi Puskesmas Juwiring merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten yang terletak di desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Wilayah kerja Puskesmas Juwiring meliputi sebagian wilayah di Kecamatan dengan luas 29,79 KM2 yang terdiri dari 19 ( sembilan belas ) desa yaitu Desa Tanjung, Desa Carikan, Desa Taji, Desa Bolopleret, Desa Tlogorandu, Desa Ketitang, Desa Serenan,Desa Gondangsari, Desa Kenaiban, Desa Kwarasan, Desa Jetis, Desa Bulurejo, Desa Juwiring, Desa Sawahan, Desa Juwiran,Desa Jaten, Desa Pundungan, Desa Trasan, Desa Mrisen. dengan jarak tempuh terjauh dari desa ke Puskesmas 5 KM.sedangkan jarak tempuh dari Puskesmas ke Kota Kabupaten 27 km Sedangkan batas wilayah Kecamatan Juwiring adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Wonosari Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kecamatan Karangdowo Sebelah Barat : Kecamatan Delanggu B. Tinjauan Demografi Jumlah penduduk Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten pada tahun 2016 adalah 58.503 dengan perincian 29.038 orang laki-laki dan 29.465 orang Perempuan (Tabel 1.) Luas wilayah Puskesmas Juwiring 29,79 km², sehingga kepadatan penduduk di Kecamatan Juwiring Wilayah Puskesmas Juwiring adalah 1.964 jiwa per kilometer. Kepadatan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan. 4

TABEL 1 : JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2016 No. Desa Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan 1 Gondangsari 4.114 2.095 2.019 2 Serenan 4.341 2.210 2.131 3 Taji 2.993 1.519 1.474 4 Tlogorandu 3.462 1.723 1.739 5 Ketitang 3.199 1.546 1.653 6 Bolopleret 2.526 1.235 1.291 7 Tanjung 2.660 1.318 1.342 8 Carikan 3.456 1.714 1.742 9 Kwarasan 3.343 1.648 1.695 10 Jetis 2.140 1.061 1.079 11 Kenaiban 2.880 1.450 1.430 12 Pundungan 1.697 854 853 13 Juwiran 3.308 1.628 1.680 14 Bulurejo 4.045 1.969 2.076 15 Juwiring 2.097 1.012 1.085 16 Sawahan 2.907 1.468 1.439 17 Jaten 2.412 1.175 1.237 18 Trasan 3.876 1.921 1.955 19 Mrisen 3.047 1.492 1.555 JUMLAH 58.503 29.038 29.465 SUMBER DATA : KEPENDUDUKAN KECAMATAN JUWIRING 5

BAB III ANALISIS SARANA DAN BANGUNAN FISIK A. Tinjauan Sarana dan Prasarana Kondisi gedung pelayanan terdiri dari satu atap dengan kontur tanah rata. Namun dengan melihat jumlah kunjungan rata-rata per hari 275 pasien dan ruang yang tersedia sekarang masing-masing unit kurang luas sehingga terasa ketidaknyamanan bagi pasien maupun karyawan. Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Juwiring meliputi 3 Puskesmas Pembantu dan 18 Poskesdes.Puskesmas Juwiring juga dilengkapi dengan rawat inap. Matriks evaluasi kondisi Puskesmas Juwiring berdasarkan Permenkes no 75 tahun 2014 1. Persyaratan lokasi No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1.1 Geografis a. Tidak ditepi lereng tidak b. Tidak didekat kaki gunung tidak rawan longsor c. Tidak di tepi anak tidak sungai/sungai atau badan air yg mengikis pondasi d. Tidak diatas /dekat jalur tidak patahan aktif e. Tidak didaerah rawan tidak tsunami f. Tidak didaerah rawan banjir tidak g. Tidak dalam zona topan tidak h. Tidak didaerah rawan tidak badai 1.2 Akses jalur transportasi umum Mudah dijangkau Terletak dijalur utama pusat pemerintahan ibukota kecamatan Juwiring 1.3 Kontur tanah rata 1.4 Fasilitas parkir Cukup 1.5 Fasilitas Keamanan ada 1.6 Ketersediaan fasilitas utilitas publik tersedia Air bersih dengan Sumur Gali, limbah dikelola septik tank ( tersedia IPAL limbah medis maupun limbah domestik) 6

1.7 Pengelolaan kesehatan lingkungan Sudah bekerjasama dengan jasa pengelola limbah medis 1.8 Kondisi lainnya Tidak dibawah / didaerah SUTT/ SUTET 2. Persyaratan Bangunan Puskesmas a. Arsitektur bangunan Tata Ruang No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1 Rancangan tata ruang memperhatikan fungsi sebagai Kurang / kurang luasan fasilitas kesehatan 2 Bangunan diselenggarakan sesuai sesuai peruntukan lokasi 3 Tata ruang puskesmas mengikuti peraturan tata ruang daerah a. Nilai koefisien bangunan maksimal 60 % b. Nilai koefisien lantai bangunan maksimal 1,8 c. Nilai koefisien daerah hijau minimal 15 % d. Garis sempadan bangunan dan garis sempadan pagar Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Desain No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1 Tata letak ruang pelayanan pada Tidak sesuai bangunan puskesmas memperhatikan zona puskesmas sebagai bangunan fasilitas kesehatan 2 Tata letak diatur dengan Tidak sesuai memperhatikan zona infeksius dan zona non infeksius 3 Zona berdasarkan privasi kegiatan a.area Publik sesuai b.area semi publik Tidak sesuai c.ruang privat Tidak sesuai 4 Zone berdasarkan pelayanan Tidak sesuai 5 Pencahayaan dan penghawaan sesuai yang aman dan nyaman bagi semua bagian bangunan 6 Tersedianya fasilitas pendingin untuk menyimpan obat obat Tersedia 7

khusus dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus 7 Lebar koridor dengan standar 2,4 meter dan tinggi 2,8 meter Dan bila ada perbedaan ketinggian permukaan pijakan dibuat ram dengan kemiringan 7 o Tidak sesuai 3. Persyaratan Ruangan No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1 Ruang Administrasi Kantor Ada tapi kurang Terlalu sempit 2 Ruang Kepala puskesmas ada 3 Ruang Rapat Ada 4 Ruang Pendaftaran dan Rekam medis Ada tapi kurang mamadai Ruang pendaftaran dilantai 1 dan ruang rekam medis di lantai 2 5 Ruang Tunggu Ada tapi kurang mamadai Terlalu sempit dan berupa selasar 6 Ruang Tindakan Kegawat daruratan Ada tapi kurang 7 Ruang Pemerikasaan Umum Ada tapi kurang Terlalu sempit 8 Ruang KIA /KB Ada tapi kurang Terlalu sempit sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan tindakan 9 Ruang kesehatan anak dan Ada imunisasi 10 Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut Ada 11 Ruang ASI Ada 12 Ruang Promosi kesehatan Ada Menjadi satu ruang UKM 13 Ruang Farmasi Ada 14 Ruang persalinan Ada,kurang Terlalu sempit sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan tindakan 15 Ruang rawat pasca persalinan Ada 16 Ruangan tindakan Belum ada Menjadi satu 8

17 Ruangan rawat inap Ada 18 Kamar mandi/wc Pasien( laki-laki Ada dan perempuan terpisah) 19 Laboratorium Ada 20 Ruangan Cuci linen Belum ada 21 Ruang sterilisasi Belum ada 22 Ruang penyelenggaraan makanan Ada,belum 23 Km/ wc pasien Rawat inap Ada tapi kurang dengan ruang IGD Tidak terpisah lakilaki dan perempuan Tidak dipisahkan antara WC laki laki dan WC perempuan 24 KM/WC untuk petugas Ada tapi kurang 25 Ruangan jaga petugas Ada tapi kurang 26 Gudang umum Belum ada 27 Rumah tenaga kesehatan Ada Alih manfaat menjadi ruang fisioterapi dan gudang obat 28 Parkir roda 2 dan roda 4 serta garasi amulan dan kendaraan puskesmas keliling Parkir roda 2 ada, parkir Garasi roda 4 ada 4. Puskesmas Pembantu No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1 Ruang Pendaftaran dan Administrasi Ada tapi kurang Terlalu sempit 2 Ruangan tunggu Ada 3 Ruang Pemeriksaan Umum Ada 4 Ruangan KIA dan KB Ada tapi kurang mamadai 5 KM / WC Petugas dan Pasien Ada tapi kurang mamadai 6 Rumah Dinas tenaga kesehatan Ada tapi kurang 7 Parkir Ada 5. Persyaratan komponen bangunan No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 1 Atap 9

a. Kekuatan atap tahan terhadap bencana, tidak bocor,tahan lama dan tidak menjadi perindukan vektor b. Material tidak korosif dan tidak mudah terbakar 2 Langit langit a. Langit langit harus kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan,tanpa profil, tanpa sambungan b. Ketinggian minimal 2,8 m dari lantai 3 Dinding a. Material dinding harus keras, rata, tidak berpori,tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan b. Dinding KM/WC kedap air dan dilapisi keramik setinggi 150 cm c. Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia tidak berpori dan mudah dibersihkan 4 Lantai harus kuat, tahan air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan 5 Pintu dan jendela a. Lebar pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm agar dapat dilalui brankar, pintu yg bukan akses brankar lebar bukaan 90 cm dan terbuka keluar b. Pintu KM/WC penyandang disabilitas Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Ada Tidak ada 10

lebar bukaan 90 cm dan terbuka keluar c. Material pintu KM/WC harus kedap air 6 Kamar mandi (KM )/ WC a. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna b. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh menggenang c. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup d. Kunci dipilih sedemikian rupa agar mudah dibuka pada kondisi darurat e. Pemilihan kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pengguna f. Minimal disediakan satu kamar madi khusus penyandang disabilitas 7 Aksesabilitas penyandang disabilitas dan lansia a. Umum Puskesmas menyediakan fasilitas dan aksesabilitas demi terwujudnya kemudahan,kenyamanan dan keamanan b. Persyaratan teknis yang meliputi; 1. KM/WC 2. Tempat parkir 3. Telepon umum 4. Jalur pemandu 5. Rambu dan marka Ada tapi kurang Memadai Ada, kurang Ada Ada Ada, kurang Ada Tidak ada Ya Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 11

6. Tangga 7. Pintu 8. Ram Ada Ada Tidak ada 6. Persyaratan prasarana puskesmas No Standar Permenkes Kondisi Yang Ada Keterangan 6.1 Sistem penghawaan ( ventilasi ) 6.1.1 Ventilasi merupakan Memadai proses mensuplai udara segar kedalam gedung yang bertujuan menghilangkan gas yang tidak menyenangkan,menghilangkan uap air terlebih untuk kenyamanan termal 6.1.2 Ventilasi ruangan dapat Memadai berupa ventilasi alami atau mekanis, ventilasi alami tidak boleh kurang dari 15% dari luas lantai ruangan yang memutuhkan ventilasi 6.1.3 Besaran pertukaran udara Ruangan : di berbagai fungsi ruangan Memadai adalah 12 kali pertukaran per KM/WC: jam dan 10 kali pertukaran Tidak udara per jam untuk KM/WC 6.1.4 penghawaan dalam Kurang ruangan perlu memperhatikan 3 elemen dasar 1) Jumlah udara berkualitas baik yang masuk raungan dalam waktu tertentu 2) arah aliran udara yg seharusnya mengalir dari area bersih ke area terkontaminasi serta distribusi udara keluar dalam setiap ruangan dialirkan secara efisien 3)setiap ruangan diupayakan udara bergerak dan terjadi pertukaran udara 6.1.5 pemilihan sistem ventilasi Memadai alami dan mekanik atau campuran dengan memperhatikan kondisi lokal seperti struktur bangunan, cuaca, biaya dan kualitas udara luar 6.2 Sistem Pencahayaan 6.2.1 Bangunan puskesmas Memadai harus mempunyai sistem pencahayaan alami dan/ buatan 6.2.2 Pencahayaan harus Memadai terdistribusi merata disetiap 12

ruang 6.2.3 Lampu lampu yang digunakan diupayakan jenis yang hemat energi 6.3 Sistem Sanitasi 6.3.1 sistem air bersih Memadai 6.3.1.1Sistem air bersih harus Memadai direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya 6.6 Kamar mandi (KM )/ WC a. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna b. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh menggenang c. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup d. Kunci dipilih sedemikian rupa agar mudah dibuka pada kondisi darurat e. Pemilihan kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pengguna f. Minimal disediakan satu kamar madi khusus penyandang disabilitas 6.7 Aksesabilitas penyandang disabilitas dan lansia Puskesmas menyediakan fasilitas dan aksesabilitas demi terwujudnya kemudahan,kenyamanan dan keamanan Ada, kurang ada Ada, kurang Ada, kurang Ada, kurang Tidak ada Kurang 13

BAB IV ANALISIS RASIO JUMLAH PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN TENAGA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Jumlah penduduk Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten pada tahun 2016 adalah 58.503, dengan perincian 29.038 orang laki-laki dan 29.465 orang perempuan (Tabel 1.) Luas wilayah Kecamatan juwiring 29,79 km², sehingga kepadatan penduduk di Kecamatan Juwiring adalah 1.964 jiwa per kilometer. Kepadatan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan TABEL. JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN JUWIRING No. Desa Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah PBI BPJS 1 Gondangsari 4.114 2.095 2.019 1.711 2 Serenan 4.341 2.210 2.131 1.642 3 Taji 2.993 1.519 1.474 1.062 4 Tlogorandu 3.462 1.723 1.739 1.307 5 Ketitang 3.199 1.546 1.653 1.737 6 Bolopleret 2.526 1.235 1.291 1.388 7 Tanjung 2.660 1.318 1.342 1.037 8 Carikan 3.456 1.714 1.742 1.472 Persentase 41,58 37,8 35,5 37,7 54,3 54,9 39 42,6 9 Kwarasan 3.343 1.648 1.695 2.352 70,4 10 Jetis 2.140 1.061 1.079 1.080 50,5 11 Kenaiban 2.880 1.450 1.430 1.560 54,2 12 Pundungan 1.697 854 853 609 35,9 13 Juwiran 3.308 1.628 1.680 1.401 42,4 14 Bulurejo 4.045 1.969 2.076 1.423 35,2 15 Juwiring 2.097 1.012 1.085 1.078 51,4 16 Sawahan 2.907 1.468 1.439 1.164 40 17 Jaten 2.412 1.175 1.237 401 16,2 18 Trasan 3.876 1.921 1.955 1.958 50,5 19 Mrisen 3.047 1.492 1.555 1.580 51.8 JUMLAH 58.503 29.038 29.465 25.962 44.4 14

DATA WILAYAH DAN FASILITAS PELAYANAN TAHUN 2016 NO JUMLAH DESA JUMLAH JARAK JUMLAH FASKES DUSUN KE PKM PKM PUS TU PKD PRAK TEK POLI KLINIK RS DR 1 Gondangsari 10 1,5 KM 1 2 Serenan 8 2 KM 1 3 Taji 9 4 KM 1 4 Tlogorandu 6 1 KM 1 5 Ketitang 16 1 KM 1 1 1 6 Bolopleret 10 1 KM 1 7 Tanjung 7 1,5 KM 1 1 8 Carikan 12 3 KM 1 1 9 Kwarasan 9 3 km 1 2 10 Jetis 10 5 Km 1 11 Kenaiban 11 1 KM 1 12 Pundungan 8 4 KM 1 13 Juwiran 12 5 KM 1 14 Bulurejo 21 3 KM 1 1 15 Juwiring 7 2 KM 1 1 16 Sawahan 7 4 KM 1 17 Jaten 17 3KM 1 18 Trasan 19 6 KM 1 19 Mrisen 19 5 KM 1 1 JUMLAH 1 3 18 6 Tenaga kesehatan menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Kebutuhan SDM kesehatan pada dasarnya dapat ditentukan berdasarkan: 1 Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat. 1. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan. 2. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan. 3. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu. Determinan lain yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah: 1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat/bencana. 2. Pertumbuhan ekonomi. 15

3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan. (Kepmenkes No. 81 Tahun 2004). Salah satu metode penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu nilai (Ratio Method). Langkah awal menentukan rasio dari tenaga terhadap suatu nilai tertentu misalnya jumlah penduduk. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dengan membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan rasio yang ditentukan. Rasio dokter terhadap penduduk bervariasi dalam suatu daerah, mulai dari 1 : 5.000 sampai 1 : 2.500, atau rata-rata 1 : 4.000. Bila proyeksi penduduk pada tahun target adalah satu juta dengan rasio pada tahun target yang diinginkan sebesar 1 : 4.000, kebutuhan dokter yang diperlukan adalah = 1.000.000 : 4.000 = 250 dokter Full Time Equivalent (FTE). Penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan Analisis data secara deskriptif menggunakan beberapa rumus berikut. 1. Analisis standar kebutuhan tenaga medis (dokter) P TM = -----... (1) Km Keterangan : TM = Kebutuhan tenaga medis P = Penduduk daerah K m = Konstanta medis (5.000) 2. Analisis standar kebutuhan tenaga keperawatan P TK = -----... (2) Kk Keterangan : TK = Kebutuhan tenaga keperawatan P = Penduduk daerah K k = threshold (konstanta) keperawatan (1.250) Hasil dan Pembahasan 1. Tenaga medis Tenaga medis adalah tenaga kesehatan yang meliputi dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi. Tenaga medis merupakan tenaga kesehatan yang sangat vital perannya dalam pembangunan kesehatan. Mengingat pentingnya peran tenaga medis dalam pelayanan kesehatan, maka tenaga medis sering dikaitkan dengan threshold (jumlah penduduk) tertentu. Dokter yang merupakan tenaga kesehatan vital, memiliki threshold 5.000. Artinya, untuk setiap 5.000 penduduk perlu disediakan 1 orang dokter. Analisis ini sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan standar kebutuhan tenaga medis. Per Desember 2016, puskesmas Juwiring memiliki 2 tenaga medis dokter umum 16

dan 1 dokter gigi. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Juwiring adalah 58.503 jiwa. Sementara standar kebutuhan tenaga medis berbasis threshold sebesar 11 orang. Artinya, ada selisih antara ketersediaan tenaga medis riil dengan standar kebutuhan berjumlah 8 orang. Tetapi Menurut perhitungan tenaga puskesmas strategis Kabupaten Klaten berdasarkan Permenpan No. 26 tahun 2011 dan peraturan kepala BKN No. 19 tahun 2011 yang dilihat dari analisa beban kerja tidak terdapat kekurangan tenaga medis. 2. Tenaga keperawatan Tenaga keperawatan mencakup tenaga perawat dan bidan. Data bulan Desember 2016 menunjukkan Puskesmas Juwiring memiliki 6 orang tenaga perawat dan 26 orang tenaga bidan (termasuk bidan desa) dan 1 orang perawat gigi. Secara keseluruhan, Puskesmas Juwiring pada tahun 2016 memiliki tenaga keperawatan 33 orang. Sementara standar kebutuhan tenaga medis berbasis threshold sebesar 46 orang. Artinya, ada selisih antara ketersediaan tenaga medis riil dengan standar kebutuhan berjumlah 7 orang. Kekurangan tenaga keperawatan di Puskesmas Juwiring adalah perawat 7 orang. Berdasarkan analisis kebutuhan tenaga medis dengan metode threshold di atas, sesuai dengan standar kebutuhan tenaga berdasarkan Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Puskesmas Juwiring masih kekurangan tenaga dokter 8 orang dan perawat/ bidan 9 orang. Terkait dengan tenaga kesehatan, langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Puskesmas Juwiring adalah segera berupaya menambah tenaga medis dengan mengusulkan ke dinas kesehatan agar pelayanan yang diberikan lebih optimal. 17

BAB V KESIMPULAN 1. Berdasarkan beberapa analisis diatas maka pendirian Puskesmas Juwiring dari tinjauan jumlah penduduk, letak geografis sudah memenuhi persayaratan artinya kalau pertimbangannya mendekatkan akses masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. 2. Berdasarkan analisis kondisi fisik bangunan sudah tidak memenuhi persyaratan karena luasan bangunan sudah tidak sesuai dengan jumlah kunjungan pasien yang banyak dengan harapan baik dari kenyamanan,keamanan dan untuk kemudahan pelayanan dapat terpenuhi sehingga kepuasan masyarakat akan bisa meningkat 3. Untuk tinjauan kebutuhan tenaga juga masih kurang artinya belum semuanya memenuhi persyaratan minimalnya. 4. Untuk itu perlu diusulkan untuk rehab bangunan fisik dan pemenuhan tenaga yang kurang. 18