MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPPMP) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

ANALISIS GAMBARAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2015 PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAPORAN KEGIATAN PPL UNY 2014 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN Analisis Data Akreditasi Sekolah Tingkat SMP Di Kota Yogyakarta. Dosen Pembimbing Lapangan: Ariefa Efianingrum, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

PEMETAAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH ALIYAH DI KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

Sistem Pendidikan Nasional

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR :188/ADP/ 1550/2010

DAYA TAMPUNG SEKOLAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 /2011. (1) Daya tampung Peserta Didik Baru pada SMP di Kota Yogyakarta sebagai berikut :


DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DAFTAR SEKOLAH SMA / MA BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

KEPUTUSAN KEPALA UPTD SMA NEGERI 1 PARE Nomor : 420 /219/ / 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Hal itu diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang-undang Dasar. dengan undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR TENTANG

Pertemuan Ke Pengujian hipotesis mengenai rata-rata Nilai Statistik Uji. Wilayah Kritik

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh: WIDIHASTUTI, S.PD. (Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

Transkripsi:

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemetaan untuk Megelompokkan Kota/Kabupaten dan SMP/MTs Berdasarkan Rata-Rata Nilai Ujian Nasional murni dan Nilai Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Analisis Kuadran Hanifah Muthiah 1 Dr. RB. Fajriya Hakim, M.Si 2 1 Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta Muthia.iksan@gmail.com 2 Dosen Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta fajriyahakim@yahoo.com INTISARI Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan merupakan data sekunder. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelompokan/pemetaan SMP/Mts di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan nilai ujian. analisis yang digunakan antara lain statistik deskriptif dan analisis kuadran. Adapun hasil analisis tersebut yang didapatkan adalah empat kelompok kuadran untuk Kota/Kabupaten, dan empat kelompok kuadran untuk SMP/MTs di Kota Yogyakarta yang kemudian dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pihak terkait. Kata kunci : Nilai ujian nasional, Nilai sekolah, Analaisis deskriptif, Analisis kuadran Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, 1

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No 20 tahun 2003 SISDIKNAS). Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan UUD itu, batang tubuh konstitusi itu di antaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan nasional tersebut harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk itu, perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Permasalahan khusus dalam dunia pendidikan adalah rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan (Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan). Pendidikan di Indonesia, khususnya tentang pendidikan di Yogyakarta sekarang ini sudah semakin bagus dan maju. Dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan banyaknya lembaga pendidikan terutama yang di bangun di daerah pelosok atau pedesaan makin banyak juga anak-anak bangsa yang mengenyam pendidikan, apalagi sekarang ada program pendidikan gratis (Rian Priyadi, 2013). 2

Untuk meningkatkan mutu pendidikan demi membangun sistem pendidikan yang baik, diperlukan evaluasi pada setiap tahapan pendidikan yang dilaksanakan, termasuk pada sistem pelaksanaan dan hasil ujian nasional (UN). Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didiksecara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XVI Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi, Pasal 57, 58, dan 59) Gambaran mutu sekolah dalam bidang akademik umumnya dilihat dari tinggi rendahnya mutu lulusan. Sedangkan indikator mutu lulusan yang sering digunakan ialah pencapaian rata-rata nilai Ujian Nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan pemerintah guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Sejak tahun 2002, Ujian Nasional (UN) telah menetapkan standar kelulusan yang meningkat dari tahun ke tahun untuk 3 mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris). Untuk tahun 2003 standar kelulusan 3.01, tahun 2004 standar kelulusan 4.01, tahun 2005 standar kelulusan 4.26, tahun 2006 standar kelulusan 4.50, tahun 2007 standar kelulusan 5.01, tahun 2008 standar kelulusan 5.26, dan tahun 2009 standar kelulusan 5.50. Kelulusan dalam UN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual. 3

Dalam situs resmi Kementerian Pendidikan Nasional di http://www.kemdiknas.go.id disebutkan bahwa hasil Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah digunakan sebagai: 1. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; 2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3. Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan 4. Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Program-program tersebut merupakan proses pembangunan mutu pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab Negara dalam melaksanakan amanat yang tertuang dalam Pembangunan Pendidikan Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Agar terkontrol pelaksanaan program program pembangunan tersebut perlu adanya sistem monitoring dan evaluasi yang terukur dan dikelola dengan baik, maka Pemerintah dalam hal ini Kemendiknas melakukan analisis deskriptif berupa potret nilai Ujian Nasional (UN) murni dengan Nilai sekolah secara nasional, serta penelusuran sekolah dari Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Sekolah untuk melakukan intervensi terhadap sekolah-sekolah yang ada. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif berupa kuadran pemetaan sekolah-sekolah berdasarkan hasil UN murni dan nilai Sekolah. Pemetaan nilai UN kota/kabupaten ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran posisi prestasi nilai UN. Pemetaan ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memperoleh gambaran keunggulan dan kekurangan dari setiap kota/kabupaten yang mempengaruhi prestasi sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan mutu pendidikan setiap kota/kabupaten. Ujian Nasional merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk pemetaan. Nilai Ujian Nasional (UN) sebenarnya dimaksudkan sebagai standar mutu seorang siswa. Tujuan 4

1. Untuk mengetahui kualitas/mutu SMP/Mts pada masing-masing Kabupaten/Kota di DIY berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai sekolah pada setiap sekolah. 2. Untuk mengetahui kualitas/mutu SMP/Mts pada masing-masing sekolah di Kota Yogyakarta berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai sekolah pada setiap sekolah. Metode Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah laporan data hasil nilai ujian naional murni dan sekolah SMP/MTs negeri maupun swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013. Data yang digunakan untuk laporan ini adalah data sekunder yang ada di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY. Data yang diperoleh ini adalah data hasil nilai ujian nasional SMP/Mts negeri maupun swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013. Metode yang digunakan pada permasalahan ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuadran. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kumpulan data yang diperoleh akan disajikan dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Analisis kuadran, untuk pemetaan Kota/Kabupaten di DIY dan SMP/MTs negeri dan swasta berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai Sekolah sebagai informasi yang berguna untuk peningkatan mutu ditahun berikutnya. Hasil dan Pembahasan Analisis Deskriptif 5

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta di kota/kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di DI. Yogyakarta Gambar 4.1 Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di DIY Grafik diatas menggambarkan jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di lima kabupaten/kota yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, Bantul dan Yogyakarta. Jumlah keseluruhan sekolah dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta adalah 513 seperti yang tercantum pada grafik di atas. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta terbanyak di kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 134. Diurutan kedua adalah kabupaten Sleman dengan jumlah 129 sekolah. Urutan ketiga adalah kabupaten Bantul dengan jumlah 108 sekolah. Urutan keempat adalah Kulon Progo dengan jumlah 77 sekolah. Sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah SMP/Mts negeri maupun swasta paling sedikit adalah Kota Yogyakarta dengan jumlah 65 sekolah. 6

Jumlah SMP/Mts Negeri dan Swasta di DI. Yogyakarta Gambar 4.2 Jumlah SMP/Mts Negeri dan Swasta di DIY Grafik di atas menggambarkan bahwa jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri di DI. Yogyakarta adalah sebanyak 247 sekolah. Sedangkan jumlah Swasta adalah sebanyak 266 sekolah. Rata-rata nilai UN murni Provinsi DIY Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata nilai UN Murni Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai UN murni untuk mata pelajaran IPA adalah 5,38, matematika adalah 5,42, bahasa Inggris adalah 7

5,21, dan bahasa Indonesia adalah 7,51. Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dari UN murni adalah 5,88. Rata-rata nilai Sekolah Provinsi DIY Gambar 4.4 Grafik nilai rata-rata nilai sekolah Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 6,61, matematika adalah 7,91, bahasa Inggris adalah 6,61, dan bahasa Indonesia adalah 6,48. Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dari nilai Sekolah adalah 6,90. Nilai rata-rata UN murni untuk setiap Kabupaten/Kota di DIY Gambar 4.5 Grafik rata-rata UN murni setiap kabupaten/kota Dari gambar 5.5 diatas, diketahui Kota Yogyakarta memiliki nilai rata-rata UN murni tertinggi yaitu 6,32, kemudian disusul oleh Sleman sebesar 6,21, 8

Kabupaten Bantul 5,89, Kulon Progo sebesar 5,84, dan yang terkecil Kabupaten Gunungkidul sebesar 5,4. Nilai rata-rata Sekolah untuk setiap Kabupaten/Kota di DIY Gambar 4.6 Grafik rata-rata nilai Sekolah setiap kabupaten/kota Dari gambar 5.6 diatas, diketahui Kota Yogyakarta memiliki nilai rata-rata UN murni tertinggi yaitu 7,21, kemudian disusul oleh Sleman sebesar 7,04, Kabupaten Bantul 6,94, Kulon Progo sebesar 6,83, dan yang terkecil Kabupaten Gunungkidul sebesar 6,62. Analisis Kuadran Terdapat 5 Kabupaten/Kota di DIY sebagai peserta UN, untuk memilih Kota/Kabupaten yang akan dianalisis, maka terlebih dahulu dilakukan pemetaan untuk Kota/Kabupaten di Provinsi DIY, dan kemudian diambil salah satu kriteria yang paling bagus/baik untuk dilakukan pemetaan lanjutan. Tujuan Analisis Kuadran Pada penelitian ini, tujuan dilakukannya analisis kuadran adalah untuk pemetaan SMP/MTs berdasarkan nilai rata-rata setiap sekolah meliputi nilai UN murni dan sekolah masuk pada kategori kuadran berapa, sehingga kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannyanya untuk kemudian dapat dijadikan pertimbangan untuk mempertahankan, bahkan memperbaiki. 9

Pengelompokkan Kabupaten/Kota menggunakan Diagram Kartesius (Kuadran 2) Nilai UN murni dibawah nilai rata-rata provinsi DIY, namun nilai Sekolah diatas nilai rata-rata provinsi DIY. (Kuadran 1) Nilai UN murni dan Sekolah diatas nilai rata-rata provinsi DIY. (Kuadran 3) Nilai UN murni dan Sekolah dibawah nilai rata-rata provinsi (Kuadran 4) Nilai UN murni diatas nilai rata-rata provinsi DIY, namun nilai Sekolah dibawah nilai rata-rata provinsi DIY. Gambar 4.7 Grafik kuadran Kabupaten di DIY berdasarkan nilai rata-rata UN Murni dan Sekolah Interpretasi grafik 4.7: Kelompok kuadran 1 antara lain sebagai berikut: 1) Kota Yogyakarta 2) Kabupaten Sleman Kelompok kuadran 2 antara lain sebagai berikut: 1) Kabupaten Bantul Kelompok kuadran 3 antara lain sebagai berikut: 1) Kabupaten Kulon Progo 2) Kabupaten Gunung Kidul Kelompok kuadran 4 antara lain sebagai berikut: - 10

Pengelompokkan SMP/MTS di Kota Yogyakarta Dari hasil pemetaan gambar 4.3, diperoleh informasi bahwa Yogyakarta yang merupakan jumlah SMP/MTS terkecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya masuk pada kelompok kuadran 1 yang memiliki kriteria paling baik yaitu nilai UN murni dan sekolah diatas nilai rata-rata Provinsi DIY. Dengan ini saya mengambil studi kasus SMP/MTS di Yogyakarta untuk dikelompokkan/dipetakan melalui analisis kuadran. (Kuadran 1) Nilai UN murni dan Sekolah diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta. (Kuadran 2) Nilai UN murni dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta, namun nilai Sekolah diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta. (Kuadran 4) (Kuadran 3) Nilai UN murni diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta, namun nilai Sekolah dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta Nilai UN murni dan Sekolah dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta. Gambar 4.8 Grafik kuadran SMP/MTs Kota Yogyakarta Interpretasi grafik 4.8: Kelompok kuadran 1 antara lain sebagai berikut: 1) SMP Negeri 5 Yogyakarta 11

2) SMP Negeri 8 Yogyakarta 3) SMP Negeri 2 Yogyakarta 4) SMP Islam Terpadu Abu Bakar 5) SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta 6) SMP Negeri 1 Yogyakarta 7) SMP Negeri 6 Yogyakarta 8) SMP Negeri 16 Yogyakarta 9) SMP Negeri 4 Yogyakarta 10) SMP Negeri 12 Yogyakarta 11) SMP Negeri 7 Yogyakarta 12) SMP Negeri 14 Yogyakarta 13) SMP Negeri 3 Yogyakarta 14) SMP Negeri 9 Yogyakarta 15) SMP Negeri 10 Yogyakarta 16) SMP Negeri 11 Yogyakarta 17) SMP Negeri 15 Yogyakarta 18) SMP Kristen Kalam Kudus 19) SMP Joannes Bosco Yogyakarta 20) SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta 21) SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta 22) SMP Budya Wacana Yogyakarta 23) SMP Maria Immaculata Yogyakarta 24) SMP Stella Duce 1 Yogyakarta 25) SMP Islam Terpadu Bina Anak Sholeh 26) MTS Negeri 2 Yogyakarta 12

27) MTS Mu alimaat Muhammadiyah 28) MTS Mu alimin Muhammadiyah Yogyakarta Kelompok kuadran 2 antara lain sebagai berikut: - Kelompok kuadran 3 antara lain sebaagai berikut: 1) SMP Bopkri 3 Yogyakarta 2) SMP Kanisius Gayam 3) SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta 4) SMP Marsudi Luhur Yogyakarta 5) SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta 6) SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta 7) SMP Gotong Royong Yogyakarta 8) SMP Islam Yogyakarta 9) SMP 17 2 Yogyakarta 10) SMP Perak Yogyakarta 11) SMP Pembangunan Ma arif Yogyakarta 12) MTS Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta 13) SMP Budi Luhur Yogyakarta 14) MTS Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta 15) SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta 16) SMP Piri 1 Yogyakarta 17) SMP Bopkri 1 Yogyakarta 18) SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta 19) MTS Nurul Ummah Yogyakarta 13

20) SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta 21) SMP Bopkri 2 Yogyakarta 22) MTS Yaketunis Yogyakarta 23) SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta 24) SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta 25) SMP Institut Indonesia Yogyakarta 26) SMP Bopkri 10 Yogyakarta 27) SMP 17 1 Yogyakarta 28) SMP Perintis Yogyakarta 29) SMP Muhammadiyan 8 Yogyakarta 30) SMP Bopkri 5 Yogyakarta 31) SMP Piri 2 Yogyakarta 32) SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta 33) SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta 34) SMP Taman Dewasa Kumendaman Yogyakarta Kelompok kuadran 4 antara lain sebagai berikut: 1) SMP Negeri 13 Yogyakarta 2) SMP Stella Duce 2 Yogyakarta 3) SMP Islam Terpadu Masjid Syuhada Uji Hipotesis: Pada sekolah (titik) yang berada dekat dengan garis kuadran, dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah nilai tersebut identik/sama dengan nilai ratarata murni maupun sekolah (garis kuadran). Berikut pengambilan keputusan 14

hipotesis Uji T dilakukan dengan menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi), yaitu: Nilai sekolah : One-Sample Test Test Value = 7.213 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper garis_sekolah -.393 3.720 -.13300-1.2096.9436 Tabel 5.1 Tabel Output One Sample Test untuk nilai sekolah 1. Hipotesis: Ho : Nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Hı : Nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 tidak sama dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 2. Tingkat Signifikansi : α = 5% 3. Daerah Kritis : Tolak Ho, jika Sig. < α atau T hitung > T tabel 4. Statistik Uji : Dari tabel di atas, diketahui nilai Sig. sebesar 0.720 T hitung = -0.393 dan T tabel = 2.353 5. Keputusan : Gagal tolak Ho, karena Sig. (0.720) > α (0.05) dan T hitung (-0.393) < T tabel (2.353) 6. Kesimpulan : Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 15

Nilai UN Murni : One-Sample Test Test Value = 6.238 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper garis_murni.465 3.673.24200-1.4131 1.8971 Tabel 5.2 Tabel Output One Sample Test untuk nilai UN murni 1. Hipotesis: Ho : Nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Hı : Nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 tidak sama dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 2. Tingkat Signifikansi : α = 5% 3. Daerah Kritis : Tolak Ho, jika Sig. < α atau T hitung > T tabel 4. Statistik Uji : Dari tabel di atas, diketahui nilai Sig. sebesar 0.673 T hitung = 0.465 dan T tabel = 2.353 5. Keputusan : Gagal tolak Ho, karena Sig. (0.673) > α (0.05) dan T hitung (0.465) < T tabel (2.353) 6. Kesimpulan : Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Kesimpulan 1) Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di lima Kabupaten/Kota yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, Bantul dan 16

Yogyakarta. Jumlah keseluruhan sekolah dari lima Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta adalah 513. Dapat diketahui bahwa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta terbanyak di kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 134, dan Kota Yogyakarta memiliki jumlah SMP/Mts negeri maupun swasta paling sedikit dengan jumlah 65 sekolah. 2) Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri di DI. Yogyakarta adalah sebanyak 247 sekolah. Sedangkan jumlah Swasta adalah sebanyak 266 sekolah. 3) Untuk nilai rata-rata UN murni dan Sekolah, Kota Yogyakarta menduduki posisi paling tinggi dibandingkan dengan 4 Kabupaten lainnya, dan Kabupaten Gunungkidul yang menduduki posisi terendah. 4) Pada analisis kuadran untuk 5 Kabupaten/Kota di DIY, Kota Yogyakarta dan Sleman memiliki kriteria nilai rata-rata yang paling baik. 5) Dari 65 SMP/MTs di Kota Yogyakarta, pada kuadran 1 terdapat 28 sekolah, pada kuadran 2 tidak ada, pada kuadran 3 terdapat 34 sekolah, dan kuadran 4 terdapat 3 sekolah. Saran 1. Setelah diketahui kuadran Kota/Kabupaten di DIY yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi masyarakat umum di DIY guna untuk melihat Kota/Kabupaten mana saja yang mempunyai kriteria nilai rata-rata UN murni dan sekolah yang sudah bagus dan yang masih harus ditingkatkan lagi. 2. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi masyarakat umum di Yogyakarta guna untuk melihat sekolah mana saja yang mempunyai kriteria nilai rata-rata UN murni dan sekolah yang sudah bagus/baik dan yang masih harus ditingkatkan lagi. 3. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi instansi sendiri, guna untuk bahan evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP/MTs dibeberapa 17

Kabupaten/Kota yang kriteria nilainya masih kurang, dan dapat mempertahankan prestasi untuk Kabupaten/Kota yang kriteria nilainya sudah bagus/baik di DIY 4. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi instansi sendiri, guna untuk bahan evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP/MTs yang kriteria nilainya masih kurang, dan dapat mempertahankan prestasi untuk SMP/Mts yang kriteria nilainya sudah bagus/baik di Kota Yogyakarta. 5. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya lebih spesifik lagi dalam penelitian ini sebagai evaluasi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa SMP/Mts di Daerah Istimewa Yogyakarta. 18