PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

PENERAPAN TERAPI RELIGIUS DZIKIR PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI WISMA SETYOWATI RSJ PROF. DR.

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

MANUSKRIP OLEH : FATIMA DA SILVA DE JESUS PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.K DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

Pandeirot *, Istri**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

Pandeirot *, Luluk Maulidah** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Jln. Cimanuk 20 Surabaya

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Transkripsi:

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123 ABSTRAK Halusinasi adalah suatu persepsi sensori tentang objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi pendengaran sering dijumpai berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar seperti sebuah kata atau kalimat yang bermakna sedangkan halusinasi penglihatan biasanya sering muncul bersaman dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran gambaran yang mengerikan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan pada Tn. E di Wisma Antareja RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa SP I, SP II dan SP III. Pengelolaan halusinasi dilakukan selama 3 hari pada Tn. E. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi. Setelah didapatkan data pengkajian penulis menegakan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan halusinasi dengan cara menghardik, dengan cara bercakap-cakap dan dengan cara melakukan kegiatan dengan bimbingan. Saran bagi perawat untuk lebih meningkatkan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan. Kata kunci: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan Kepustakaan: 19 (2005-2013) PENDAHULUAN Sehat dalam rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimal sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total. Menurut model kontinum sehat-sakit ini, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat (Neuman, 1990 dalam Potter, 2005: 6). 1

2 World Health Organization (WHO, 2009) mendefinisikan tentang kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Tidak ada satupun definisi tentang kesehatan jiwa, tetapi kita, dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku seseorang bisa dilihat berbeda oleh orang lain, yang bergantung kepada nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi sulit (Videbeck, 2012). Keliat & Akemat, (2010) menyatakan bahwa penanganan masalah kesehatan jiwa secara tepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25%) dan kemandirian (25%) akan tercapai jika pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Fakta seperti ini, bahkan produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. WHO, (2007) menyebutkan masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, gangguan obsesif kompulsif. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. ODS (Orang Dengan Skizofrenia) menarik diri orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Nurarif & Hardhi, 2013; Stuart &Laraia, 2005). Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker. Selama berpuluh puluh tahun, skizofrenia sering disalah artikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang tidak mengalami masalah emosional atau psikologis yang terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah ( Videbeck, 2012). Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling banyak di derita oleh pasien dengan skizofrenia adalah pendengaran. Gangguan persepsi sensori : halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang

3 mengalami halusinasi. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, pengrabaan atau penghiduan. Adapun halusinasi pendengaran berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna sehingga tidak jarang penderita bertengar dan berdebat dengan suara tersebut sedangkan halusinasi penglihatan lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik), biasanya sering muncul bersaman dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran gambaran yang mengerikan. (Keliat, 2010; Yosep, 2009). Gangguan kesehatan jiwa seperti gangguan persepsi sensori atau yang sering disebut dengan halusinasi, harusnya mendapatkan penanganan khusus di rumah sakit jiwa, Rumah Sakit Jiwa Profesor. dr. Soerojo Magelang adalah salah satu Rumah Sakit di Jawa Tengah yang menangani berbagai penyakit yang diakibatkan oleh gangguan mental dan kejiwaan. Penanganan masalah gangguan jiwa sesuai dengan visi rumah sakit yaitu, mandiri dalam pelayanan jiwa yang komperhensif untuk kesehatan bersama dan melaksanakan pelayanan kesehatan prima, melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa, mengembangkan pelayanan pendidikan atau penelitian tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan jiwa. Data rekam medis rumah sakit jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang pada tahun 2013 ada sepuluh diagnosa schizophrenia. jumlah total kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang adalah 4010 kasus yang terdiri klien pria 2539 dan klien wanita 1471. Kasus tertinggi adalah F20.0 atau paranoid schizophrenia yang jumlahnya 1300 kasus, dan yang terendah adalah F31.2 atau bipolar affective disorder current episode manic with psychotic symptoms yang jumlahnya 86 kasus. Hasil studi di rumah sakit didapatkan, jumlah pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi di Wisma Antareja RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang cukup tinggi yaitu sebanyak 10 pasien atau dari jumlah keseluruhan pasien, sehingga penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang penerapan pengelolaan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi, agar nantinya dapat memberikan pengelolaan keperawatan secara optimal kepada klien. METODE PENGELOLAAN Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa SP I, SP II dan SP III. Pengelolaan halusinasi dilakukan selama 3 hari pada Tn. E. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi. Setelah didapatkan data pengkajian penulis menegakan diagnosa Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan halusinasi klien tidak menyebabkan masalah lain akibat halusinasi yang dialami

4 klien dan didapatkan klien mampu mengotrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan. PEMBAHASAN Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengatakan masih mendengar suara-suara yang tidak jelas dan tidak tahu sumbernya serta klien melihat brigadir dan orang yang sedang meninggal. Munculnya tidak pasti bisa pagi, siang, atau malam. Saat mendengar suara dan melihat bayangan klien hanya diam saja. Saat muncul klien jengkel dan gelisah. IMPLEMENTASI Implementasi keperawatan pada pertemuan yang pertama dilakukan pada hari Jum at tanggal 21 Maret 2014 pukul 09.15 WIB penulis mengajarkan SP 1 yaitu mengidentifikasikan halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Klien mampu, mengidentifikasi jenis halusinasi, mengidentifikasi isi halusinasi, mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien, mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan halusinasi, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. Imlpementasi pertemuan kedua pada hari Jum at tanggal 21 Maret 2014 pukul 10.30 WIB penulis mengajarkan SP II yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat halusinasi tersebut muncul, Klien mampu melakukan mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan temannya. Implementasi pertemuan ketiga pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 10.30 WIB penulis menajarkan SP III yaitu melatih mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan saat halusinasinya muncul. Pasien mampu memilih kegiatan yang akan dilakukan ketika halusinasinya muncul. EVALUASI Evaluasi dilakukan setiap setelah melakukan tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan: menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan saat halusinasinya muncul. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J.2006. Buku saku keperawatan. (Edisi 10.). Jakarta: EGC Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Bandung: Refika Aditama. Dermawan, D. Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Depkes RI, (2007). Workshop Asuhan Keperawatan dan Bimbingan Keperawatan Jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Tanggal 26-27 Oktober 2007. Magelang (tidak diterbitkan) Direja, Ade, H, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Doenges, Marilyn. E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan

5 Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Keliat, B, A. Panjaitan R. U, Helena, N. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Keliat, B, A. Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: 2010. Potter & Perry 2005. Fundamental keperawatan. volume 1. Jakarta: EGC Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Stuart, G, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, S. L. 2012, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC. Yosep, Iyus. 2009, Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Kusuma, H. Nurarif, A. H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy. Laraia, Stuart. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8 Edition. Philadelphia: Elsevier Mosby Lumbantobing, S, M. 2007. Skizofrenia Gila. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi (Terj. Budi Santosa). Jakarta: Prima Medika. NANDA. 2012. Diagnosis keperwatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC