MANUSKRIP OLEH : FATIMA DA SILVA DE JESUS PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017
|
|
- Adi Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MANUSKRIP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH PADA NY. S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG WISMA ARIMBI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG OLEH : FATIMA DA SILVA DE JESUS PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 0
2 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah Pada Ny. S Dengan Skizofrenia Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Fatima da Silva de Jesus*, Muhammad Imron Rosyidi**, Puji Lestari*** Universitas Ngudi Waluyo Gracielasilva92@gmail.com ABSTRAK Seseorang dengan skizofrenia mempunyai gejala utama gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapih. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah diruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah memberikan Asuhan keperawatan selama 3 hari yang berupa tindakan keperawatan klien dalam meningkatkan harga diri rendah, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,observasi dan demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan positif yang dimiliki klien seperti : merapikan tempat tidur dan mecuci piring serta melibatkan klien dalam kegiatan yang ada diruangan. Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat harga diri rendah yang dialami. Saran bagi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang khususnya bagi perawat pelaksana diharapkan untuk dapat meningkatkan kreatifitas dalam melakukan interaksi atau tindakan dengan klien. Kata kunci : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kepustakaan : 21 ( ) LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stresor, produktif dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat (WHO, 2007 dalam Varcarolis & Halter, 2010). Seseorang dapat berespon positif terhadap suatu stresor maka akan tercapai sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi sejahtera baik secara emosional, psikologis, maupun perilaku sosial, mampu menyadari tentang diri dan apabila berespon negatif maka akan terjadi kondisi gangguan jiwa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk artinya, 1-2 orang dari Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 1
3 penduduk di Indonesi mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar orang. Menurut Ibrahim, (2011) Gangguan jiwa berat yang sering ditemui masyarakat adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku (Kaplan & Saddock, 2007). Gejala negatif dari skizofrenia meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan menarik diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008). Berdasarkan gejala negatif pada klien skizofrenia maka perawat menegakkan diagnosis keperawatan harga diri rendah. Hasil pengkajian pada kelompok pasien dengan Skizofrenia menyatakan bahwa mereka mempunyai perasaan tidak berharga, tidak bisa berbuat apa-apa, malu dan minder untuk kembali ke masyarakat, bahkan separuhnya mengatakan sudah dibuang oleh keluarganya. Banyak pasien skizofrenia yang hanya dititipkan di rumah sakit jiwa dan tidak dikunjungi. Keluarga sudah menyerahkannya pada rumah sakit dan perawat yang bertugas dirumah sakit tersebut. Padahal, keberhasilan terapi gangguan jiwa skizofrenia tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Hawari, 2009). Ketika pasien skizofrenia menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa, keluarga seharusnya tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan (Friedman, 2010). Konsep diri termasuk harga diri berkembang sejak dilahirkan secara bertahap sering dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu dan akan terbentuk karena pengaruh dari lingkungannya. Harga diri dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu (Setyono, 2008). Pengalaman perlakuan keluarga, terkucilkan dalam perawatan di rumah sakit didorong oleh keterbatasan kemampuannya akan menciptakan penurunan harga dirinya. Harga diri rendah juga adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah. Keliat, (2010). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan harga diri, merasa gagal untuk mencapai keinginan (Keliat dalam Fitria, 2009). Harga diri rendah adalah penilaian negatif individu terhadap diri sendiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah faktor resiko terjadinya stres yaitu faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya. Pada faktor predisposisi yang terbanyak pada faktor psikologis yang introvert dan riwayat kegagalan sebanyak 35 klien (100 %) serta faktor sosial ekonomi rendah sebanyak 30 klien (85,7 %) dan masalah pekerjaan 22 klien (62,9 % ). Faktor predisposisi yang terbanyak adalah dari aspek psikologis yaitu secara keseluruhan mempunyai riwayat kegagalan/kehilangan dan mempunyai kepribadian introvert. Kegagalan dalam melaksanakan tugas Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 2
4 perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, tidak mampu merumuskan dan mengungkapkan keinginan dan merasa tertekan. Faktor presipitasi harga diri rendah dapat bersifat biologis, psikologis maupun sosial kultural yang menyebabkan klien dirawat. Pada faktor presipitasi biologis yang terbanyak adalah putus obat sebanyak 30 klien (85,7%). Pada faktor psikologis bahwa sebagian besar memiliki keinginan yang tidak terpenuhi sebanyak 25 orang (71,4 %) yaitu keinginan untuk menikah, keinginan memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak, serta keinginan untuk mendapatkan perhatian pada orang lain. Pada faktor presipitasi terbanyak adalah pada aspek biologi yaitu putus obat. Perilaku tidak patuh dalam minum obat dikarenakan klien dan keluarga tidak merasakan manfaat minum obat dan merasa tidak nyaman khususnya secara fisik dengan mengkomsumsi obat-obat antipsikotik (Wardani, Hamid, Wiarsih, 2009). Kurangnya informasi kepada klien dan keluarga yang adekuat dari fasilitas pelayanan kesehatan tentang manfaat dan efek obat berdampak pada kekambuhan sehingga memperburuk kondisi klien. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa sangat penting. Karena jika kesehatan jiwa tidak dapat dijaga maka akan menimbulkan gangguan jiwa dan dapat mengganggu kehidupan klien. Gangguan jiwa berat yang sering dijumpai di masyarakat adalah skizofrenia gejala positif dari akizofrenia adalah Harga Diri Rendah. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat lebih dalam mengenai pengellaan asuhan keperawatan Harga Diri Rendah pada Ny. S dengan skizofrenia paranoid di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Karena orang yang telah terdiagnosa gangguan jiwa dengan Harga Diri Rendah dapat melukai diri sendiri. METODE PENGELOLAAN Dalam karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan dengan cara memberikan asuhan keperawatan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkap-lengkapnya mengenai klien baik secara subjektif maupun objektif dan mengobservasi tinkah laku klien. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan demonstrasi. HASIL Hasil pengelolaan didapatkan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan dilakukan tindakan keperawatan berupa menentukan aspek positif dan melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dan mencuci piring. PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan kasus yang dilakukan pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan gangguan konsep diri harga diri rendah pada Ny.S di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal 12 Mei Disini penulis akan memulai dari tahap pengkajian, perencanaan, implementasi, sampai tahap evaluasi. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S tentu saja terdapat kesenjangan antara masalah yang muncul dengan teori keperawatan yang ada. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan. 1. Pengkajian Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S pada hari jumat tanggal 12 Mei 2017 pukul 10:50 WIB di ruang wisma arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan cara autoanamnesa dan allowanamnesa Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 3
5 didapatkan data Ny. S umur 35 thn, alamat temanggung dengan diagnosa medis F.20.0 (skizofrenia paranoid) dan didapatkan data sebagai berikut, data subyektif : klien mengatakan dirumah malas keluar rumah karena malu dengan badannya yang gendut, klien mengatakan tidak mampu mengurus anak dan suaminya, tidak percaya diri dan merasa gagal dalam mencapai keinginannya. Data obyektif : klien tampak malu dengan badannya, klien tampak tidak percaya diri, klien lebih suka menyendiri, klien tampak minder sama tetangga karena tidak bekerja. Hasil pengkajian yang diperoleh sebagian data sama dengan pendapat keliat (2006) yang menyatakan bahwa hasil pengkajian klien dengan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Didapatkan data yaitu perasaan malu. Menurut Keliat dalam Fitria (2009), perasaan malu merupakan suatu perasaan yang pada umumnya dianggap sebagai perasaan yang negatif. Tidak percaya diri merupakan salah satu tanda harga diri rendah yang dapat kita lihat dari klien harga diri rendah, tidak percaya diri merupakan keadaan dimana seseorang merasa takut, cemas dan pesimis yang berlebihan karena tidak menerima badannya yang sekarang ini dan merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Nanda-I 2012). Dari analisa data penulis mendapatkan 3 masalah keperawatan terhadap klien yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah, risiko perilaku kekerasan, dan isolasi sosial : menarik diri. Menurut Fajariyah (2012) pada masalah psikopatologi dijelaskan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah terjadi karena koping individu tidak efektif bisa menyebabkan masalah utama/core problem harga diri rendah, sehingga dapat menyebabkan risiko perilaku kekerasan dalam keluarga. Menurut Damaiyanti (2012) mengatakan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa Penulis menyimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri, merasa gagal dalam mencapai impian dan keinginan, merasa tidak berharga, tidak berguna. Harga diri rendah dapat ditandai dengan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, hilangnya rasa percaya diri, merasa gagal mencapai impian atau keinginan, dan merasa malu terhadap diri sendiri. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi kesamaan antara data teori dan data pada pengkajian yang dilakukan pada Ny.S tetapi tidak semua data yang ada pada teori yang ditemukan pada Ny.S, tetapi penulis telah mendapatkan data utama yaitu klien mengatakan dirumah malas keluar rumah karena malu dengan badannya yang gendut, klien mengatakan tidak mampu mengurus anak dan suaminya, tidak percaya diri, dan gagal dalam mencapai keinginannya. Maka dari data tersebut sudah cukup mendukung Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 4
6 munculnya masalah keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah. 3. Intervensi Menurut (Riyadi & Purwanto, 2013) tujuan melakukan intervensi keperawatan untuk membantu klien dalam meningkatkan pemahaman perilaku dan memberi motivasi untuk mengubah perilaku yang maladaptif. Sedangkan intervensi yang disusun oleh penulis sesuai dengan pengkajian pada Ny. S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik. Bina hubungan saling percaya yaitu teknik yang dilakukan oleh perawat untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara klien dan perawat, membina hubungan saling percaya yaitu sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan klien, yang bisa dilakukan dengan cara pada saat bertemu dengan klien yaitu menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menempati janji. Dari definisi tersebut penulis beranggapan bahwa dengan menyapakan klien dengan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menempati janji maka klien akan terbuka dirinya untuk perawat dan mau meenceritakan masalah yang dihadapi klien saat ini. Intervensi selanjutnya yaitu membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih kegiatan yang akan dilaksanakan di RSJ sesuai kemampuan klien, melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien,mengdiskusika dengan klien tentang jadwal kegiatan harian klien, membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, melatih klien sesuai kegiatan yang telah dipilih, memberikan pujian yang wajar kepada klien dan menganjurkan kepada klien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. 4. Implementasi Penulis melakukan implementasi dari hari sabtu 13 Mei 2017 sampai tanggal 15 Mei 2017 diantaranya membina hubungan saling percaya antara lain memberi salam saling berjabat tangan dengan klien, memperkenalkan nama dan tujuan interaksi, menanyakan nama klien dan nama panggilan yang disukai, menunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. Membina hubungan saling percaya yang dilakukan oleh penulis karena penulis beranggapan bahwa dalam melakukan suatu hubungan kita harus kenal dengan siapa aja yang kita ajak berinteraksi, dengan begitu kita bisa dikenal dan dipercaya, dari sinilah hubungan saling percaya akan terjalin dengan baik. Laksanakan tindakan ini diharapkan semua masalah yang dialami oleh klien dapat diceritakan dan bisa terbuka dengan penulis. Menurut purwaningsih (2010), mengatakan dalam membina suatu hubungan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah membina hubungan saling percaya, menerima dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 5
7 kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama antara perawat dan klien dapat optimal, selain itu antara perawat dan klien muncul juga suatu perasaan yang tidak nyaman dan bimbang karena memulai suatu hubungan yang baru. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan membina hubungan saling percaya dapat membantu klien untuk memperluas dan menerima semua aspek kepribadian, serta dapat mengurangi ancaman yang diperlihatkan perawat kepada klien. Implementasi berikutnya adalah mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien. Dimana penulis menanyakan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien seperti kegiatan yang pernah klien lakukan di rumah, hal ini karena dengan menerima realita, kontrol diri, tingkat integritas ego dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan selanjutnya. Menurut Keliat (2006) mengatakan bahwa untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, perawat dapat melakukan halhal berikut ini, diskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien seperti kegiatan klien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien, beri pujian yang realistis dan hindarkan penilaian negatif. Mengidentifikasikan aspek positif dilakukan penulis karena penulis beranggap bahwa dengan mengetahui aspek positif seseorang dapat untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya. Aspek positif yang dapat penulis ambil dari klien adalah menyapu, mengepel, mencuci piring, dan merapikan tempat tidur. Implementasi selanjutnya adalah membantu klien memilih kemampuan yang dimiliki dan melatih klien dengan kemampuan yang dimiliki, klien dengan harga diri rendah belum bisa mengukur seberapa jauh kemampuan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan dan penilaian negatif akan menambah, klien merasa rendah diri. Menunjukkan kemampuan klien atau membuat klien beraktivitas akan menambah perasaan berguna bagi klien sehingga akan meningkatkan harga diri klien. Semakin banyak beragam keahlian yang klien miliki akan semakin besar klien menghargai diri klien, kelebihan yang klien miliki, selanjutnya digunakan dan dimanfaat seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan penulis untuk memudahkan dalam melatih kegiatan klien sesuai yang diskusi. Melatih kegiatan klien yang sesuai harus dilakukan sesering mungkin karena semakin banyak kemampuan yang dimiliki akan semakin meningkat juga rasa percaya diri yang dimiliki, untuk lebih memudahkan menigkatkan harga diri klien bisa dilakukan secara bertahap setiap kegiatan yang dimiliki selanjutnya hal ini bisa dilakukan dirumah sakit ataupun di ruangan karena semakin banyak orang yang mendukung semakin cepat rasa percaya diri akan terbentuk. Seperti yang diutarakan oleh Keliat (2009) seseorang dengan harga diri rendah terdapat tanda dan gejala diantaranya perasaan tidak mampu sehingga mereka juga kurang mampu memecahkan masalahnya sendiri sehingga membutuhkan bantuan untuk merumuskan suatu perencanaan untuk mengimplementasikan perubahanperubahan baru yang diharapkan. 5. Evaluasi Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 6
8 Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Menurut Craven (2000) dalam artikel pratama (2013) mendefinisikan evaluasi sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Menurut Kusumawati & Hartono (2010), evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi proses (formatif) yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan. Yang kedua yaitu evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan caramembandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan pada tanggal 13 dan 15 Mei 2017, ada beberapa hasil yang didapatkan dari klien yaitu seperti klien mampu melakukan kegiatan yang sudah diajarkan yaitu merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Klien mengatakan senang sudah bisa melakukan kegiatan yang sudah diajarkan, klien mampu menyebutkan aspek positif yang dimiliki klien yaitu merapikan tempat tidur mencuci piring, menyapu, mengepel, melipat baju, mandi dan makan. Membandingkan data dan kemampuan sebelum dan setelah dikelola. Data sebelum dikelola klien mengatakan merasa malu dengan temannya, kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi, terkadang menunduk dan tampak gelisah. Data sesudah dikelolah, kontak mata bertambah, tidak terlalu menunduk, tidak tampak gelisah lagi. Kemampuan yang dimiliki klien sebelum dikelola masih belum terlihat dan setelah dikelola klien mampu merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Adapun faktor pendukung dari evaluasi tindakan yaitu difokuskan kepada klien bahwa klien mampu berinteraksi dan tanggap terhadap apa yang diajarkan penulis, dan mampu memasukkan ke jadwal kegiatan harian. Sebagai alternatif pemecahan masalah dengan sering reinforcement positive kepada klien dan melibatkan dalam kegiatan yang ada di ruangan. SIMPULAN Penulis telah memberikan tindakan keperawatan pada Ny. S selama 3 hari dalam pertemuan 5 kali diharapkan klien mampu membina hubungan saling percaya, klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta bisa melakukan kemampuan yang dimiliki seperti merapikan tempat tidur, mencuci piring dan kontak mata ada. SARAN Bagi institusi pendidikan Diharapkan agar institusi dapat memberikan waktu yang lebih lama agar penulis dapat melakukan asuhan keperawatan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu diharapkan untuk menambah koleksi sebagai referensi untuk acuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah khususnya keperawatan jiwa. Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 7
9 Bagi instansi rumah sakit Untuk rumah sakit jiwa prof. Dr. Soerojo Magelang pada umumnya dalam peningkatan asuhan keperawatan, yaitu perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari tenaga kesehatan, melalui kerjasama semua team medis diruangan yang bertujuan meningkatkan profesional keperawatan terutama dibidang pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Bagi klien dan Keluarga Diharapkan klien setelah pulang bisa bersosialisasi dengan masyarakat dan bisa meningkatkan harga dirinya, serta untuk keluarga diharapakan keluarga dapat berperan aktif dengan cara melakukan kontrol rutin guna kesembuhan klien dan menerima klien seperti sebelum sakit. Bagi penulis Bagi penulis diharapkan lebih meningkatkan pola pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan intervensi, serta dalam melakukan implementasi dan evaluasi. DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, M., Iskandar (2012), Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Keliat, B. A, Akemat, Helena, Novy, Nurhaeni Heni ( 2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC Kustiawan (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Klien Harga Diri Rendah Di Kota Tasikmalaya. wnload/_ridwan_kustiawan_univer sitas.pdf (diakses pada tanggal 27/03/2017 jam 16:17 pm) Nanda.(2012). Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi Dan Kasifikasi. Jakarta: EGC. Potter & Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol. 1 Edisi 4. EGC : Jakarta Riskesdas. (2013). Kesehatan jiwa menurut Riskesdas df. diakes pada tanggal 27 Maret 2017 Rusdi, D., Dermawan (2013) Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Videback, Buka Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Who, Improving Health Systems And Services For Mental Health (Mental Health Policy And Service Guidance Package). Geneva 27, Switzerland, Diperoleh Pebruari 2017 Jam 20:00 Wib. Paranoid Di Ruang Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Page 8
BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciLAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA
ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciPENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan
Lebih terperinciBAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register
14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian
55 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah berbagai karateristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF Tgl Nama Klien : Medis : No MR : Ruangan : Penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif TUM: merawat yang mengalami
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial di ruang P3 (Wisma Drupada) di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang, maka penulis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEP
BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Desember 2007 di ruang III (Graha Citro Anggono) Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondho Utomo Semarang, dengan diagnosa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL
1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)
1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciBAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta
40 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit ataupun kecacatan. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciPENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stuard & Sudeen (1998) mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah
Lebih terperinci