BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI. Diajukan oleh : Teguh Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB VI PENUTUP DAN SARAN

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para

B A B I PENDAHULUAN. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan mudahnya mengakses berbagai informasi, pengetahuan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

FAJAR DWI ATMOKO F

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan (Gunarsa, 1987). Di sini

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual di kalangan remaja cukup menjadi sorotan akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. Guru dan siswa dalam dunia pendidikan merupakan dua komponen penting,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin menarik perhatian. Permasalahannya semakin meningkat, bukan dalam frekuensinya tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah juga karena variasi intensitasnya. 1 Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma sosial, di antaranya adalah pergi tanpa pamit orang tua, berani pada orang tua, suka keluyuran, suka bohong, membolos sekolah, begadang malam hari, minum minuman keras dan narkoba, membaca buku-buku porno dengan sadis, berpakaian tidak senonoh, berpakaian tidak wajar dan lain sebagainya. Salah satu perilaku yang cukup memprihatinkan semua pihak adalah kebebasan seksual yang dilakukan kawula muda dengan segala dampak negatifnya sehingga menanggulangi taraf ketentraman dan kebahagiaan hidup bermasyarakat. 2 Kebebasan seksual bukan harus berarti bebas dalam hal melakukan hubungan seksual. Akan tetapi hal-hal yang terkait atau dapat menyebabkan terjadinya praktek hubungan seks seperti melihat VCD, Film, majalah tabloid porno pergaulan bebas, serta hal-hal yang dilakukan siswa. 1 Hasan Basri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal. 3. 2 Ibid., hal. 3. 1

2 Di sinilah peran guru BK dalam menanggulangan kenakalan remaja sangat diperlukan, guna mencegah pergaulan bebas antar lawan jenis yang banyak digandrungi kaum muda mudi, jaman sekarang setiap remaja merasa harus punya pacar, pemicunya adalah nonton VDC porno yang dijual bebas, 3 bahkan fakta mengatakan sekelompok muda mudi berseragam dan yang tidak berseragam tampak memenuhi warung internet. Mereka tampak asyik melihat layar monitor komputer dengan raut wajah melongo dan mulut terbuka yang sesekali diselingi senyum karena menyaksikan tayangan film porno. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi pasca-maraknya peredaran film porno yang diduga dilakukan sejumlah artis. Penayangan film porno di internet, media cetak maupun elektronik dinilai sejumlah pihak sangat memprihatinkan dan berdampak negatif, sehingga berkeinginan agar diberikan pendidikan seks di sekolah kepada siswa. Langkah terpenting yang harus dilakukan adalah melalui dunia pendidikan. Hanya sayang pendidikan kita tidak pernah mengajarkan pendidikan seks secara formal, 4 dengan demikian guru BK di sekolah sangat penting untuk menjelaskan fungsi seks itu sebenarnya, sehingga mereka bisa menempatkan dan memandang seks itu sebagai sesuatu yang sakral sebagai upaya mencegah membengkaknya kehidupan seks bebas, kehamilan di luar nikah, jumlah penderita AIDS dan meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual lainnya. 3 Mudrikah Rofin, Remaja dalam Pelukan Dosa, (Jombang: Darul Hikmah, 2009), hal. 53 4 Wijayanto, Sex in the Kost, (Yogyakarta: Tirta, 2003), hal. 57.

3 Keberhasilan penanggulangan kenakalan remaja sangat ditentukan oleh keterkaitan semua komponen pendidikan dan pengajaran sebagai satu kesatuan yang salah satunya adalah guru. Guru adalah komponen utama pendidik karena para guru lebih banyak berinteraksi dan sebagai pembentuk pola pikir dan kepribadian anak didik. Pola pikir dan keberhasilan belajar anak didik sangat ditentukan oleh kemampuan/profesionalisme guru dalam bidangnya. Kebebasan bergaul yang mengacu pada kebebasan seksual sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa mempedulikan masyarakat sekitarnya. 5 Tahun 1990, Soejepto dari Fakultas Psikologi UGM melaporkan bahwa 90% Remaja di Bali pernah melakukan seks pra pernikahan. 6 Begitu pula pada saat ini khususnya kebebasan seksual para siswa yang marak terjadi diberbagai sekolah. Maka penulis merasa tertarik untuk meneliti penanggulangan kenakalan remaja terutama Sek bebas di MTs Safi iyah Gondang. Semua itu terjadi karena begitu maraknya berbagai sarana melalui media seperti kamus khusus dewasa, novel, games, situs pornografi di internet yang sangat melimpah, iklan, klip vidio, film, dan program yang ditunjukkan kepada pasangan suami istri, disaat dikatan sebagai faktor pendukung dengan dianggap berpotensi mempengaruhi perilaku seks, selain pendukung yang dianggap 5 Musa Sueb, Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Ilmua Jaya, 1996), hal. 126 6 Ibid., 36.

4 berpotensi mempengaruhi perilaku seks, ada juga faktor-faktor yang lainnya, seperti faktor lemahnya peran dan kontrol orang tua. Teori yang diperoleh secara formal di sekolah kurang dapat pengawasan dari guru untuk mempraktikkannya, lalu pengetahuan secara teoritis tidak menjamin dapat mewujudkan pembentukan tingkah laku. 7 Disadari atau tidak guru yang profesional akan sangat mempengaruhi terhadap kelancaran dan keberhasilan penanggulangan kenakalan remaja tersebut. Akan tetapi kita tidak bisa membebaskan permasalahan ini hanya kepada guru yang merupakan komponen terpenting dalam sebuah lembaga pendidikan. Selain itu melalui pendidikan formal, keluarga merupakan tempat yang sangat signifikan untuk teraplikasikannya apa yang diperoleh anak dan pendidikan formal ke dalam praktek kehidupan. Di sini peran orang tua terkait dengan pendidikan seks Islam. Seharusnya diajarkan di rumah sejak usia dini. 8 Fase ini berkisar kira-kira pada usia 7 tahun, ditandai dengan kesukaan anak dalam bermain dan lepas dari tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang memerlukan aturan yang jelas. 9 Sebelum memasuki lembaga formal, orang tua harus membekali anak tentang keimanan dan selalu memberi dorongan kepada anak agar selalu memupuk imannya serta mengajarkan etika-etika yang terkait dengan pendidikan seks, sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh anak dalam lembaga formal 19. 101 7 Yatimin, Etika Seks dan Penyimpangan dalam Islam, (Pekan Baru: Amzah, 2003), hal. 3. 8 Shahid Ashar, Bimbingan Seksi sebagai Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hal. 9 Yusuf Madani, Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hal.

5 tidak hampa, karena adanya sinkronasi dari apa yang diajarkan gurunya dengan apa yang diajarkan oleh orang tuanya. Tugas seorang guru BK atau konselor adalah membantu perubahan tingkah laku konseli atau siswa dalam menanggulangi kenakalan remaja atau pergaulan bebas menuju kondisi yang lebih baik dan berakhlakul karimah. Sedangkan orang tua sebagai pendidik di rumah harus juga menanamkan aqidah islamiyah yang kuat, untuk membentengi perubahan tingkah laku anak terutama di zaman yang serba teknologi dan maraknya video porno. Dengan demikian strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja terutama kebebasan bergaul yang pada akhirnya mengarah pada kebebasan seksual harus segera ditindaklanjuti. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Strategi Guru BK (Bimbingan Konseling) dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus Di MTs As-Safi iyah Gondang). B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan guru BK dalam menanggulangi kenalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi iyah Gondang? 2. Bagaimana strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi iyah Gondang?

6 3. Bagaimana peran guru BK dalam Menanggulangi kenakalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Syafi iyah Gondang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan guru BK dalam menanggulangi kenalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As- Safi iyah Gondang. 2. Untuk mendeskripsikan strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Safi iyah Gondang. 3. Untuk mendeskripsikan peran guru BK dalam Menanggulangi kenakalan remaja khususnya kebebasan seksual di MTs As-Syafi iyah Gondang. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian dan pengembangan teori tentang Strategi guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah. b. Sebagai tambahan khazanah keilmuwan dibidang pendidikan agama Islam, khususnya tentang Strategi Guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaha di sekolah.

7 2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah Penelitian ini berguna untuk memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada peserta didik tentang bahaya seks bebas. b. Orang Tua Penelitian ini berguna bagi orang tua sebagai kontribusi untuk menanamkan nilai-nilai keislaman secara mendalam kepada anak, yang bersifat kontinuitas, sehingga anak tidak sampai melakukan kesalahan yang fatal, yang akan merugikan masa depan dan cita-citanya. c. Masyarakat Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman kepada pembaca akan urgensi pemberdayaan tenaga kependidikan. Adapun pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan baik secara teori maupun praktis dan secara tidak langsung berpengaruh produktifitas kerja. E. Penegasan Istilah 1. Penegasan Konseptual a. Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki empati, respek, menerima, menghargai, memahami, jujur dan mempunyai pengetahuan yang cukup luas, sehingga dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah. 10 10 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 197

8 b. Remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. 11 2. Penegasan Operasional Strategi guru BK (Bimbingan Konseling) dalam penanggulangan kenakalan remaja sangat penting dengan jalan memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, guru BK hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan guru BK disekolah yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyisembunyi. Agar tidak terjadi pergaulan bebas karena kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan guru BK atau konselor membantu perubahan tingkah laku konseli atau siswa dalam menanggulangi kebebasan seksual atau pergaulan bebas menuju kondisi yang lebih baik yaitu berakhlakul karimah. Strategi guru BK dalam membentengi siswa dengan menanamkan aqidah islamiyah yang kuat, untuk membentengi perubahan tingkah laku anak terutama di zaman yang serba teknologi dan maraknya 11 Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosakarya Offset, 2005), hlm.

9 video porno, akan lebih efektif dan terhindar dari pengaruh teknologi dan lingkungan. F. Sistematika Pembahasan Tata urutan skripsi dari pendahuluan sampai penutup, agar mudah bagi pembaca untuk mempelajari dan memahami isi dari skripsi ini. Adapun kerangkanya sebagai berikut: 1. Bagian Awal meliputi: Halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, abstrak. 2. Bagian Teks, terdiri atas: BAB I : Pendahuluan, kemudian diuraikan menjadi beberapa sub bab yang meliputi: latar belakang masalah, permasalahan kajian, tujuan kajian, kegunaan kajian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika pembahasan. BAB II: Landasan Teori Bab III : Metodologi Penelitian

10 Bab IV : Bab V : Paparan Data dan Temuan Penelitian Penutup berisi kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir terdiri dari lampiran-lampiran