BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN KUALITAS AIR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Oleh : Putri Paramita ( )

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN TS, TDS, DAN TSS. Dosen : Nova Annisa, S.SI.,MS. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB II. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Putra, dan A. A. Bawa Putra. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK ABSTRACT

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

Revisi BAB I PENDAHULUAN

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

Pemisahan Campuran 1.Filtrasi(Penyaringan) 2.Destilasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

V.2 Persyaratan Air Baku Air Minum Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh air baku dalam sistem pengolahan air minum, yaitu:

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan


2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

TARIF LINGKUP AKREDITASI

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB III UJI MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

Pupuk super fosfat tunggal

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai bahan baku air minum, keperluan perikanan, industri, dan lain-lain)

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut. Analisa air biasanya di dasarkan pada baku mutu air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Karakteristik air pada umumnya adalah sebagai berikut : (1) Karakteristik Fisika : Yang terpenting adalah kandungan padatan total yang terdiri dari zat-zat tersuspensi dan koloid terlarut, bau, suhu, warna,dll, (2)Karakteristik Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di pergunakan untuk mengukur banyaknya unsure-unsur organic antara lain adalah BOD, COD dan zat-zat yang teroksidasi lainnya, Kimia Anorganik, Seperti : Chlorida (Cl), ph, Sulfur (S), Ca, Pb, Cd, As, Hg, Mg dan lain-lainnya, Gas-gas, Seperti : CH 4, Oksigen Terlarut, H 2 S dan lain sebagainya, (3) Karfakteristik Biologi : yaitu adanya jasad renik dalam air seperti : Lumut, bakteri, virus dsb. Secara umum, air alam ditemui dua kelompok zat padat, yaitu Zat Padat Terlarut seperti garam dan molekul organis dan Zat Padat Rersuspensi Seperti tanah liat, kwart dan koloidal. Perbedaan pokok kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran atau diameter partikel-partikelnya. Padatan (solid) merupakan segala sesuatu yang terkandung dalam bahan berbentuk cairan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat

dan kwarts. Dalam metode analisis zat padat pengertian zat padat total adalah semua zat zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut, zat padat tersuspensi dan zat padat terendap yang dapat bersifat organik dan anorganik. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui analisa zat padat terlarut, tersuspensi dan terendap dalam air. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan dari makalah ini adalah : 1. Bagaimana analisa zat padat terlarut dalam air? 2. Bagaimana analisa zat padat tersuspensi dalam air? 3. Bagimana analisa zat padat terendap dalam air? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Zat Padat Terlarut Zat padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran padatan yang tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air seperti mineral dan garam-garamnya. Sebagai contoh air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula yang larut. Sedangkan air

buangan industri kimia sering mengandung mineral-mineral seperti merkuri dan lain-lain. Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparan dan warna air. Warna air juga ada hubungannya dengan kualitas air. Demikian juga apabila bahan terlarut dalam air adalah nutrisi tanaman seperti fosfat dan nitrat, maka air itu memiliki produktivitas tinggi. Air seperti itu disebut eutropik dan sebaiknya air yang mempunyai produktivitas rendah disebut oligotrofik. Contohnya danau dengan padatan terlarut total dibawah 100 mg/l dianggap oligotrofik, sedangkan danau dengan padatan diatas 100 mg/l dianggap kondisi eutropik. a. Prinsip Zat padat terlarut yaitu zat yang lolos filter pada analisa zat tersusupensi sehingga analisa zat padat terlarut merupakan lanjutan analisa zat tersuspensi. Larutan yang mengandung zat terlarut yang lolos filter 10 µm tersebut, kemudian diuapkan dan dikeringkan pada suhu 105⁰C. Residu yang tertinggal adalah zat padat terlarut yang merupakan garam-garam yang terlarut dan juga sedikit zat padat koloid. b. Gangguan Air yang mengandung kadar mineral tinggi seperti kalsium, magnesium, klorida, dan sulfat dapat bersifat higroskopis sehingga memerlukan pemanasan yang lama, pendinginan dalam desikator dengan baik dan penimbangan segera dan dilakukan dengan cepat. Bilamana sampel mengandung zat tersuspensi tinggi, maka penyimpangan baku yang relative adalah 5 sampai 20 %. Bilamana sampel mengandung zat tersuspensi yang tidak dapat mengendap yaitu tetap tersebar secara merata dalam larutan, maka penyimpangan baku yang relative hanya 2-5 % atau kurang lebih 4 mg/l, tergantung kepekatan timbangan. sebelum analisa bagian air yang diteliti harus homogenya ( zat resusupensi diratakan) supaya sampel representative.

c. Pengambilan dan pengawetan sampel Sampel harus respentatif dengan cara pengambilannya yang benar, sampel harus dikocok, sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata dan homogen. Sampel dapat di awetkan beberapa hari tanpa mempengaruhi hasil analisa, namun sebaiknya sampel tersebut disimpan dalam kulkas. Pula harus diperhatikan bahwa setelah beberapa hari zat padat organis dapat terlarut sedangkan zat padat koloid dapat membentuk partikel partikel yang lebih besar. Analisa lumpur (misalnya lumpur aktip) harus dianalisa segera. d. Alat dan bahan 1. cawan Gooch dengan kapasitas 25 ml 2. Filter kertas biasa atau filter fiber glass 3. Bejana hisap kapasitas 500 ml / 1000 Ml e. Prosedur Kerja 3 cawan kosong yang kering Hasil -Di panaskan dalam oven 105 o C selama 1 jam -Didinginkan dalam Desikator selama 15 menit -Ditambah sampel yang sudah di kocok lalu disaring dengan kertas saring ini -cawan dan filtrat sampel dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 o C -cawan didinginkan dalam desikator, -ditimbang, dilakukan berulang sampai berat cawan konstan -dicatat beratnya PERHITUNGAN

Keterangan a. = Berat cawan dan residu setelah pemanasan 105 0 C b. = Berat cawan mula-mula setelah pemanasan 105 0 C c. = Volume sampel 2.2 Zat Padat Tersuspensi Zat padat tersuspensi adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang gtersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi juga merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organic didalam air. Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk penentuan komponen atau kualitas air secara lengkap. Zat padat dalam keadaan suspensi dibagi menjadi 2 : a) Partikel tersuspensi koloid Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air yang disebabkan oleh penyimpangan sinar yang nenembus suspensi tersebut. Partikelpartikel koloid tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak pernah keruh.larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan(presipitasi) yang merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. b) Partikel tersuspensi biasa Partikel-partikel tersuspensi biasa mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspense tidak dapat dikatakan keruh.

a. Prinsip Seperti halnya ion-ion dan molekul-molekul (zat yang terlarut), zat padat koloidal dan zat padat tersuspensi dapat bersifat inorganic( tanah liat, koartskwarts) dan organis (protein, sisa tanaman dan ganggang, bakteri). Dalam metode analisa sepadat, pengertian zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sempel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat terikat organis dan inorganis. Bila zat padat dalam sampel dipisahkan dengan filter kertas atau filter fiberglass lalu zat padat yang tertahan pada filter dikeringkan pada suhu kurang lebih 105C. maka berat residu setelah pengeringan adalah zata padat tersupensi. b. Gangguan Tersumbatnya lubang-lubang filter akibat TSS sehingga filtrasi memakan waktu lama. Dalam hal ini sampel dapat disaring dengan bejana pengisap dan pompa vacuum. Hal itu menyebabkan air terperangkap lebih banyak sehinggga membutuhkan waktu pengeringan lebih lama. c. Alat Dan Bahan 1. Cawan penguapan, diameter 90mm, kpasitas 100 ml, terbuat poerselin /platina 2. Furnace,untuk pembakaran 550C 3. Desikator, oven 4. Timbangan analitis 5. Cawan gooch, kapasitas 25 ml 6. Filter kertas 7. Bejana isap kapasitas 500ml-1000ml serta pompa vacuum

d. Prosedur Kerja 3 filter kertas Hasil -Di panaskan dalam oven 105 o C selama 1 jam -Didinginkan dalam Desikator selama 15 menit -Ditambah sampel yang sudah di kocok lalu disaring dengan kertas saring -kertas di ambil lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu105 o C -kertas didinginkan dalam desikator, -ditimbang, dilakukan berulang sampai berat kertas konstan -dicatat beratnya PERHITUNGAN Keterangan a. = Berat cawan dan residu setelah pemanasan 105 0 C b. = Berat cawan mula-mula setelah pemanasan 105 0 C c. = Volume sampel. 2.3 Zat Padat Terendap Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspense yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat ditentukan melalui volumenya, yang disebut solids. analisa volume lumpur dan dapat

melalui beratnya disebut analisa lumpur kasar atau umumnya zat padat terendap. Zat suspense adalah zat yang berbentuk padatan yang mengapung dalam air dengan ukuran partikel 1-2µm. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Zat padat terlarut yaitu zat yang lolos filter pada analisa zat tersusupensi sehingga analisa zat padat terlarut merupakan lanjutan analisa zat tersuspensi. Larutan yang mengandung zat terlarut yang lolos filter 10 µm tersebut, kemudian diuapkan dan dikeringkan pada suhu 105⁰C. Residu yang tertinggal adalah zat padat terlarut yang merupakan garam-garam yang terlarut dan juga sedikit zat padat koloid. 2. Zat padat tersuspensi yaitu bila zat padat dalam sampel dipisahkan dengan filter kertas atau filter fiberglass lalu zat padat yang tertahan pada filter dikeringkan pada suhu kurang lebih 105C. maka berat residu setelah pengeringan adalah zata padat tersupensi. 3. Zat padat terendap adalah bagian dari padatan tersupensi yang dapat diendapkan dengan cara mendiamkan air didalam suatu tabung atau bejana selama beberapa waktu karena pengaruh gaya beratnya. DAFTAR PUSTAKA Ana Merliana, E. F. (2014). ANALISIS TTS (TOTAL SUSPENDED SOLID) DAN TDS

(TOTAL DISOLVEDSOLID). Semarang: Universitas Diponegoro Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press, Jakarta Tarigan, M. S., & Edward. (2003). Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid).Makara Sains Vol.7 No.3 Dosen : Musdalifah, S.Si, M,Si Mata Kuliah : Analisis Kimia Air MAKALAH ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR OLEH EKA SATRIA HAEFU A201601068

PROGRAM STUDI NON.REG-DIV ANALIS KESEHATAN STIKES MANDALA WALUYA KENDARI 2017