BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

TEORI MODERNISASI. Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang. By Dewi Triwahyuni

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial

TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KE-3 DALAM TEORI MODERNISASI SUB TEORI HARROD-DOMAR

2. Teori modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor nonmaterial sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide dan atau alam pemikiran.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM.

Sosiologi Pembangunan

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Teori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan.

Latar Belakang lahirnya Teori sebagai upaya:

Kuliah 6. Paradigma Pentahapan. 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI ROSTOW

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

EKSTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

BAB I MEMAKNAI PEMBANGUNAN BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN

Kegagalan Modernisasi Pembangunan di Indonesia (Sebuah Prespektif) Sofjan Alizar Sam 1 Abstrak

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

MODERNISASI DAN WESTERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Konsep Perubahan Sosial

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow

Perubahan Sosial dan Pembangunan. Kuliah PLSBT

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

A. Masalah-masalah konsep pembangunan dan modernisasi. B. Faktor-faktor budaya yang menghambat pembangunan. C. Kebudayaan global dan globalisasi

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Negara Maju??? Negara Berkembang..??

Mekanisme Perubahan Sosial.

GLOBALISASI DAN MODERNISASI

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Pendekatan Historis Struktural

XII KTSP & K-13. Kelas PERUBAHAN SOSIAL. A. Hakikat dan Karakteristik Perubahan Sosial. Tujuan Pembelajaran

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

1) PERUB SELALU DISERTAI GUNCANGAN, KARENA BUD MATERI DITERIMA LEBIH CEPAT DP BUD NONMATERI

BAB 9: SOSIOLOGI MODERNISASI. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI. e. Kemakmuran masyarakat luas

BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

PENDAHULUAN. Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menuju masyarakat industri, sangatlah banyak lahan pertanian yang akhirnya berubah

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami

Kurnia Ayu K 09/280257/EK/17295

BAB I. KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI. Uji Kompetensi

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

KARYA TULIS ILMIAH GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

TEORI PEMBANGUNAN. Andri Wijanarko,SE,ME.

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya.

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI

BAB II KERANGKA TEORI

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan, Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah yang dimaksud modernisasi dan bagaimana sejarahnya? 2) Apa saja teori-teori modernisasi? 3) Bagaimana syarat modernisasi? 4) Bagaimana gejala modernisasi? 5)Bagaimana dampak positif dan negatif modernisasi? 6)bagaimanan asumsi teoritis dan metedologi?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Sejarah Modernisasi 1. Pengertian Modernisasi Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut: 1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata. 2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. 2. Sejarah Modernisasi Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap Perang Dunia II. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negaranegara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar belakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik. Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat

tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung. Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-ach)-nya, Weber dengan Etika Protestan -nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor kondisi lingkungan, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri manusia modern. Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan demokrasi politik. Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya. 2.2 Teori Modernisasi Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil

pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu: 1) Teori Harrod Domar : Modal dan Investasi Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi. 2) Teori Max Weber : Etika Protestan Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana. 3) Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-ach David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik. David Mc Clelland sering dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam teori modernisasi. Jika teori pertumbuhan Rostow lebih merupakan teori ekonomi, sedangkan teori yang di kemukakan oleh David McCleland berangkat dari perseptif psikologi social. Dalam bukunya The Achieverment Motive in Economic Growth, McCleland memberikan dasar-

dasar tentang psikologi dan sikap manusia, kaitannya dengan bagaimana perubahan social terjadi. Menceritakan tentang sejarah manusia sejak awal selalu di tandai dengan jatuh bangunnya suatu kebudayaan. Bangkitnya suatu kebudayaan, menurut Kroeber adalah bersifat episodis dan terjadi dalam lapangan aspek yang berbeda. Misalnya kehidupan Itali zaman Romawi Kuno melahirkan kebudayaan bidang hokum, politik, dan militer, tetapi pada waktu yang lain yaitu zaman Renaisanced mereka melahirkan kebudayaan bidang seni, music, sastra, dan pengetahuan. 4) Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan W.W. Rostow, seorang ekonomi Amerika Serikat, menjadi bapak teori pembangunan dan pertumbuhan. Teori mempengaruhi model pembangunan di hampir semua dunia ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya pikiran rostow pertama dituangkan dalam makalah secara jelas sebagai manifesto non-komunis. Teori Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah versi tentang dari teori modernisasi dan pembangunan, yakni suatu teori yang meyakini bahwa faktor manusia ( bukan struktur dan sistem ) menjadi focus utama perhatian mereka. Teori pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan, yakni tumbuh sebagai organisme. Rostow melihat perubahan sosial, yang di sebutnya sebagai pembangunan, sebagai pembangunan, sebagai proses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern. Asumsinya adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat barat pernah mengalami tradisional dan akhirnya menjadi modern. Sikap masyarakat tradisional dianggap sebagai masalah. Seperti pandangan Rostow dan pengikutnya, pengembangan akan berjalan secara hampir otomatis melalui akumulasi modal ( tabungan dan investasi ) dengan tekanan bantuan dan hutang luar negri. Dia memfokuskan pada perlunya elit wirasuasta yang menjadi motor proses itu. Dalam hal lain perhatian Rostow bukan hanya pada masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Menurut Rostow proses perkembangan ekonomi dasar dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah ; 1. Masyarakat Tradisional (the traditional society) 2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off) 3. Lepas landas (take off) 4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption) 1. Masyarakat Tradisonal Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat sebelum masa Newton. Yang dimaksud oleh Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh nilai-nilai yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun. Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pe-kerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor ini stuktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkianan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Maksudnya disini, kedudukan seseorang dalam masyarakat akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakenya, dan nenek moyangnya. Kecil sekali kemungkinan seorang anak petani menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lain yang lebih tinggi dari petani. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang tedapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan sesorang dalam masyarakat. Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut. 2. Prasyarat Untuk Lepas Landas Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat: yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyaraktnya, dan stuktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu muncul, maka proses pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku (wujud). Suatu masyarakat yang telah mencapai taraf proses pertumbuhan demikian sifatnya, yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, sudah

bolehlah dianggap sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas landas. Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika dimana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, untuk dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara otomatis. Tahap prasyarat untuk untuk lepas landas dibedakan oleh Rostow dalam dua bentuk. Yang pertama adalah prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika; yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang sudah lama ada. Bentuk yang kedua adalah yang dicapai oleh negara negara seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru, yang dapat mencapai tahap prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional karena masyarakat di negaranegara itu terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh sesuatu masyarakat untuk tahap prasyarat lepas landas. 3. Lepas Landas Dalam tahap lepas landas pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu terjadi. Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor penyebabnya dimulainya masa lepas landas berbeda-beda. Yang penting, sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini secara teratur akan tercipta pembaruan-pembaruan (innovasions) dan peningkatan penanaman modal. Dan, penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah cepat dan akan melangkahi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama akan menjadi makin bertambah besar. Tiga ciri tahap lepas landas 1. Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5 persen menjadi 10 persen dari Produk Nasional Neto (Neto Natioanl Product atai NNP).

2. Terjadinya peningkatan satu atau bebrapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi. 3. Adanya suatu Platform politik, sosila, dan institusional baru yang akan menjamin berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern, dan potensi ekonomi ekstern (external economies) yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga pertumbuhan dapat terus-menerus berjalan. Dalam ciri yang ke-tiga di atas termasuk pula kemampuan untuk mengerahkan modal dari sumber-sumber dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri besar sekali peranannya dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang misalnya, mencapai masa lepas landas tanpa sedikitpun mengimpor modal. Rostow menekankan tentang perlunya kenaikan tingkat penanaman modal sebagai prasyarat untuk mencapai lepas landas karena hanya dengan terciptanya keadaan tersebut perekonomian dapat berkembang lebih laju daripada tingkat pertambahan penduduk. Misalkan suatu perekonomian mengalami pertambahan penduduk sebesar 1 sampai 1,5 persen dan rasio modal produksinya (capital output ratio) adalah 3,5 persen dari pendapatan nasional hanya untuk menjaga agar tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami penurunan. Tingkat penanaman modal sebesar itu akan menciptakan pertambahan dalam pendapatan nasional sebesar 1 sampai 1,5 persen, berarti sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, untuk menciptakan kenaikan tingkatpendapatan perkapita, tingkat penanaman modal yang diperlukan haruslah lebih besar dari 5,25 persen. 4. Gerakan Ke arah Kedewasaan Tahap pembangunan yang berikut adalah gerakan ke arah kedewasaan, yang diartikan oleh Rostow sebagai: masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor baru akan muncul untuk menggantikan pelopor lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpinan pada tahap gerakan ke arah kedewasaan coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas landas yang berlaku, dan juga oleh bentuk kebijakan pemerintah. Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerak ke arah kedewasaan, Rostow menekankan penelaahannya kepada corak perubahan sektor pemimpin dan sektor industri pelopor di beberapa negara yang sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di tiap-tiapp negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris, misalnya, industri-industri kecil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas landas telah digantikan oleh industri besi, batu bara, dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman dimana pengembangan jaringan jalan kereta apai memegang peranan penting dalam menciptakan pembangunan pada tahap lepas landas, telah digantikan perannya sebagai sektor pelopor oleh industri baja dan industri peralatan berat.

Selanjutnya Rostow menyinggung ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap gerakan ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya. Ciri-ciri tersebut adalah: 1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri bertambah penting, sedang sektor pertanian menurun. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi. 2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer profesional kian bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yang merangkap jadi pemilik. 3. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi. Dan kritik-kritik terhadapnya mulai timbul. 5. Zaman Konsumsi Masal Yang Tinggi Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus. Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu : a) Peningkatan investasi pada sektor produktif b) Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. c) Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan. Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi masal yang tinggi akan tercapai. Sejak tahun 1967, pemerintah militer di Indonesia di bawah soeharto menjadi pelaksanana teori pertumbuhan Rostow ini dan menjadikannya landasan pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu yang lima tahunan, yang terkenal dengan Pembangunan Lima Tahun ( PELITA ). Dengan demikian, selama pemerintahan Orde Baru, Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teori pembangunan kapitalistik yang bertumpuh pada ideology dan teori modernisasi dan adaptasi serta implementasi teori pertumbuhan tersebut.

5) Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu : a) Pemasokan modal besar dan perbankan Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan. b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melakukan lepas landas. 6) Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang

tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa. Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi. Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negaranegara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dunkungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern. 7). Coleman : Pembangaunan Politik yang Berkeadilan Pendekatan politik Coleman dalam menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga mirip dengan pendekatan sosiologis dari Smelser, karena keduanya memulai pembahasan dengan menggunakan konsep proses di ferensiasi. Menurut Coleman modernisasi politik, menunjuk pada proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah pada etos keadilan, dengan tujuan akhir pada penguatan kapasitas sistem politik. Pertama, diferensiasi dapat dikatakan sebagai salah satu kecenderungan dominan sejarah perkembangan sistem politik modern. Coleman membatasi pengertian diferensiasi sebagai proses progresif pemisahan (pembedaan) dan upaya spesialisasi atas peran dan kelembagaan di dalam sistem politik. Kedua, Coleman berpendapat, bahwa prinsip kesamaan dan keadilan merupakan etos masyarakat modern. Modernisasi politik, tidak lain diartikan sebagai usaha yang sungguh untuk merealisasi prinsip keadilan distribusi (khusus dalam bidang ekonomi), dan merealisasi kemantapan dan meratanya pelaksanaan norma dan hukum universal di dalam arena hubungan politik antara pemerintah dan rakyat. Ketiga, Coleman menyerukan, bahwa usaha pembangunan politik yang berkeadilan akan membawa akibat pada perkembangan kapasitas sistem politik. Modernisasi politik bagi Coleman dapat di ukur dengan seberapa jauh kapasitas ssistem politik berkembang untuk mampu menghadapi dan mengatasi krisis-krisis yang diciptakan sendiri dalam proses perkembangannya.

2.3 Syarat-Syarat Suatu Modernisasi Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut Soerjono Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas. 2. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi 3. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik). 4. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media massa. 5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri. 6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. 2.4 Gejala Modernisasi di Indonesia Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang modernisasi kehidupan manusia berikut ini: 1. Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar. 2. Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak. 3. Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi barang. 4. Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas (kelas menengah dan kelas atas. 2.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi 1. Dampak positif Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional. 2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini. 3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi. 2. Dampak negatif Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut: 1) Pola Hidup Konsumtif Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 2) Sikap Individualistik Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 3) Gaya Hidup Kebarat-baratan Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain. 4) Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik. 5) Kriminalitas Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif. 2.6 Asumsi Teoretis dan Metodologi Menurut Suwarsono dan So (2006), para teoretisi perspektif modernisasi secara implisis membangun kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut : Pertama, modernisasi merupakan proses bertahap. Teori Rostow, misalnya, membedakan berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang hendak dilalui oleh setiap masyarakat. Kedua, modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini, modernisasi terbentuk dari berbagai masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa. Levy salah satu seorang penganut teori modernisasi, mengatakan bahwa sesuai perkembangan waktu, mereka dan kita akan semakin mirip satu sama lain karena model modernisasi, menjanjikan bahwa semakin modern tahapan yang telah dilalui, maka semakin serupa bentuk dan kararteristik berbagai masyarakat yang terlibat dalam perubahan sosial. Ketiga, modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi atau lebih dikenal dengan istilah bahwa modernisasi sama dengan Barat. Terlihat pada sikap yang berlebihan pada saat memuji keberhasilan,bahwa segala sesuatu yang meng-eropa dan meng-amerika di dalam literatur teori modernisasi. Negara Eropa Barat dan Amerika Serikat merupakan negara yang tak tertandingi dalam kesejahteraan ekonomi dan kestabilan politiknya, hendaknya ke dua negara tersebut mampu menjadi mentor bagi negara yang lebih belakangan dalam memulai modernisasinya.

Keempat, modernisasi yang tidak bergerak mundur. Proses modernisasi tidak dapat dihentikan ketika sudah berjalan. Ketika telah terjadi kontak antara negara Dunia Ketigadengan negara Barat, negara Dunia Ketiga tidak mampu menolak modernisasi. Modernisasi dilihat sebagai jawaban universal persoalan Dunia Ketiga tanpa memperhatikan ciri Tradisional negara Dunia Ketiga. Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Dalam jangka panjang, modernisasi tidak dilihat sebagai sesuatu yang terjadi melainkan modernisasi akan lebih dilihat sebagai sesuatu yang di perlukan dan diinginan. Bagi Coleman, sistem politik modern memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efisien dalam melaksanakan fungsi masyarakat di bandingkan sistem politik tradisional. Keenam, modernisasi memerlukan waktu yang panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner bukan perubahan revolusioner. Diperlukan waktu dengan berbagai generasi dengan berabad-abad untuk sampai tahap akhir. Hanya waktu dan sejarah yang dapat menyaksikan proses keseluruhan hasil dan akibat langsung maupun sampingnya. Teori modernisasi berasal dari pola pikir teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme memberi tekanan pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga sosial. Ajaran modernisasi secara implinsit juga mengandung berbagai asumsi, diantaranya : Pertama, modernisasi merupakan proses sistemik. Modernisasi melibatkan segala aspek tingkah laku sosial (industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dll). Proses ini terlihat seperti menggali lubang di suatu tempat secara terus menerus, sehingga modernisasi yang akan tampil secara mengelompok dan beraturan ketimbang secara terpisahpisah. Kedua, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Menyatakan bahwa teori modernisasi melihat modern dan tradisional sebagai dua konsep yang pada dasarnya bertentangan (asimetri). Teori modernisasi menguraikan secara rinci apa yang menjadi karakteristik masyarakat modern, sementara ciri masyarakat tradisional terlupakan untuk di bahas. Ketiga, modernisasi melibatkan proses yang terus menerus (immanent). Karena, modernisasi bersifat sistemik dan transformatif. Karena, adanya karakteristik imanensi ini, teori modernisasi cenderung memberikan pada faktor dalam (internal resources) sebagai sumber perubahan. Asumsi lain teori modernisasi : pertama, teori modernisasi cenderung untuk mengkaji persoalan negara Dunia Ketiga secara abstrak dan bertendensi mengambil kesimpulan umum

untuk dijadikan pola (model yang di bakukan). Teori ini cenderung untuk merumuskan tendensi-tendensi universal dan prospek kelaziman yang hendak berlaku dalam proses pembangunan negara Dunia Ketiga, dan tidak memerlukan faktor yang khas dan unik dari sejarah masing-masing negara Dunia Ketiga. Kedua, menurut Tipps, teori modernisasi menggunakan batasan negara sebagai unit analisisnya. Dengan kata lain, pada dasarnya teori modernisasi merupakan teori transformasi suatu negara, dengan tidak memperlihatkan perubahan sosial pada besaran regional dan global (perubahan dalam skala lebih besar).

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Banyak para ahli mendefinisikaan modernisasi, namun secara garis besar kami dapat mennyimpulkan definisi modernisasi seperti kalimat diatas. Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai sikap modern. Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Modernisasi juga mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat pada masysarakat yang menganut modernisasi. Modernisasi memiliki dampak negatif dan dampak positif. Dampak positif modernisasi diantaranya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak negatif dari modernisasi diantaranya pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup kebaratbaratan, kesenjangan sosial, kriminalitas. Modernisasi memiliki gejala-gelaja meliputi gejala politik, gejala sosial, gejala budaya, gejala ekonomi yang harus ditanggapi dengan bijak. 3.2 Saran Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah, daerah, bahkan suatu negara. Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus ke dalam dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh modernisasi. Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi yang akan menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh modernisasi yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita. Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring kebudayan modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang tidak sesuai dengan syariat agama. Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada banyak masalah yang ditimbulkan, misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita harus mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor kia rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan turun karena banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang harus lebih memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan

menimbulkan kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah internasional. Masyarakat juga tidak seharusnya bersikap individualistik. Karena kita hidup bermasyarakat dan kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki rasa kepedulian terhadap sesama. REFERENSI, BUKU: Harun, H.Rochajat, Ir.,MEd.,PhD. Komunikasi Pembangunan Perubahan Social, Persepektif Kajian Dan Teori Kritis, 2012. Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Ke bijakan, Jakarta 1885 Fakih Dr Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi, Edisi Revisi cetakan 1, Mei 2002. SUMBER LAIN, Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang: Universitas Brawijaya Press. Elly, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Cetakan ke-1, Jakarta: kencana. Gerge, Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern, Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah Alimandan, Editor Triwibwo, Jakarta: kencana. Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang: Universitas Brawijaya Press. Sonia, 2011, Makalah Modernisasi -Ilmu Sosial Budaya, http://soniarai azizah.blogspot.com/2011/12/makalah-modernisasi-ilmu-sosial-budaya.html. Diambil pada 05 Mei 2014 My sceret, Teori Modernisasi (Geografi Pembangunan), 2014, http://erinutami.blogspot.com/2014/02/teori-modernisasi-geografi-pembangunan.html. Diambil pada 05 Mei 2014 ENS Blog, 2013, Makalah Modernisasi, ( http://noviyanib.blogspot.co.id/2012/10/teori-rostow-terhadap-pertumbuhan.html )