JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG OLEH: Hendra Wahyu NIM. 131158003 PASCA SARJANA MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOVEMBER 2014
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) Pada Proyek Konstruksi Gedung Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam peningkatan infrastruktur dan ekonomi namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, material, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dan lain lain. Untuk mencegah tingginya persentase kecelakaan kerja pada konstruksi maka diperlukan Analisis keselamatan kerja (Job Safety Analisys) baik pada proyek konstruksi air, konstruksi jalan dan jembatan ataupun konstruksi bangunan gedung.
Faktor penyebab terjadinya Kecelakaan
PEMIKIRAN UTAMA PENERAPAN JSA 1. BAHAYA bahaya menurut Ridley & Channing (1998), adalah: Bahaya merupakan unsur potensial yang dapat menyebabkan kerugian, bahaya biasanya digambarkan dengan tingkat bahaya dan dapat diperhitungkan. Kejadian bahaya dalam berbagai pekerjaan dapat menimbulkan kerugian yang bervariasi, seperti luka ringan, cacat ringan, cacat berat, timbul penyakit dalam waktu tertentu, meninggal, dan merugikan pihak perusahaan dari segi produktivitas.
Klasifikasi Kecelakaan yang terjadi pada Proyek Konstruksi :
PEMIKIRAN UTAMA PENERAPAN JSA Terkena Mesin Terkena Iritasi Terjepit antara 2 benda TYPE KECELAKAAN Jatuh dari ketinggian Tertusuk Benda Tajam Terbentur Benda Keras Terjatuh Akibat Material
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Type Kecelakaan BAHAYA BAHAYA Kerugian Akibat Kecelakaan Kerugian Karyawan: 1. Terhadap Menderita rasa sakit, takut dan berduka cita 2. Cacat tubuh 3. Tidak Kerugian terhadap perusahaan, antara lain: a. Kehilangan produksi kerja/waktu kerja b. Kualitas dan kuantitas kerja menurun c. Bertambahnya kerja lembur (karena untuk mengganti waktu kerja yang hilang) mampu lagi d. gangguan e. bekerja sama 4. 5. 6. Menderita Perbaikan dan pemindahan mesin-mesin dan alat-alat kerja lainnya Kehilangan waktu kerja bagi karyawan/staff lainnya untuk : jiwa -. Penyelidikan kecelakaan itu Kehilangan nafkah dan -. Membantu karyawan yang menderita kecelakaan masa depan -. Melihat/menonton kecelakaan itu -. Memberikan simpatinya dan lain sebagainya Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak f. dan sebagainya Penempatan dan latihan terhadap karyawan yang menderita kecelakaan (setelah sembuh) untuk pekerjaan baru g. Pengobatan h. Asuransi/kompensasi bagi penderita kecelakaan i. Kehilangan kepercayaan lingkungannya dari karyawan lainnya dan
Peralatan Pelindung Diri yang digunakan dalam Proyek Konstruksi
Perlindungan Hukum K3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Undang-Undang Keselamatan kerja No.1 Tahun 1970, Undang-undang No. 2 Tahun 1963 Undang undang No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja pada pasal 23 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja UU No. 3 Tahun 1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Permenaker RI No.Per-01/MEN/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan Permenaker RI No.Per-05/MEN/1996, tentang Sistem Manajemen K3 Permenaker R.I No. Kep-1135/MEN/1987, tentang Bendera K3 Keppres RI No.22 Tahun 1993, tentang Penyakit akibat kerja.
Untuk mencegah terjadinya kerugian yang timbul akibat kecelakaan pada perusahaan dan Karyawan maka Pihak perusahaan perlu membuat sebuah analisa untuk tindakan Preventive keselamatan kerja atau biasa disebut Job Safety Analysis (JSA), setiap urutan kerja menimbulkan potensi bahaya didata dan dicari solusi penanganannya.
Pengertian (JSA) Job Safety Analysis Job Safety Analisys (JSA) adalah Kegiatan Pemeriksaan pekerjaan secara sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat resiko, dan mengevaluasi langkah-langkah praktis untuk mengendalikan resiko.
KAPAN JSA DITERAPKAN Melakukan Jenis Pekerjaan baru/ atau perubahan jenis pekerjaan: ada kemungkinan potensi bahaya yang timbul disebabkan oleh perubahan-perubahan dari peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja Kegiatan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi Pekerjaan yang melibatkan disiplin ilmu dan bersufat kompeksitas. Pekerjaan yang tidak/ belum memiliki SOP
Manfaat Job Safety Analisys (JSA) Dalam membuat JSA pada sebuah perusahaan konstruksi ada beberapa manfaat yang diperoleh yaitu: 1. Memberikan pemahaman yang sama bagi setiap orang mengenai apa yang di perlukan untuk melakukan perkerjaan secara aman 2. Alat yang efektif untuk merencanakan pekerjaan yang jarang dilakukan 3. Membantu dalam penyusuan prosedur keselamatan untuk Pekerjaan baru atau yang di modifikasi yang melibatkan berbagai disiplin departemen 4. Hal-hal penting dari hasil JSA dapat di masukan kedalam safety checklists, pre-job briefings, safety Moment, dan topic untuk safety meeting. 5. Suatu Alat yang efektif untuk Pelatihan bagi pekerja baru atau refresher bagi pekerja lama.
Langkah-langkah Analysis(JSA) melakukan Job Safety Sebuah analisis keselamatan pekerjaan melibatkan lima langkah: 1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis. 2. Membagi pekerjaan ke dalam urutan tugas. 3. Mengidentifikasi potensi bahaya. 4. Menentukanlangkah-langkah Pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. 5. Menyampaikan informasi kepada orang lain dan menerapkan dilingkungan kerja.
Alur Diagram Pembuatan JSA
Persiapan JSA Pimpinan JSA Pimpinan Tim JSA sebagai orang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan JSA dan membuat persiapan-persiapan yang diperlukan. Orang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan dapat menjadi Pimpinan Tim JSA atau akan menunjuk orang lain yang memenuhi syarat sebagai Pimpinan Tim JSA. Untuk menjadi Pimpinan Tim JSA seseorang harus mempunyai kualifikasi minimum dibawah ini Telah mengikuti Pelatihan JSA Nasional ataupun Internasional. Mempunyai pengalaman pelaksanaan JSA yg baik paling sedikit 5 kali.
Persiapan JSA Persiapan dapat mencakup: 1. Mengumpulkan informasi, gambar, pengalaman sebelumnya dan analisa bahaya yang ada (seperti what if atau HAZOP) untuk pekerjaan itu. 2. Mengidentifikasi dan mendapatkan dokumen JSA untuk perkerjaan yg sama 3. Menetapkan jenis JSA (JSA baru atau kajian JSA yang telah ada). 4. Mengidentifikasi perlunya untuk inspeksi/pengamatan kondisi tempat kerja 5. Membuat pemecahan awal pekerjaan dalam langkah dan urutan. 6. Mengevaluasi apakah ada persyaratan/prakondisi khusus untuk pekerjaan. 7. Menetapkan Tim JSA 8. Mengadakan rapat JSA.
Melaksanakan JSA Sangat dianjurkan untuk melaksanakan JSA baru dalam sebuah rapat JSA minimal 2 orang hadir dalam rapat pelaksanaan JSA Baru Tim JSA akan mengevaluasi perlu tidaknya melakukan inspeksi/obervasi tempat kerja. Dalam melakukan JSA, tim akan menggunakan JSA Work Sheet Form.
Melaksanakan JSA No Kegiatan Pekerjaan 1 Pekerjaan Persiapan 2 Pekerjaan Pondasi Pekerjaan bekesting 3 Pekerjaan besi, Pembetonan dan lantai 4 Pekerjaan Atap 5 Pekerjaan Dinding dan Plester 6 Pekerjaan Sanitasi 7 Pekerjaan Elektrikal 8 Pekerjaan Plafond 9 Pekerjaan Finishing
Melaksanakan JSA Tahapan Analisa : Menguraikan Pekerjaan dengan langka kerja yang berurutan Identifikasi Potensi Bahaya di tiap langkah pekerjaan Identifikasi Tindakan Preventive tiap-tiap Potensi Bahaya
Form Identifikasi Potensi bahaya pengisian form JSA
Menyiapkan Pekerjaan dan mengkomunikasikan JSA Orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan akan melengkapi rekomendasi-rekomendasi JSA selama persiapan pekerjaan dan mengkomunikasikan JSA pada semua pihak yang terlibat, Aktivitas yang dilakukan oleh pengurus JSA adalah: 1. Menyampaikan bahaya, kejadian berbahaya dan tindakan pengendalian pada semua pekerja dan pihak yang terlibat. 2. Memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan dan syaratsyarat sudah terpenuhi sebelum dan selama pekerjaan berlangsung. 3. Memastikan bahwa rekomendasi-rekomendasi yang teridentifikasi dalam JSA dilaksanakan dengan baik.
Orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan dan semua pekerja harus memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan JSA. Aktifitas yang dilakukan adalah : Memastikan bahwa rekomendasi-rekomendasi yang teridentifikasi di dalam JSA sudah dilaksanakan. Bisa ada perubahan yang terjadi yang tidak terdapat dalam JSA,pekerjaan harus dihentikan dan dievaluasi kembali. Bila orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan meninggalkan tempat, ia harus menunjuk seseorang yang akan menggantikannya dan memberitahukan kepada semua pihak yang terlibat. Bila ada pergantian pekerja sebelum atau selama pekerjaan berlangsung, orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan harus memastikan bahwa tinjauan ulang JSA harus dipersiapkan bersama dengan personil baru tersebut.
Evaluasi dan penyimpanan dokumen JSA Dokumentasi JSA akan disimpan dan dirawat oleh Environmnet Safety Officer (ESO) atau Senior ESO area tersebut. Setelah pekerjaan selesai, Team leader JSA akan menginformasikan pengalaman-pengalaman selama pekerjaan berlangsung dan menuliskannya di kolom khusus di form JSA. Pada form JSA diberi catatan dan pertanyaan khusus mengenai perkembangan JSA dan Kejadian yang terjadi diluar identifikasi JSA, misalnya : (Apakah selama pekerjaan bahaya yang tidak diidentifikasi pada JSA muncul? Apakah kondisi external yang tidak diperhitungkan dalam JSA memperngaruhi pelaksanaan pekerjaan?). Apabila ada bahaya yang terjadi diluar JSA maka, perlu evaluasi dan menambah klausul baru kedalam JSA untuk bisa diterapkan pada pekerjaan selanjutnya/proyek yang lain.
KESIMPULAN Job Safety Analisys adalah Kegiatan Pemeriksaan pekerjaan secara sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat resiko, dan mengevaluasi langkah-langkah praktis untuk mengendalikan resiko. Langkah-langkah melakukan Job Safety Analysis (JSA) Sebuah analisis keselamatan pekerjaan melibatkan lima langkah: Memilih pekerjaan yang akan dianalisis. Membagi pekerjaan ke dalam urutan tugas. Mengidentifikasi potensi bahaya. Menentukan langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Menyampaikan informasi kepada orang lain dan menerapkan dilingkungan kerja.
SARAN seluruh karyawan harus memiliki kesadaran pentingnya tindakan aman terdiri dari : 1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai 2. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya 3. Menggunakan peralatan yang sesuai. 4. Menggunakan peralatan yang benar. 5. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi. 6. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. 7. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatakannya di tempat yang seharusnya. 8. Mengambil benda dengan posisi yang benar. 9. Cara mengangkat material atau alat dengan benar. 10.Disiplin dalam pekerjaan. 11.Memperbaiki perlatan dalam keadaan mati. Pencegahan terjadinya bahaya pada pekerjaan ada beberapa hal yang harus dilakukan : 1. Identifikasi dan kenali potensi bahaya yang akan timbul 2. Gunakan PPE (Personal Protectip Equipment) 3. Lakukan pekerjaan sesuai SOP 4. Jangan lakukan apabila tidak memiliki skill/ kemampuan. 5. Lakukan pengawasan. 6. Evaluasi selalu JSA apabila ada perubahan/ jenis pekerjaan baru
TERIMA KASIH