JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K3 Konstruksi Bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

BAB I PENDAHULUAN I-1

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proyek konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGAWASAN DAN PELAPORAN PEKERJAAN NON RUTIN MENGGUNAKAN FORM CHECKLIST DI PERUSAHAAN PEMBANGKIT

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) I. Kebijakan K3 Penyedia Jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Teknik Identifikasi Hazard (Survey Jalan Lintas, Job Safety Analysis, Job Safety Observation)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

: Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

c. Tidak mampu bekerja seperti semula. e. Kehilangan nafkah dan masa depan. f. Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATA PELAJARAN. Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

K3 dan Lingkungan. Pertemuan ke-12

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RS.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dibidang jasa konstruksi. Sejak berdiri tahun 1974, PT. Multi Structure telah

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI REAKTOR DAN KESELAMATAN NUKLIR (BERDASARKAN PERMENAKER 05/MEN/1996)

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

EVALUASI KERUSAKAN DAN PERBAIKAN GEDUNG KANTOR SEKRETARIAT PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TESIS

Transkripsi:

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG OLEH: Hendra Wahyu NIM. 131158003 PASCA SARJANA MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOVEMBER 2014

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) Pada Proyek Konstruksi Gedung Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam peningkatan infrastruktur dan ekonomi namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, material, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dan lain lain. Untuk mencegah tingginya persentase kecelakaan kerja pada konstruksi maka diperlukan Analisis keselamatan kerja (Job Safety Analisys) baik pada proyek konstruksi air, konstruksi jalan dan jembatan ataupun konstruksi bangunan gedung.

Faktor penyebab terjadinya Kecelakaan

PEMIKIRAN UTAMA PENERAPAN JSA 1. BAHAYA bahaya menurut Ridley & Channing (1998), adalah: Bahaya merupakan unsur potensial yang dapat menyebabkan kerugian, bahaya biasanya digambarkan dengan tingkat bahaya dan dapat diperhitungkan. Kejadian bahaya dalam berbagai pekerjaan dapat menimbulkan kerugian yang bervariasi, seperti luka ringan, cacat ringan, cacat berat, timbul penyakit dalam waktu tertentu, meninggal, dan merugikan pihak perusahaan dari segi produktivitas.

Klasifikasi Kecelakaan yang terjadi pada Proyek Konstruksi :

PEMIKIRAN UTAMA PENERAPAN JSA Terkena Mesin Terkena Iritasi Terjepit antara 2 benda TYPE KECELAKAAN Jatuh dari ketinggian Tertusuk Benda Tajam Terbentur Benda Keras Terjatuh Akibat Material

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Type Kecelakaan BAHAYA BAHAYA Kerugian Akibat Kecelakaan Kerugian Karyawan: 1. Terhadap Menderita rasa sakit, takut dan berduka cita 2. Cacat tubuh 3. Tidak Kerugian terhadap perusahaan, antara lain: a. Kehilangan produksi kerja/waktu kerja b. Kualitas dan kuantitas kerja menurun c. Bertambahnya kerja lembur (karena untuk mengganti waktu kerja yang hilang) mampu lagi d. gangguan e. bekerja sama 4. 5. 6. Menderita Perbaikan dan pemindahan mesin-mesin dan alat-alat kerja lainnya Kehilangan waktu kerja bagi karyawan/staff lainnya untuk : jiwa -. Penyelidikan kecelakaan itu Kehilangan nafkah dan -. Membantu karyawan yang menderita kecelakaan masa depan -. Melihat/menonton kecelakaan itu -. Memberikan simpatinya dan lain sebagainya Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak f. dan sebagainya Penempatan dan latihan terhadap karyawan yang menderita kecelakaan (setelah sembuh) untuk pekerjaan baru g. Pengobatan h. Asuransi/kompensasi bagi penderita kecelakaan i. Kehilangan kepercayaan lingkungannya dari karyawan lainnya dan

Peralatan Pelindung Diri yang digunakan dalam Proyek Konstruksi

Perlindungan Hukum K3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Undang-Undang Keselamatan kerja No.1 Tahun 1970, Undang-undang No. 2 Tahun 1963 Undang undang No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja pada pasal 23 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja UU No. 3 Tahun 1992, tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Permenaker RI No.Per-01/MEN/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan Permenaker RI No.Per-05/MEN/1996, tentang Sistem Manajemen K3 Permenaker R.I No. Kep-1135/MEN/1987, tentang Bendera K3 Keppres RI No.22 Tahun 1993, tentang Penyakit akibat kerja.

Untuk mencegah terjadinya kerugian yang timbul akibat kecelakaan pada perusahaan dan Karyawan maka Pihak perusahaan perlu membuat sebuah analisa untuk tindakan Preventive keselamatan kerja atau biasa disebut Job Safety Analysis (JSA), setiap urutan kerja menimbulkan potensi bahaya didata dan dicari solusi penanganannya.

Pengertian (JSA) Job Safety Analysis Job Safety Analisys (JSA) adalah Kegiatan Pemeriksaan pekerjaan secara sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat resiko, dan mengevaluasi langkah-langkah praktis untuk mengendalikan resiko.

KAPAN JSA DITERAPKAN Melakukan Jenis Pekerjaan baru/ atau perubahan jenis pekerjaan: ada kemungkinan potensi bahaya yang timbul disebabkan oleh perubahan-perubahan dari peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja Kegiatan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi Pekerjaan yang melibatkan disiplin ilmu dan bersufat kompeksitas. Pekerjaan yang tidak/ belum memiliki SOP

Manfaat Job Safety Analisys (JSA) Dalam membuat JSA pada sebuah perusahaan konstruksi ada beberapa manfaat yang diperoleh yaitu: 1. Memberikan pemahaman yang sama bagi setiap orang mengenai apa yang di perlukan untuk melakukan perkerjaan secara aman 2. Alat yang efektif untuk merencanakan pekerjaan yang jarang dilakukan 3. Membantu dalam penyusuan prosedur keselamatan untuk Pekerjaan baru atau yang di modifikasi yang melibatkan berbagai disiplin departemen 4. Hal-hal penting dari hasil JSA dapat di masukan kedalam safety checklists, pre-job briefings, safety Moment, dan topic untuk safety meeting. 5. Suatu Alat yang efektif untuk Pelatihan bagi pekerja baru atau refresher bagi pekerja lama.

Langkah-langkah Analysis(JSA) melakukan Job Safety Sebuah analisis keselamatan pekerjaan melibatkan lima langkah: 1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis. 2. Membagi pekerjaan ke dalam urutan tugas. 3. Mengidentifikasi potensi bahaya. 4. Menentukanlangkah-langkah Pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. 5. Menyampaikan informasi kepada orang lain dan menerapkan dilingkungan kerja.

Alur Diagram Pembuatan JSA

Persiapan JSA Pimpinan JSA Pimpinan Tim JSA sebagai orang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan JSA dan membuat persiapan-persiapan yang diperlukan. Orang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan dapat menjadi Pimpinan Tim JSA atau akan menunjuk orang lain yang memenuhi syarat sebagai Pimpinan Tim JSA. Untuk menjadi Pimpinan Tim JSA seseorang harus mempunyai kualifikasi minimum dibawah ini Telah mengikuti Pelatihan JSA Nasional ataupun Internasional. Mempunyai pengalaman pelaksanaan JSA yg baik paling sedikit 5 kali.

Persiapan JSA Persiapan dapat mencakup: 1. Mengumpulkan informasi, gambar, pengalaman sebelumnya dan analisa bahaya yang ada (seperti what if atau HAZOP) untuk pekerjaan itu. 2. Mengidentifikasi dan mendapatkan dokumen JSA untuk perkerjaan yg sama 3. Menetapkan jenis JSA (JSA baru atau kajian JSA yang telah ada). 4. Mengidentifikasi perlunya untuk inspeksi/pengamatan kondisi tempat kerja 5. Membuat pemecahan awal pekerjaan dalam langkah dan urutan. 6. Mengevaluasi apakah ada persyaratan/prakondisi khusus untuk pekerjaan. 7. Menetapkan Tim JSA 8. Mengadakan rapat JSA.

Melaksanakan JSA Sangat dianjurkan untuk melaksanakan JSA baru dalam sebuah rapat JSA minimal 2 orang hadir dalam rapat pelaksanaan JSA Baru Tim JSA akan mengevaluasi perlu tidaknya melakukan inspeksi/obervasi tempat kerja. Dalam melakukan JSA, tim akan menggunakan JSA Work Sheet Form.

Melaksanakan JSA No Kegiatan Pekerjaan 1 Pekerjaan Persiapan 2 Pekerjaan Pondasi Pekerjaan bekesting 3 Pekerjaan besi, Pembetonan dan lantai 4 Pekerjaan Atap 5 Pekerjaan Dinding dan Plester 6 Pekerjaan Sanitasi 7 Pekerjaan Elektrikal 8 Pekerjaan Plafond 9 Pekerjaan Finishing

Melaksanakan JSA Tahapan Analisa : Menguraikan Pekerjaan dengan langka kerja yang berurutan Identifikasi Potensi Bahaya di tiap langkah pekerjaan Identifikasi Tindakan Preventive tiap-tiap Potensi Bahaya

Form Identifikasi Potensi bahaya pengisian form JSA

Menyiapkan Pekerjaan dan mengkomunikasikan JSA Orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan akan melengkapi rekomendasi-rekomendasi JSA selama persiapan pekerjaan dan mengkomunikasikan JSA pada semua pihak yang terlibat, Aktivitas yang dilakukan oleh pengurus JSA adalah: 1. Menyampaikan bahaya, kejadian berbahaya dan tindakan pengendalian pada semua pekerja dan pihak yang terlibat. 2. Memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan dan syaratsyarat sudah terpenuhi sebelum dan selama pekerjaan berlangsung. 3. Memastikan bahwa rekomendasi-rekomendasi yang teridentifikasi dalam JSA dilaksanakan dengan baik.

Orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan dan semua pekerja harus memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan JSA. Aktifitas yang dilakukan adalah : Memastikan bahwa rekomendasi-rekomendasi yang teridentifikasi di dalam JSA sudah dilaksanakan. Bisa ada perubahan yang terjadi yang tidak terdapat dalam JSA,pekerjaan harus dihentikan dan dievaluasi kembali. Bila orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan meninggalkan tempat, ia harus menunjuk seseorang yang akan menggantikannya dan memberitahukan kepada semua pihak yang terlibat. Bila ada pergantian pekerja sebelum atau selama pekerjaan berlangsung, orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan harus memastikan bahwa tinjauan ulang JSA harus dipersiapkan bersama dengan personil baru tersebut.

Evaluasi dan penyimpanan dokumen JSA Dokumentasi JSA akan disimpan dan dirawat oleh Environmnet Safety Officer (ESO) atau Senior ESO area tersebut. Setelah pekerjaan selesai, Team leader JSA akan menginformasikan pengalaman-pengalaman selama pekerjaan berlangsung dan menuliskannya di kolom khusus di form JSA. Pada form JSA diberi catatan dan pertanyaan khusus mengenai perkembangan JSA dan Kejadian yang terjadi diluar identifikasi JSA, misalnya : (Apakah selama pekerjaan bahaya yang tidak diidentifikasi pada JSA muncul? Apakah kondisi external yang tidak diperhitungkan dalam JSA memperngaruhi pelaksanaan pekerjaan?). Apabila ada bahaya yang terjadi diluar JSA maka, perlu evaluasi dan menambah klausul baru kedalam JSA untuk bisa diterapkan pada pekerjaan selanjutnya/proyek yang lain.

KESIMPULAN Job Safety Analisys adalah Kegiatan Pemeriksaan pekerjaan secara sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat resiko, dan mengevaluasi langkah-langkah praktis untuk mengendalikan resiko. Langkah-langkah melakukan Job Safety Analysis (JSA) Sebuah analisis keselamatan pekerjaan melibatkan lima langkah: Memilih pekerjaan yang akan dianalisis. Membagi pekerjaan ke dalam urutan tugas. Mengidentifikasi potensi bahaya. Menentukan langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Menyampaikan informasi kepada orang lain dan menerapkan dilingkungan kerja.

SARAN seluruh karyawan harus memiliki kesadaran pentingnya tindakan aman terdiri dari : 1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai 2. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya 3. Menggunakan peralatan yang sesuai. 4. Menggunakan peralatan yang benar. 5. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi. 6. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. 7. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatakannya di tempat yang seharusnya. 8. Mengambil benda dengan posisi yang benar. 9. Cara mengangkat material atau alat dengan benar. 10.Disiplin dalam pekerjaan. 11.Memperbaiki perlatan dalam keadaan mati. Pencegahan terjadinya bahaya pada pekerjaan ada beberapa hal yang harus dilakukan : 1. Identifikasi dan kenali potensi bahaya yang akan timbul 2. Gunakan PPE (Personal Protectip Equipment) 3. Lakukan pekerjaan sesuai SOP 4. Jangan lakukan apabila tidak memiliki skill/ kemampuan. 5. Lakukan pengawasan. 6. Evaluasi selalu JSA apabila ada perubahan/ jenis pekerjaan baru

TERIMA KASIH