PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. diperkirakan meningkat mencapai 380 juta jiwa pada tahun Di Amerika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

Melakukan Uji Protein Urin

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

Beberapa Gejala Pada Penyakit Ginjal Anak. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a IKA FK UWK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

METODE PENGUJIAN KADAR AIR ASPAL EMULSI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GLUKOSA URINE DAN PROTEIN URINE

Pupuk super fosfat tunggal

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Utami, et al, Pengembangan Chip Kertas untuk Deteksi Chronic Kidney Disease secara Dini...

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

Sistem Ekskresi Manusia

BAB 3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional study. Peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

Transkripsi:

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH I. TUJUAN Untuk mengetahui angka protein loss pada sampel urin II. METODE III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif IV. DASAR TEORI Urinalisis adalah uji skrining digunakan untuk deteksi gangguan tertentu, tetapi tidak cukup untuk menetapkan diagnosis. Gangguan yang menginduksi perubahan urinalisis adalah: a. gangguan keseimbangan air dan asam-basa b. Penyakit ginjal: nephropathies glomerular (glomerulonefritis) dan tubulus-interstisial nephropathies (pielonefritis), batu ginjal c. mengubah fungsi ginjal: ARF (gagal ginjal akut), CRF (gagal ginjal kronis) d. gangguan post-rennal : infeksi saluran kencing (uretritis, sistitis) e. gangguan endokrin: diabetes mellitus, diabetes insipidus (kekurangan ADH) f. Penyakit hati: sindrom ikterus (Anonim a, tt). Pada uji urinalisis, salah satu parameter yang dapat diukur untuk mengetahui adanya kelainan ginjal adalah Protein (proteinurea). Urin dikatakan : a. NORMAL apabila mengandung sejumlah KECIL Albumin (<30 mg / hari) dan tes menunjukkan hasil negatif (-). b. MIKROALBUMINURIA apabila jumlah albumin 30-300 mg / hari = merupakan karakteristik untuk diabetes nefropati, tetapi tidak dapat diungkapkan selama uji urinalisis

c. PROTEINURIA (albuminuria) apabila jumlah albumin > 300 mg / hari = dan hasil tes positif dari 1 (+) hingga 4 (+) (15-500 mg / dl). (Anonim a, tt). Pengukuran proteinuria penting dilakukan dalam mendiagnosis gangguan ginjal dan mengetahui respon pengobatan. Proteinuria Massive biasanya terjadi pada gangguan glomerular, dimana tingkat tertinggi pada sindrom nefrotik (SN). Proteinuria Massive dapat ditentukan dengan uji Esbach, yang merupakan standar terbaik untuk pengukuran proteinuria (Sukmawati dan Suarta, 2007). Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya digunakan untuk tujuan menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan junlah protein (Kurniati, 2010). Tes Esbach yang disebut juga metode dipstick, merupakan pemeriksaan kuantitatif dengan nilai 0-4 (+). Pemeriksaan ini sensitif terhadap 60mg/l albumin, tetapi kurang sensitif terhadap protein Bence Jones dan protein lain yang berat molekulnya rendah misal β2- mikroglobulin. Pemeriksaan ini terkenal karena kemudahannya. Sampel urin yang digunakan untuk tes Esbach ini adalah dari pengumpulan urin 24 jam yang ditampung (Anonim, 2010). Jadi untuk mendapatkan sampel urin ini, pasien diharuskan menampung semua urinnya selama 24 jam mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi pada hari berikutnya. Urin yang keluar pertama kali pada pagi hari tidak ditampung, karena merupakan hasil dari malam harinya. Jadi urin mulai ditampung setelah berkemih pertama kali pada pagi hari sampai pasien berkemih pertama kali pada pagi hari di hari berikutnya (Anonim, 2010.). Pengumpulan urin 24 jam ini membuat pasien tidak nyaman dan tidak praktis karena pasien harus membawa kemana-mana tempat untuk menampung urinnya, serta sering kali pasien lupa untuk menampung urinnya ketika sedang berkemih. Untuk menghindari proteinuria ortostatik dan intermiten maka pengumpulan urin 24 jam biasanya diganti dengan

Pengumpulan urin semalam, yang memiliki akurasi yang sama (Sukmawati dan Suarta, 2007). Setelah pengumpulan, selanjutnya urin asam disaring dituangkan ke dalam tabung gelas sampai U tanda, dan kemudian reagen khusus ditambahkan sampai tingkat berdiri cair pada R. Campur cairan secara menyeluruh (tanpa mengguncang) dengan membalik tabung (tutup dengan gabus, dan memungkinkan untuk berdiri tegak selama dua puluh empat jam) belasan kali. Kemudian dilakukan pembacaan skala, dimana ketinggian koagulum berdiri akan menunjukkan jumlah bagian per seribu, atau gram albumin dalam satu liter. Hasil ini dibagi dengan sepuluh menghasilkan persentase yang ditunjukkan pada Table 1 (Anonim b, tt). Tabel 1. Hasil dari tes Esbach atau metode dipstik memiliki nilai 0-4 (+): Hasil Jumlah protein Samar 10-30 mg % 1(+) 30 mg % 2(+) 100 mg % 3(+) 500 mg % 4(+) > 2000 mg % Endapan protein urin dengan metode Esbach mungkinkan evaluasi keparahan proteinuria yaitu : a. RINGAN <1 g / hari (fisiologis, saluran kemih infeksi, batu ginjal), b. SEDANG 1-3 g / hari (nephropathies glomerulus dan tubulus-interstisial),dan c. BERAT >3,5 g / hari (sindrom nefrotik) (Anonim a, tt). Pada uji Esbach, hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel urin sifatnya terlalu basa atau terlalu encer. Selain itu bila pemeriksaan menunjukkan hasil positif palsu maka harus diperiksa dengan asam salisilsulfonat atau dengan tes pendidihan karena hasil positif palsu mungkin ditimbulkan oleh urin alkali yang berbufer kuat (Anonim, 2010). Beberapa kelemahan uji Esbach seperti pada pengukuran kualitatif sulit dilakukan pada anak-anak terutama pada yang tidak bisa mengendalikan buang air kecil karena hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengumpulan urin 24 jam atau urin semalam, sering

terjadi kesalahan selama menghitung waktu dan saat mengakomodasi urin, dan hasil yang didapat tidak akurat (Sukmawati dan Suarta, 2007). V. ALAT DAN BAHAN 1. Tabung Esbach 2. Sampel urin 24 jam (2 L) 3. Reagen Esbach a. Asam pikrat 10 b. Asam sitrat 20 c. Air suling 1 L 4. Alat-alat gelas lainnya VI. CARA KERJA - Sampel urin 24 jam dikumpulkan dan diukur volumenya ( 2 liter/jam) - Sampel urin diaduk agar homogen kemudian diambil secukupnya kemudian ditetesi dengan beberapa tetes asam cuka 6% hingga ph urin menjadi < 6 lalu disaring - Selanjutnya tabung Esbach diisi dengan urin sampai tanda U dan reagen Esbach hingga tanda R - Tabung Esbach ditutup dengan gabus penutupnya, dibolak-balik beberapa kali agar urin dan reagen tercampur baik, lalu dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam. - Setelah 24 jam dibaca endapan yang ditimbulkan dalam satuan g/l VII. HASIL Pengukuran Ph : asam lemah Setelah penambahan reagen : Warna kuning Setelah didiamkan 24 jam : 0,7 g/l = 700 mg/l Persentase protein : 700 mg/l : 10 = 70 mg % Perhitungan Protein Loss Protein loss = a g/l x V L/24 jam = 0,7 x 2 = 1,4 g/24 jam

VIII. PEMBAHASAN Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran kadar protein dalam urin menggunakan metode uji Esbach. Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin (proteinuria) dimana hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein (Kurniati, 2010). Sampel urin 24 jam yang telah terkumpul diaduk agar homogen. Selanjutnya sampel diambil secukupnya untuk diteteskan dengan asam cuka 6% dan disaring. Penambahan asam cuka ini bertujuan untuk membuat urin menjadi asam (ph<6). Pada uji Esbach hasil positif palsu dapat terjadi bila urin sampel sifatnya terlalu basa atau terlalu encer (Anonim, 2010). Tabung Esbach kemudian ditambahkan urin sampai tanda U dan reagen Esbach hingga tanda R. Tabung Esbach dibolak-balik beberapa kali agar urin dan reagen tercampur baik, lalu dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilihat jumlah endapan yang dihasilkan dalam satuan g/l. Dari pengujian tersebut endapan yang diperoleh sebanyak 0,7 g/l (700mg/L). Dari data tersebut dilakukan perhitungan persentase protein dan Protein Loss. Pada perhitungan persentase protein, persentase protein yang diperoleh sebesar 70 mg % yang menunjukkan hasil 1 (+) 2(+). Pada perhitungan Protein Loss diperoleh hasil 1,4 g/24 jam, jumlah ini menunjukkan bahwa keparahan proteinurea berada pada tingkat sedang (1-3 g / hari) yang disebabkan oleh adanya nepropati glomerulus dan tubulus-interstisial (Anonim b, tt). IX. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami proteinurea (albuminuria) pada tingkat sedang (1,4 g/24) dan hasil tes positif dari 1 (+) hingga 2 (+) (30-100 mg / dl).

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Tes Esbach Available at : http://yuiforme.blogspot.com/2010/05/tes-esbach.html Anonim a.tt. Practical Laboratories Physiology III-Urinalysis. Available at : http://www.umft.ro/newpage/structura/catedre/fizio /Physiology_ III/Urinalysis.pdf Anonim b. tt. The Analysis Of Urine. Introduction. Part 4. Available at : http://chestofbooks.com/crafts/scientific-american/sup5/the-analysis- Of-Urine-Introduction-Part-4.html Maftuhah Kurniati. 2010. Analisa Pemeriksaan Urine. Available at : http://ruangpribadimaftuhah.blogspot.com/2010/02/analisa-pemeriksaan -urine.html Sukmawati, M, dan K. Suarta. 2007. Validity of protein-creatinine and protein-osmolality ratios in the estimation of massive proteinuria in children with nephrotic syndrome. Paediatr Indonesia, Vol. 47, No. 4 halaman 139-143