MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN METODE PENGUJIAN KEKERASAN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL

BAB 1. PENGUJIAN KEKERASAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL

MICRO HARDNESS TESTER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

JURNAL MER-C NO. 10/VOL. 1/2018

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS HASIL KEKERASAN METODE VIKERS DENGAN VARIASI GAYA PEMBEBANAN PADA BAJA

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

ANALISIS PENGARUH WAKTU PERLAKUKAN PANAS TERHADAP NILAI KEKERASAN KARBURASI BAJA KARBON RENDAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PROSES SEPUH TERHADAP KEKERASAN MATA KAPAK HASIL PANDAI BESI DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO LOGAM ST 60

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

VALIDASI METODE UJI KEKERASAN MIKRO PADA KELONGSONG ZIRKALOY-4

III. KEGIATAN BELAJAR 3. Sifat-sifat fisis dan mekanis bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

Pengujian Material. Disusun Oleh : MOH JUFRI

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT

MODUL PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK 1

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM UJI MATERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan Spesimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Uji Kekerasan Rockwell Superficial VS Micro Vickers

KUALIFIKASI OPERATOR MICRO HARDNESS TESTER DI LABORATORIUM IEBE

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan Paduan Aluminum 7075

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN METODE PENGUJIAN KEKERASAN DISUSUN OLEH : FEBRI IRAWAN 05091002006 KELOMPOK 5 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong. Begitu banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis dari material yang diuji. Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material.meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material.dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas. Uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working, hot working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan mengukur kekerasan permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat dengan mudah melakukan quality control terhadap material. Prinsip metode apapun uji kekerasan adalah memaksa indentor suatu ke permukaan sample diikuti dengan mengukur dimensi indentasi (kedalaman atau aktual luas permukaan indentasi). Kekerasan bukan milik fundamental dan

nilainya tergantung pada kombinasi kuat luluh, kekuatan tarik dan modulus elastisitas. Manfaat uji kekerasan: Mudah Murah Cepat Non-destruktif Dapat diterapkan untuk sampel dari berbagai dimensi dan bentuk Dapat dilakukan in-situ 1.2 Tujuan 1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vickers dan Rockwell 2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa jenis logam (besi tuang, baja, tembaga dan alumunium). 3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan mengaplikasikannya untuk mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam logam baja/besi tuang 4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai kekerasan Brinellnya. BAB II

PEMBAHASAN Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini yaitu pada permukaan material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai dengan parameter (diameter, beban dan waktu). Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan : 1. Metode gores Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. Indentor yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok untuk logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak akurat.metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana yang dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh : 1. talc 6. orthoclase 2. gypsum 7. quartz 3. calcite 8. topaz 4. fluorite 9. corundum 5. apatite 10. Diamond Prinsip pengujian : Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores oleh apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini

memiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar. 2. Metode pantul ( metode elastik / rebound ) Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi. 3. Metode Indentasi Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Metode Brinell Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak. Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus: 2 P BHN = ((π D) (D - D 2 - d 2 )

dimana : P adalah beban (Kg) D diameter indentor (mm) d diameter jejak (mm). Gambar : Skematis prinsip identasi dengan metode Brinell Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik, sementara untuk logam-logam non ferrous sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji. Nilai kekerasan suatu material yang dinotasikan dengan HB tanpa tambahan angka di belakangnya menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10mm, beban 3000 kg selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi yang lain nilai kekerasan HB diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian.

Syarat menggunakan metode Brinell : indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000 Kg permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami karburasi ataupun proses sejenis lainnya ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan pengujian tidak boleh terlalu dipinggir beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan tak diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban jarak antar uji minimum 3d tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji disebabkan penggunaan beban yang terlalu besar Keuntungan penggunaan metode Brinell antara lain : Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang kasar Bekas penekanan cukup besar, sehingga mudah diamati dan dapat mengatasi ketidakseragaman fasa material pada pengujian. Kerugiannya antara lain : Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta pada daerah kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan. Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak maupun sangat keras.

b. Metode Vickers Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136 o, seperti gambar dibawah ini Gambar : Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh: VHN = 1.854 P d 2 Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda tergantung pada elestisitas material. Apabila material lunak atau keelastisitasannya tinggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pada

material yang kaku, maka akan berbentuk menggembung. Metode ini biasa dilakukan untuk mengukur kekerasan mikro dari material. Gambar : Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas; (a)indentasi sempurna; (b)indentasi mengempis; (c)indentasi menggembung Keuntungan metode Vickers : Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan dilakukan untuk berbagai jenis logam. Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan untuk menentukan kekerasan pada logam yang sangat lunak dengan kekerasan DPH 5 hingga logam yang sangat keras dengan DPH 1500 Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis, sampai 0.006 inchi Harga kekerasan yang didapat dari uji Vickers tidak bergantung pada besar beban indentor Kerugiannya : Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lama, memerlukan persiapan permukaan benda uji yang teliti, dan rentan terhadap kesalahan perhitungan panjang diagonal. c. Metode Rockwell

Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka intan 120 o. Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah pembebanan minor kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan dengan perbandingan kedalaman kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dan beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan jelas. Tabel Skala pada Metode Uji Kekerasan Rockwell Kekerasan Rockwell dapat dibagi menjadi:

Rockwell A Penetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan 60 Kg. Biasa digunakan untuk jenis-jenis logam yang sangat keras Rockwell B Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembebanan 100 Kg. Biasa digunakan untuk material-material yang lunak. Rockwell C Indentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa digunakan untuk logam-logam yang diperkeras dangan pemanasan. Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor yang digunakan dengan beban yang diberikan.pengkategorian ini dimaksudkan agar penguji manggunakan jenis kombinasi yang tepat pada benda uji sesuai dengak sifat yang dimiliki oleh benda uji tersebut. d. Kekerasan Knoop Merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji kekerasan untuk benda uji yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan luas penampang yang terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm 0.1 mm dan beban yang digunakan berkisar antara 5 gr 5 Kg. Permukaan benda uji harus benar-benar halus. METODE

1. Hoytom macrohardness tester (metode Brinell, Vickers dan Rockwell) 2. Buehler Micromet 2100 series microhardness tester (metode Vickers) 3. Micrometer & Measuring microscope 4. Sampel uji silinder pejal dan uji tarik (besi tuang, baja, tembaga dan aluminium) Gambar : Mesin hidraulic Untuk mendapatkan ketelitian hasil pengukuran kekerasan, hal yang harus diperhatikan sebelum waktu melakukan pengujian yaitu : Permukaan benda kerja harus bersih dari kerak dan kotoran lainnya. Posisi permukaan spesimen diusahakan tegak lurus dengan arah indentasi. Permukaan spesimen harus diam statis sebelum diberi beban tekan. Ketebalan spesimen paling tidak 10 kali diameter indentor.

Jarak antar titik pengukuran harus lebih besar dari 3 kali diameter indentor. Jarak titik pengukuran dari tepi spesimen paling tidak 3 kali diameter indentor.

FLOW CHART Metode Brinell dan Vickers (sample silinder pejal) Preparasi ya tidak Lepas Putar Ukur Periksa Pilih Hitung Sampel poros tuas diameter kontak sampel alat poros beban nilai Selesai dudukan & uji indentor yang lokasi (amplas jejak kekerasan hingga dan belakang sesuai benda indentor pasang lain dengan & jarum poles) uji searah menyentuh dan benda indentor lepaskan jarum uji batas jam

Metode Brinell (sample uji tarik) Preparasi ya tidak Lakukan Pilih Estimasi Tempatkan Hitung Ukur indentor (amplas pengujian Material kekuatan diameter Selesai nilai sampel dan grip kekerasan lain beban tarik sampel di pada jejak beberapa logam anvil yang uji tarik secara titik sesuai (min. horizontal 3) Metode Rockwell (sample silinder pejal)

Preparasi ya tida Atur Lakukan Baca Lepas Pasang Kembalikan sampel skala Material nilai Selesai benda indentor pembebanan pada kekerasan (amplas preload lain uji tuas yang mesin dari & poles) k antara uji sesuai beban sesuai dudukan sesuai (rockwell 10-15 ke posisi detik B yang semula atau dipilih C) Pengujian kekerasan mikro

Putar Amplas Atur Tempatkan Perhatikan Lakukan Putar Area Pengukuran fillar focus turet left Hitung Pilih turet kasar, Indentasi right yg fillar Nyalakan ke indentasi Tentukan struktur indentor-lensa dipilih beban nilai skala benda posisi fillar adjustment amplas Atur lebar kekerasan selesai ditempatkan nol dgn mikro instrument uji waktu lokasi knob lensa-obyektif pd halus, dgn jejak memutar menekan right dan knob indentasi yg permukaan hingga selesai poles akan pencahayaan knob micrometer mikromet di hingga dial tombol tengah kembali garis hg dan diuji hingga hg beban pembesaran bagian diperoleh etsa kanan START indentor ruang (40 benda kiri akhirnya terdalam bagian mencapai kanan menyentuh pandang posisi terdalam ujung x) 40 indentor uji ujung kanan xokuler dari kiri right terluar fillar jejak berhimpit dg bag kiri terdalam left fillar line

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA Callister,William D., 1940-Materials science and engineering : an Introduction/ William D. Callister, Jr. 7th ed Callister, William D. Materials and Science Engineering: an Introduction, 6 th edition. John Wiley & Sons, Inc. 2003. Davis,H.E,Troxell,G.E,Hauck, GFW. The Testing of Engineering Materials.1982. Dieter, George E. Mechanical Metallurgy. McGraw Hill Book Co. 1988. Louis Cart, Non Destructive Testing,ASM, 1995. Metal Handbook Ninth Edition, Volume 8, Mechanical Testing, ASM,1985. Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, edisi ketiga, jilid 1, Erlangga, 1993.