KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Sistem Berjalan

MANAJEMEN NYERI. No. Dokumen: Halaman: 1 dari 3. No. Revisi: 00 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Disahkan oleh DIREKTUR UTAMA

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

Drs.H.Adang Tadjuddin,M.Si. Drs.H.ADANG TADJUDDIN,M.Si

HP Palembang 22 Juni 1953

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDIDIKAN PASIEN & KELUARGA (PPK)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan antar komponen yang ketat (complex and tightly coupled), khususnya di

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

Regulasi RS: Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

MANAJAMEN RUMAH SAKIT. OLEH : Dr. Dahlan Gunawan, MARS

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

BAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan

PENDIDIKAN PASIEN & KELUARGA

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB III METODE PENELITIAN. Nilai skor APK 3.2, APK 3.2.1, APK 3.3. Kendala. Gambar 3.1. Kerangka konsep

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari beberapa macam seperti

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA

Kendali Mutu Sebagai Proses

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut Permenkes No.269 Tahun lain yang telah diberikan kepada pasien. (2)

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduk miskin. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

SKRIPSI SULASTRI J

REVIEW REKAM MEDIS UNTUK PENINGKATAN MUTU INFORMASI KESEHATAN. Sugiharto

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

DIVISI BIOETIKA DAN HUMANIORA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rekam medis harus dijaga kerahasiaannya. (1) c. Rekam medis dalam arti sempit dimaksud kasus-kasus yang tercatat

SISTIM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

HOME CARE/HOSPITAL HOME CARE M.HADARANI, S.KEP.NS.MPH

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN)

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Koperasi dan Kabupaten Mojokerto. Bab1 Latar Belakang

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

Transkripsi:

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT OLEH: LIDYA FITRIANA, SKEP Disampaikan pada Seminar & Workshop Pain Managemen Dalam Akreditasi JCIA versi 2012 Siloam Hospitals Group 13-14 juni 2013 H

Pokok bahasan 1. Pendahuluan 2. Definisi SOP, Tujuan, manfaat, prinsip pembuatan SOP dan kerangka hukum dan kebijakan yang mengatur SOP di Rumah Sakit 3. SOP Penatalaksanaan Nyeri di Rumah SAkit

PENDAHULUAN Standar Operasional Prosedur SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. (Depkes RI, 2004) SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)

Tujuan SOP Agar konsistensi dan tingkat kinerja terjaga Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan bagi semua karyawan Merupakan salah satu cara/parameter dalam meningkatkan mutu pelayanan. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab Melindungi organisasi/unit kerja dan pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

Manfaat dari SOP adalah sebagai berikut : Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan sebagai dokumentasi aktivitas perusahaan. Meminimalisasi kesalahan dalam suatu prosedur operasional kerja. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program training karyawan. Standarisasi prosedur Sebagai acuan dalam proses evaluasi dan penilaian terhadap setiap prosedur Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan kebijakan. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi kerja karena perusahaan telah memilki sistem kerja yang sudah jelas dan terstruktur secara sistematis.

Prinsip Pembuatan SOP Mudah dimengerti dan jelas Harus dapat mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan pegawai baru pun dapat melaksanakan tugasnya Dibuat efisien dan efektif Merupakan prosedur yang efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas Harus ada keselarasan Harus selaras dengan prosedur standar lain yang terkait Dapat terukur Output dari segala prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya Dinamis Harus cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lanjutan prinsip pembuatan SOP Berorientasi pada pengguna Harus mempertimbangkan kebutuhan pihak yang dilayani sehingga dapat memberikan kepuasan pengguna Kepatuhan hukum Harus memenuhi ketentuan dan peraturanperaturan pemerintah yang berlaku Perlu adanya kepastian hukum Harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum Transparansi dan Keterbukaan Setiap prosedur yang dilaksanakan harus transparan. Keterbukaan bahwa prosedur yang ada siap untuk menerima masukan

Kerangka Hukum dan Kebijakan yang mengatur SOP di Rumah Sakit 1. UU RI no 44 th 2009 tentang Rumah Sakit 2. Permenkes RI Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan 3. Permenkes RI Nomor 772/MENKES/SK/VI/ 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)

Kerangka Hukum dan Kebijakan yang Mengatur SOP di Rumah Sakit 1. UU RI no 44 th 2009 tentang Rumah Sakit, BAB VIII, pasal 29 mengatakan bahwa RS mempunyai kewajiban untuk a. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien b. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772/MENKES/SK/VI/ 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) ada lima kerangka hukum yang mengatur kehidupan RS, salah satunya adalah kebijakan teknis operasional RS, yaitu SOP. Berdasarkan hal tersebut, posisi SOP berada di bawah peraturan internal RS (Hospital Bylaws).

Rincian Kebijakan dan Prosedur Penatalaksanaan Nyeri di Rumah Sakit Pengertian Penatalaksanaan nyeri di Rumah Sakit adalah suatu sistem / proses pengelolaan nyeri yang dilaksanakan di Rumah Sakit Tujuan Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri pasien Memfasilitasi proses penyembuhan dan fungsi yang optimal sehingga pasien cepat pulang rawat sehingga efisiensi biaya Untuk mengembangkan ketetapan dasar dalam standard pelayanan dan praktik pengobatan untuk pasien-pasien yang mengalami nyeri

Kebijakan Rumah Sakit mempunyai Tim Pain Managemen Menetapkan alur pengelolaan nyeri di ruang rawat inap dan rawat jalan Menetapkan sistem pengelolaan nyeri dari pengkajian sampai dengan evaluasi Semua pasien wajib dilakukan pengkajian nyeri sebagai vital sign ke 5 Setiap pasien yang mendapat intervensi terhadap penatalaksanaan nyeri diobservasi efektivitasnya

Prosedur Tahap pertama Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Melakukan penilaian Severity ( seberapa berat nyeri dirasakan dengan menggunakan: 1.Numeric scale (pasien sadar dan anak usia > 7 tahun) 2.Wong Baker Faces Pain Scale untuk dewasa dan anakanak usia > 3 tahun 3.Cries Pain Scale (Neonatus 0 6 bulan) di Ruang Intensif Area 4.Flacc Pain Scale (2 bulan 7 tahun) 5.Comfort Pain Scale ( pasien tidak sadar di ruang intensif) : Nyeri ringan : skala 1 3, Nyeri sedang skala 4-7 dan dinyatakan nyeri berat bila skala 8-10 Melakukan penilaian nyeri pada setiap pasien baru, pasien paska pembedahan, dan pasien dengan penyakit lain yang menimbulkan respon nyeri Mengkaji nyeri pasien secara berkala dan kontinyu selama pasien rawat inap

Tahap ke dua Pilih obat dosis, dan cara penggunaan obat bagi pasien nyeri berdasarkan tingkatan dan reaksi dari pengobatan yang diberikan. (dokter) Berikan terapi Nonfarmakologi dan edukasi (perawat)

Tahap ketiga Observasi respon pasien dan efektivitas pengobatan setelah pemberian analgesia, tetap dengan menentukan skala nyeri sesuai yang dirasakan pasien, dokumentasikan intensitas dan lokasi nyeri atau jika pasien mendapatkan obat golongan opioid, monitor juga skala sedasinya Secara berkala sesuai waktu yang ditentukan meninjau kembali setiap reaksi dari pengobatan yang telah diberikan termasuk reaksi obat yang tidak diinginkan Jika pasien sudah mendapatkan analgesia, skala nyeri menetap > 3, hubungi PN PN akan melakukan verifikasi penanganan nyeri yang sudah diberikan sebelumnya dan memastikan ketepatan skala nyeri yang dialami Konsultasi dengan Pain Management Dokter jika penanganan nyeri membutuhkan perhatian khusus atau Pain Nurse merasa perlu penanganan nyeri yang lebih efektif dari aspek regimen terapi.

Lanjutan tahap ketiga: Koordinasi dengan Dokter jaga/ Dokter Penanggung jawab pasien untuk pemberian/ penambahan/ perubahan regimen terapi atas saran dari Pain Management Dokter Memberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan nyeri kepada pasien/ keluarga Pendokumentasian dalam rekam medis pasien Melakukan konsultasi setiap saat pada Pain Management Team untuk penatalaksanaan nyeri semua pasien yang membutuhkan, bila perlu penanganan tim secara terpadu

Intervensi nonfarmakologi dan pendidikan kesehatan Berikan intervensi dan edukasi non pharmacologi dengan cara: Lakukan teknik relaksasi setiap nyeri timbul dengan cara: Lakukan teknik pernafasan dalam Lakukan teknik batuk efektif Lakukan teknik sentuhan ( touch therapy ) Lakukan teknik kompres hangat /kompres dingin Lakukan mobilisasi yang membuat rasa nyaman

Beri dukungan psikologi pasien dengan cara: Lakukan komunikasi terapeutik Berikan reinforcement positif kepada pasien yang bisa melakukan teknik-teknik yang diajarkan Motivasi pasien untuk melakukan latihanlatihan tersebut diatas secara rutin Dokumentasikan hasil intervensi

Observasi dan evaluasi pemberian obat Observasi keadaan pasien dalam 15 30 menit pertama dari pemberian obat Kaji nyeri sesuai keluhan dan kebutuhan Cek vital sign pasien dan skala sedasi bila mendapatkan obat golongan opioid Monitor kembali dosis obat yang sudah di berikan disesuaikan dengan kondisi nyeri pasien

Lanjutan: Dokumentasikan respon pasien, reaksi alergi dan efek samping setelah pemberian obat Untuk pemberian obat yang masuk golongan opioid, observasi dilakukan lebih konsisten 3 jam sekali selama obat tersebut digunakan Hasil observasi di dokumentasikan pada formulir observasi khusus nyeri

Penanganan nyeri pada pasien Post Operasi Observasi 30 menit sekali dalam 2 jam pertama di ruang pulih sadar Lanjutkan observasi di ruangan tiap 1 jam, 3 x berturut-turut Lanjutkan observasi tiap 4 jam, sampai dengan 24 jam pertama post operasi Lanjutkan observasi tiap 2 jam, 3 x berturut-turut Selanjutkan observasi tiap 4 jam selama pasien dirawat Laporkan bila ada peningkatan rasa nyeri kepada Specialist anastesi dalam 24 jam pertama post operasi

Penanganan Nyeri Pasien Di Ruangan JCIA: 20, 455-458, 265-267, 159-160,621 Medical Pain Coordinator (Dr. Anaestesia) Kolaborasi untuk memberikan usulan therapi Nurse Pain Nurse Dokter Jaga Menerima laporan, verifikasi skala nyeri dan evaluasi efektifitas intervensi Pengkajian pasien terhadap nyeri tidak efektif Skala nyeri > 3 (nyeri sedang) ya ya Rekomendasikan kepada perawat primer untuk melanjutkan terapi sesuai instruksi dokter yang sudah ada tidak Berikan terapi farmakologi sesuai advis dokter dan terapi nonfarmakologi,doku mentasikan Kaji ulang skala nyeri untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan dokumentasikan Menerima laporan PN, melakukan penilaian ulang dan menginformasikan pada dokter primer serta mengorder obat pada IMR Menerima usulan terapi dan mengkoordinasikannya dengan RMO Efektif Menerima instruksi dokter dan menerima obat dari farmacy serta memberikan obat pada pasien Observasi dan evaluasi pemberian obat Selesai tidak Mulai Lanjutkan observasi, berikan edukasi dan dokumentasikan ya 13/06/2013 Lidya

Kesimpulan Kebijakan RS dibuat dan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan alur prosedur pengelolaan nyeri Pelaksanaan prosedur sesuai alur yang ditetapkan akan meningkatkan efektifitas dalam pengelolaan nyeri