BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa merupakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat potensial dikembangkan khususnya sebagai bahan oleopangan dan oleokimia. Sebagai bahan oleopangan, minyak kelapa digunakan untuk minyak goreng dan sebagainya, sedangkan sebagai bahan non pangan (oleokimia) dapat berupa asam lemak, metil ester, lemak amina, gliserin, dan masih banyak lagi jenis jenis yang lain. Minyak kelapa merupakan sumber utama asam lemak terutama asam laurat. Asam laurat pertama kali ditemukan dalam minyak kelapa oleh Prof. Dr.John J Kabara, dari Departement of Chemistry and Pharmacology, Michigan State University, Amerika, tahun 1960an. Didalam 1 liter minyak kelapa dapat menghasilkan 450 500 gram asam laurat. Asam laurat merupakan salah satu jenis lemak yang terdapat dalam kelapa yang didapatkan dari proses hidrolisa. Asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis minyak kelapa memiliki kemampuan antibakteri. Asam lemak ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri diantaranya Streptococcus, Candida, S. aureus, S. epidermis, Micrococci. (Qoyimah, 2015). Selain itu asam laurat juga memiliki sifat dapat melarutkan membrane virus sehingga akan menggangu kekebalan virus. Hal ini akan membuat virus tersebut inaktivasi. (Pujiati, 2012) Pada tahun 1995 Prof.Dr.Mary Gertrude Enig,Ph.D. (Ahli Biokimia dan Nutrisi, dari USA) melaporkan asam laurat pada minyak kelapa yang masuk ke
dalam tubuh diubah menjadi monolaurin (senyawa antivirus) atau sebuah senyawa monogliserida yang diperoleh bayi dari air susu ibu. Monolaurin mampu mengatasi infeksi virus, bakteri, dan protozoa (Shopie, 2015). Senyawa monolaurin dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi enzimatis. Reaksi ini berlangsung antara gliserol dengan asam laurat dan katalis lipase. Penelitian sintesis monolaurin dengan reaksi enzimatis telah banyak dilakukan sebelumnya, antara lain Damstrup et al. (2005) dan (2006) telah melakukan penelitian memproduksi monoasilgliserol (MAG) secara enzimatis. Monterio et al. (2003) melakukan penelitian reaksi esterifikasi enzimatis dengan substrat asam laurat dan gliserol dalam system homogenus dengan katalis enzim Lipozyme IM. Kemudian, Haryati dkk (2007, tidak dipublikasikan) melakukan penelitian reaksi esterifikasi yang dilakukan dengan mereaksikan substrat yaitu asam lemak laurat dan gliserol. Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas pertanian yang sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam industri kosmetik, farmasi, makanan, dan lain-lain. Wijen mendapat julukan The Queen of Oil Seeds Crops, yang mencerminkan bahwa biji wijen memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi konsumennya (Handajani, 2006). Salah satu pemanfaatan wijen adalah dapat membantu mempercepat reaksi esterifikasienzimatis karena biji wijen banyak mengandung enzim lipase (Suhendra, 2006). Lipase merupakan jenis enzim hidrolase yang dapat menghidrolisis ikatan gliserida dalam trigliserida pada minyak dan lemak. Namun, pada kondisi tertentu, lipase juga dapat mengkatalisis reaksi kebalikan dari hidrolisis, yaitu
reaksi esterifikasi. Oleh karena itu, lipase dapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam laurat dari minyak kelapa. Dalam penelitian ini digunakan enzim lipase yang berasal dari ekstrak kecambah biji wijen (Sesamum indicum L.). Menurut Hikmah dan Zuliyana (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi diantaranya: 1. Waktu reaksi Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. 2. Pengadukan Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. 3. Konsentrasi Katalis (enzim) Katalis berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Oleh karena itu untuk mengetahui hasil terbaik dari proses esterifiksi minyak kelapa terhidrolisis secara enzimatis, maka perlu dilakukan studi perbandingan konsentrasi penambahan enzim lipase ekstrak kecambah wijen serta lama inkubasi dalam proses esterifikasi minyak kelapa.
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Berapa penambahan konsentrasi ekstrak enzim lipase kecambah biji wijen yang dibutuhkan untuk proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis 2. Bagaimana pengaruh lama inkubasi dalam proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis 1.3 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak enzim lipase kecambah biji wijen yang ditambahkan maka reaksi esterifikasi yang terjadi semakin baik dan cepat 2. Lama inkubasi berpengaruh terhadap proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak enzim lipase kecambah biji wijen yang sesuai untuk proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis 2. Untuk mengetahui pengaruh lama inkubasi terhadap proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan nilai jual lebih terhadap hasil olahan kelapa 2. Menghasilkan monogliserida (monolaurin) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat - obatan dan berbagai olahan yang bermanfaat bagi kesehatan. 3. Mengetahui penambahan konsentrasi ekstrak enzim lipase kecambah biji wijen yang sesuai untuk proses estrifikasi minyak kelapa terhidrolisis 4. Mengetahui pengaruh lama inkubasi terhadap produk yang dihasilkan dalam proses esterifikasi minyak kelapa terhidrolisis