PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia memiliki beragam surnberdaya pangan dalam bentuk mak03nan

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

JUDUL PROGRAM. Pempek Instant Barracuda- Inovasi Kudapan Tradisional Palembang Sebagai Alternaltif Pangan Instant Tradisional yang Bergizi Komplit

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik disebabkan oleh pengaruh cuaca, serangan serangga maupun mikroba

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

: Laila Wahyu R NIM :

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I. PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga pengembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan yaitu, wajan, kompor, pisau, pengaduk, gilingan daging dan siler.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

I. PENDAHULUAN Sejak diberlakukan Hukum Laut Internasional pada tahun 1982, luas laut

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

MODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki beragam surnberdaya pangan dalam bentuk mak03nan maupun bahan makanan. Salah satu sumberdaya pangan tersebut adalah makanan tradisional yang merupakan asset potensial bagi upaya penganekaragaman pangan (Suhardjo, 1994). Makanan tradisional dapat diartikan sebagai makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat menurut golongan etnik dan wilayah tertentu serta mempunyai rasa relatif sesuai dengan masyarakat setempat (Wirakusurnah, 1994). Empek-empek merupakan salah satu produk makanan tradisional yang khas bagi masyarakat di daerah Sumatera Selatan. Produk ini menggunakan bahan dasar ikan, yang telah lama dikenal dan telah memasyarakat baik di kota Palembang maupun di daerah-daerah lain di Indonesia. Berkaitan dengan makanan tradisional atau makanan daerah, pemerintah pernah giat melancarkan karnpanye "Aku Cinta Makanan Indonesia" (ACMI). Gerakan ini bertujuan untuk yang bertujuan meningkatkan kecintaan terhiidap makanan Indonesia serta mempopulerkan makanan Indonesia seperti pangiman (makanan kecil) yang tidak terbatas pada upacara, tetapi lebih ditekankan pada pelaksanaan nyata oleh masyarakat dalam susunan hidangan sehari-hari (Partini dan Sidik, 1994). Khasanah makanan Indonesia yang terdiri dari beragam makiman tradisional perlu dilestarikan dan aktualisasikan sesuai dengan tuntutan masyarakat

yang dinamis. Untuk itu diperlukan penyesuaian berkaitan dengan cara penyajian, penyimpanan, masa simpan ataupun teknik pengemasannya. Kualitas gizi makanan jajanan dan potensinya sebagai salah satu wahana program diversifikasi pangan dan perbaikan gizi nasional hams diberi perhatian :fang lebih baik (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 1993). Dari sekian banyak makanan jajanan yang dikenal salah satunya adalah empek-empek yang merupakan jajanan tradisional dari Palembang. Empek-empek dibuat dengan menggunakan bahan dasar daging ikan, tepung tapioka, air dan garam. Kesemua bahan tersebut diaduk sehingga menjadi adonan kemudian dibentuk, direbus dan digoreng. Jajanan ini dikonsumsi dengan menggunakan cuka sebagai bahan penyedap tambahan. Makanan ini banyak digemari masyarakat terutama mereka yang suka mengkonsurnsi makanan dengan cita rasa ikan, karena disamping rasanya yang gurih, enak juga banyak mengantfung protein. Di Palembang empek-empek merupakan makanan yang khas, yang banyak dijadikan sebagai kegiatan usaha di bidang industri rumah-tangga. Menurut Roestam (1994), dalam rangka memasyarakatkan makiman tradisional perlu diberikan informasi mengenai kandungan zat gizi makanan tersebut. Bentuk yang paling baik adalah mencantumkan komposisi zat gizinya pada setiap resep masakan Indonesia. Adanya label zat gizi akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih sesuai dengan kebutuhan. Sumber protein hewani yang digunakan dalam pembuatan empek-empelc ini adalah ikan. Jenis ikan yang biasa dan banyak digunakan antara lain adalah ikan belida, ikan gabus, dan ikan tenggiri. Ikan belida jarang digunakan karena hargimya

mahal dan saat ini sudah langka walaupun rasanya lebih enak dibandingkan dengan bahan ikan lainnya. Rasa empek-empek dari ikan tenggiri lebih lezat bila dibandingkan dari ikan gabus. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup potensial, karena mengandung protein sekitar 15-24 % dari total berat daging ikan segar dan mempunyai daya cerna yang sangat tinggi, yaitu sekitar 95 % (ITC, 1991 dtrlarn Hubeis, 1994). Mengingat tingginya kandungan gizi dalarn daging ikan, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan konsurnsi daging ikan tersebut. Usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah penganekaragaman produk olahan ikan dan salah satunya adalah pembuatan empek-empek. Usaha untuk menjadikan empek-empek sebagai komoditas perdaga~igan tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Salah satu kendalanya yaitu mengenai claya tahan atau keawetan empek-empek yang rendah. Empek-empek bila tidak diberi perlakuan pengawetan yang memadai, dalam waktu tiga hari saja dapat rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Selain itu proses pemasakan pada saat akan disajikan juga dapat mempengaruhi kualitas empek-empek tersebut, karena pada saat disajikan empek-empek akan mengalami proses pemasakan yakni dalam bentuk perebusan atau pengukusan ulang dan dilanjutkan dengan menggoreng. Selama ini persepsi konsumen terhadap kualitas empek-empek terutama ditentukan oleh faktor organoleptik (bentuk, ukuran, tekstur, warna, aroma, rasa) dan faktor ekonomis (harga), sedangkan faktor gizi masih kurang mendapat perhatian (Winarno, 1983). Protein dalam empek-empek diperlukan untuk membentuk tee:stur yang kenyal. Namun protein mempunyai sifat alami yaitu sensitif terhadap perlalaan

panas, selama pengolahan khususnya pemanasan. Empek-empek dengan perlalcuan tertentu (didinginkan, dilapis tapioka dan di simpan pada suhu ruang) dapat disinlpan hingga 3 hari. Setelah mengalami penyimpanan, empek-empek perlu dilaki~kan pemanasan secara berulang baik yang dikukus maupun yang digoreng sebelum dikonsumsi. Mengingat banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi kualitas gizi empekempek, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh teknik, lama penyimpanan serta teknik penyajian terhadap kualitas gizi dan organoleptik empekempek. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara penyimpanan dan pemasakan terhadap mutu gizi empek-empek. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari: 1) Pengaruh proses penyimpanan terhadap mutu gizi dan organoleptik empekempek. 2) Pengaruh proses pemasakan terhadap mutu gizi dan organoleptik empek-empek. 3) Daya cerna dan bioavailabilitas lisin pada empek-empek setelah mengalami proses penyimpanan dan pemasakan.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat kepada masyarakat mengenai kualitas empek-empek selama penyimp;anan dan pada saat diproses untuk disajikan kembali. Kerangka Pemikiran Kualitas empek-empek sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan, proses penyimpanan dan penyajiannya. Proses pembuatan mencakup komponen bahan d~asar yang digunakan misalnya jenis ikan (ikan belida, ikan tenggiri, ikan gabus), jenis tepung tapioka serta teknik pemasakannya (meliputi komposisi resep, lama perebusan dan suhu air), sedangkan proses penyimpanan mencakup teknik penyimpanan!rang berpengaruh terhadap daya simpan empek-empek. Proses penyajian merupiikan proses penyiapan pemasakan empek-empek sehingga siap disajikan. Pada saat ;ikan disajikan empek-empek tersebut dimasak ulang sesuai dengan selera. Pemasakan ini umumnya empek-empek tersebut digoreng (Komariah, 1995). Umumnya terdapat berbagai macam teknik penyimpanan empek-empek, antara lain adalah penyimpanan pada suhu kamar di ruangan yang berangin, penyimpanan di lemari pendingin dengan suhu 5 C atau dalamfieezer bersuhu -4 C. Menurut penelitian Septriana (1995), empek-empek yang disimpan pada suhu dingin beku (-4 C) dapat bertahan hingga 40 hari namun mengalami penurunan kualitas organoleptiknya. Teknik pelumuran tepung merupakan teknik yang digunakan pads saat empek-empek akan dikirimkan dari satu wilayah ke wilayah lain!rang

memerlukan waktu menginap. Umumnya empek-empek tersebut mampu bert(3han hingga 2 hari. Setelah mengalami proses penyimpanan, empek-empek hams dimasak ulang dengan cara perebusan atau pengukusan, kemudian digoreng. Dari situasi di atas tampak bahwa titik rawan dalam pengelolaan empekempek adalah pada bagian proses penyimpanan dan pada proses pemasakan pada saat akan disajikan. Salah satu komponen yang dikhawatirkan akan mudah mengalami kerusakan adalah protein dan asam amino yang banyak terkandung dalam ikan. Padahal ikan telah diketahui mempunyai kualitas protein yang amat baik dari segi jumlah, kelengkapan maupun bioavailabilitasnya bagi manusia. Kerusakan tersebut dapat timbul dalam bentuk terjadinya perubahan struktur ataupun menurunnya daya cerna protein ataupun bioavailabilitas asam aminonya. Pada beberapa penelitian yang telah ada disebutkan bahwa penggunaan panas yang tinggi, tekanan yang tinggi atau waktu pemasakan yang lama akan mengurangi bioavailabilitas asam amino (termasuk lisin) pada bahan pangan (Batterham, 1992; Barnerveld, 1994)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran