Harryara Sitanggang

dokumen-dokumen yang mirip
Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Karakteristik mutu daging

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

PAPER BIOKIMIA PANGAN

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

TELUR ASIN PENDAHULUAN

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Uji Organoleptik Ikan Mujair

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

IKAN PINDANG AIR GARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

DAGING. Pengertian daging

Mutiara Nugraheni

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

PERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

Transkripsi:

IV. Hasil Pengamatan & Pembahasan Penanganan pasca panen bukan hanya berlaku untuk produk pangan yang berasal dari tumbuhan atau biasa disebut produk nabati. Pemanenan dari komoditas hewani juga perlu diperhatikan dengan seksama karena dengan penanganan pasca panen yang baik akan menjaga mutu komoditas hewani tetap berada pada keadaan optimumnya. Produk hewani yang sering dimanfaatkan oleh manusia adalah ikan, daging, telur, dan susu. Praktikum kali ini akan membahasa tentang karakteristik fisik pada produk hewani dalam keadaan optimum dan juga dalam keadaan tidak optimum. 4.1 Daging Daging adalah semua jaringan hewan yang aman untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya ( Soeparno, 1994). Komposisi daging terdiri dari 75% air, 19% Protein, 3,5% substansi non protein yang larut, dan 2,5% lemak (Lawrie,2003). Daging memiliki peluang terkontaminasi dengan bakteri paling besar karena memiliki kandungan air yang tinggi. Akibatnya adalah perubahan warna, tekstur, dan aroma pada daging (Soeparno,1994). Metode yang digunakan untuk menangani daging dari kontaminasi mikroba adalah metode curing. Curing daging adalah proses pengolahan agar daging memiliki daya tahan simpan, citarasa, keempukan, dan warna yang berbeda dari daging segar dengan pertolongan bahan curing. Curing dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1) dry-cure. Dengan cara bahan-bahan curing ditaburkan pada permukaan daging lalu digosok/diremas. 2) wet-cure, dengan cara perendaman daging dalam larutan curing. 3) larutan curing diinjeksikan ke dalam daging; dan 4) larutan curing dipompa ke dalam daging melalui pembuluh darah (Tjahjadi dan Marta, 2014). Pengolahan daging dengan metode curing biasanya melibatkan beberapa jenis senyawa kimia yang bersifat garam seperti Na- Nitrat, Na- Nitrit, dan NaCl. Menurut Soeparno (1994), kegunaan penambahan garam nitrit pada proses curing adalah sebagai berikut : a. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme b. Membentuk cita rasa c. Memberi warna merah muda yang baik pada daging

Penambahan garam nitrat ataupun nitrit juga efektif dalam menghambat pembentukan WOF (Warmed- over flavor) yaitu berubahnya warna aroma dan rasa yang tidak menyenangkan pada daging yang telah dimasak. Menurut Soeparno (1994), kadar nitrit yang baik digunakan dalam pengolahan suatu produk daging segar dan dapat ditolerir oleh tubuh manusia (ADI) adalah 8 mg/kg BB/ hari. Pada praktikum ini diberikan 6 perlakuan pada daging segar dan akan dibandingkan dengan kontrol. Daging yang digunakan pada praktikum kali ini adalah daging sapi segar. Berikut adalah hasil pengamatan curing daging. Tabel 1. Daging Curing Kel/ larutan Indikator Setelah di curing Setelah di kukus warna Putih pucat Coklat pucat tekstur Lembek Kering berserat 7 aroma Daging mentah Daging matang Na Nitrit 0,1% 8 Na Nitrat 0,2% 9 NaCl 10 Na Nitrit 0,1% + NaCl 0,2% 11 Na Nitrat 0,2% + NaCl warna Putih krem pucat Krem kemerahan tekstur Lembek +3 Empuk di dalam, kering diluar ++, lembab - aroma Bau asin gurih Aroma daging warna Putih coklat Coklat pucat tekstur Lembek Keras aroma Daging mentah Daging matang warna Merah kecoklatan Merah pucat tekstur Lembek Empuk kering aroma Khas +3 Daging matang warna Merah kecoklatan Merah pucat tekstur Lembek Empuk kering aroma Khas +3 Daging matang

Kel/ larutan Indikator Setelah di curing Setelah di kukus 0,2% 12 NaCl 0,1% + Na Nitrat 0,1 % + Na Nitrit 0,2% warna Putih Coklat pucat tekstur Lunak Empuk, kering aroma Asin Daging matang (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017) Curing pertama adalah curing kontrol. Sebelum dilakukan proses curing, daging berwarna merah kecoklatan, beraroma amis, dan teksturnya kenyal. Setelah dilakukan curing kontrol, warna daging menjadi pucat pudar, aroma amis dagingnya berkurang dan teksturnya lebih kenyal dibandingkan sebelumnya. Setelah dikukus, daging menjadi berwarna cokelat pucat, aroma amis berkurang dibanding dengan sebelum dikukus dan lebih kenyal. Perlakuan curing yang dilakukan pertama adalah dengan merendam daging dalam Na- Nitrit 0,1%. Setelah proses curing, terjadi perubahan pada warna daging dari awalnya merah kecoklatan cerah berubah menjadi putih pucat dan tekstur daging yang awalnya lembek berubah menjadi lebih lembek akibat masuknya terserapnya larutan curing kedalam daging. Setelah itu dilakukan proses pengukusan. Daging curing yang telah dikukus mengalami perubahan warna menjadi coklat kepucatan dan mempunyai tekstur kering yang berserat. Perlakuan curing kedua yang diberikan pada daging segar adalah perendaman dalam Na- Nitrat 0,2%. Setelah perendaman, tekstur daging yang awalnya kenyal berubah menjadi lebih lembek dan aroma daging segar pada daging awal berubah menjadi bau asin gurih. Aroma asin ini diperoleh dari natrium nitrat yang juga termasuk kedalam jenis garam. Selanjutnya dilakukan proses pengukusan. Tekstur daging yang awalnya sangat lembek berubah menjadi empuk di bagian dalam dan kering dibagian luar. Perlakuan curing ketiga yang diberikan pada daging segar adalah perendaman dalam NaCl (garam dapur). Setelah perendaman, warna daging

menjadi lebih putih namun masih menyisakan warna sedikit kecoklatan dan tekstur daging menjadi lembek dari awalnya kenyal. Dilakukan pengukusan dan terjadi perubahan tekstur dari awalnya lembek berubah menjadi keras. Peristiwa mengerasnya daging ini terjadi karena terjadi peristiwa osmosi pada daging. Molekul air dari dalam daging keluar menuju ke lingkungan yang lebih pekat dan menyebabkan daging yang kehilangan molekul air menjadi lebih kering dan keras (Wibowo, 2006). Perlakuan curing keempat yang diberikan adalah perendaman dalam larutan kombinasi Na- Nitrit 0,1% dan NaCl 0,2%. Warna daging setelah perandaman adalah tetap yaitu merah kecoklatan. Hal ini terjadi karena nitrit dapat menstabilkan pigmen warna mioglobin pada daging. Pigmen mioglobin pada daging yang menyebabkan daging berwarna merah bersifat tidak stabil. (Winarno, 2008). Perlakuan curing kelima yang diberikan adalah perendaman dalam larutan kombinasi Na- Nitrat 0,2 % dan NaCl 0,2%. Perubahan yang terjadi mirip dengan perlakuan curing sebelumnya namun tekstur setelah pengukusan yang didapat pada perlakuan ini membuat daging lebih berserat. Perlakuan curing terakhir yang diberikan adalah perendaman dalam campuran semua jenis larutan yaitu Na- Nitrat 0,2%, Na- Nitrit 0,1%, dan NaCl 0,2%. Warna daging setelah perendaman berubah menjadi putih dan tekstur menjadi lebih lunak. Dilakukan pengukusan dan warna daging menjadi coklat pucat dan tekstur menjadi lebih empuk. Perubahan warna daging menjadi warna coklat itu terjadi karena pigmen mioglobin pada daging mengalami oksidasi berlebihan dan menyebabkan perubahan mioglobin menjadi metmioglobin yang memberi warna coklat pucat pada daging (Winarno, 2008). 4.2 Ikan Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi, di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh.protein dibutuhkan tubuhuntuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak. Protein merupakan bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita selain air. (Junianto, 2003)

Ikan relatif lebih cepat mengalami pembusukan daripada daging unggas dan mamalia karena pada saat ditangkap ikan selalu berontak sehingga banyak kehilangan glikogen dan glukosa. Glikogen dan glukosa pada hewan yang mati dapat mengalami glikolisis menjadi asam piruvat yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. (Junianto, 2003) Ikan yang terlalu banyak berontak pada saat ditangkap maka akan banyak kehilangan glikogen dan glukosa sehingga kandunganasam laktat ikan menjadi rendah. Nilai ph-nya relatif mendekati normal. Nilai ph yang mendekati normal ini sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri, sehingga ikan segar harus segera diolah dengan baik agar layak untuk dikonsumsi. (Junianto, 2003). Sebelum mencapai tahap tidak segar dan tidak layak dikonsumsi lagi, pada dasarnya terdapat tiga tahapan yang terjadi setelah ikan mengalami kematian (Adawyah, 2007), yaitu: 1. Pre-rigor mortis, yaitu suatu tahapan yang berlangsung saat ikan mulai mengalami kematian hingga ikan tersebut benar-benar mati. Tahap ini tekstur ikan lembut kenyal dan terjadi penurunan ATP dan keratin fosfat. Ketidaktersediaan oksigen mengakibatkan glikolisis terjadi sehingga glikogen diubah menjadi asam laktat yang bergantung pada jenis ikan, kondisi ikan, tingkat kelelahan, ukuran ikan, cara penangkapan dan temperatur penyimpanan. 2. Rigor mortis, yaitu fase mengejangnya tubuh ikan yang menandai kesegaran ikan, pada fase ini daging menjadi kaku (menyebabkan penurunan ph. Faktor yang memengaruhi lamanya pre-rigor mortis rigid). Biasanya terjadi 1-7 jam setelah ikan mengalami kematian atau 3-120 jam setelah kematian pada ikan yang dibekukan. Mulainya fase ini dipengaruhi cara kematian dan kondisi penyimpanan, pada ikan yang mati dengan cepat fase rigormortisnya akan lebih lambat dibanding ikan yang mati dengan sendirinya atau ikan yang lama mengalami kematian setelah dimatikan, semakin awal terjadinya rigor mortis semakin cepat pula tahapan tersebut semakin cepat pula tahapan tersebut berakhir. Fase rigor mortis terjadi lebih singkat pada suhu tinggi dan dipengaruhi juga oleh penyimpanan, ikan yang disimpan di dalam lemari es memiliki waktu rigor

mortis yang lebih lama dibanding yang tidak disimpan di lemari es. Pada fase ini juga daging ikan berada dalam kondisi terbaik untuk dikonsumsi ataupun diolah menjadi produk pangan lain. 3. Pasca-rigor mortis, pada fase ini terjadi kreatin dan fosfat sehingga ATP diubah menjadi ADP dan fosfat organik. ADP ikan terurai menjadi ribosa, fosfat amonia dan hipoksantin sehingga ph naik menjadi 6,2-6,6. Peningkatan hipoksantin yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada ikan. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan gembung untuk pengamatan ikan segar dan ikan gurame untuk pengamatan ikan tidak segar. Berikut adalah hasil pengamatan praktikum. Tabel 2. Pengamatan Ikan Segar dan Ikan tidak Segar Sampel Ikan Segar Ikan tidak segar Mata 7 4 Insang 10 1 Lendir 10 7 Daging & Perut 10 1 Tekstur 10 1 Bau 9 1 Gambar (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017) Keterangan : 1-3 = Busuk 4-6 = Kurang Segar 7-8 = Segar 9-10 = Sangat Segar Menurut Junianto (2003), berikut adalah perbandingan ikan segar dan ikan tidak segar : Ikan Segar Ikan Tidak Segar Tekstur daging kenyal (bila ditekan Tekstur daging lembek dan berair akan kembali ke posisi semula) Mata ikan jernih, bersih, dan menonjol Mata ikan cekung kedalam dan (tidak tenggelam/ masuk kedalam) berwarna merah Insangnya berwarna merah segar Insang berwarna merah kelabu dengan

Sisik tidak mudah lepas, rapat, mengkilap, dan tidak berlendir Memiliki aroma ikan segar dan tidak berbau busuk lendir tebal Sisik berwarna lebih suram dan mudah terlepas Memiliki bau busuk 4.3 Telur 4.4 Susu

DAFTAR PUSTAKA Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta. Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan.Penebar Swadaya, Jakarta. Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Universitas Indonesia. Jakarta Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Catatan ke- 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Tjahjadi, C. dan H. Marta.2014. Pengantar Teknologi Pangan Volume II. Universitas Padjajaran, Jatinangor.

LAMPIRAN 1. Laporkan produk-produk olahan dari ikan yang umum terdapat di pasaran! Jawab : Pempek, Tepung ikan, Krupuk ikan, Nugget ikan, Bandeng presto, Sosis ikan, Sarden, Bakso ikan, Minyak ikan Cod dan Kecap ikan. 2. Laporkan produk-produk olahan dari telur yang umum terdapat di pasaran! Jawab : Telur asin, Telur pinang, Kerak telur, Lumpia basah dan Martabak. 3. Laporkan produk-produk olahan dari hasil laut selain ikan yang umum terdapat dipasaran! Jawab : Rumput laut, Kerupuk cumi, Terasi udang, Agar-agar dan Kerupuk udang. 4. Jelaskan mengapa terdapat perbedaan harga untuk setiap gelas dari susu yang diamati? Jawab : Perbedaan harga disebabkan oleh metode pengolahan serta nilai gizi dan protein yang terkandung di dalam susu tersebut. Fungsi khusus susu tersebut juga akan membuat susu memiliki kelebihan tersendiri sehingga menambah cost pada biaya produksi. Kemudian bahan pengemas juga mempengaruhi harga dari setiap susu yang diproduksi.semakin mahal ongkos produksi susu, maka semakin mahal pula harga susunya. 5. Mengapa terdapat perbedaan sifat inderawi dari telur bebek, telur asin mentah, dan telur bebek matang. Jelaskan pengaruh dan proses apa yang menyebabkan perbedaan tersebut! Jawab: Disebabkan karena perlakuaannya masing-masing. Pada telur bebek asin karena pengaruh penggaraman sedangkan pada telur bebek matang karena pengaruh pemasakkan. Pada dasarnya sebelum perlakuan telur bebeksama yaitu kulitnya berwarna hijau kebiruan, putih telurnya bening dan kental sedangkan kuningnya berwarna kuning muda. Telur bebek mentah mengalami denaturasi keproses koagulasi, sehingga menjadi telur bebek matang (prosestermal). Telur asin mengalami proses difusi osmosis pada abu yang diberi garam sehingga rasanya asin. Laporkan produk-produk olahan dari ikan yang umum terdapat di pasaran.