ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

Analisis kemiripan komunitas artropoda predator hama padi penghuni permukaan tanah sawah rawa lebak dengan lahan pinggir di sekitarnya

Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida

STRUKTUR KOMUNITAS DAN POTENSI KUMBANG CARABIDAE DAN LABA- LABA PENGHUNI EKOSISTEM SAWAH DATARAN TINGGI SUMATERA SELATAN

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak

Keanekaragaman Komunitas Artropoda Predator Tanaman Padi yang Aplikasi Boinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Daerah Rawa Lebak Sumatera Selatan

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

KOMUNITAS LABA-LABA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

KOlONISASI DAN SUKSESILABA-LABA (Araneae) PADA PERTANAMAN PADI 1)

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI ARTHROPODA PREDATOR PADA EKOSISTEM TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK TENGAH

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang September 2014 ISBN :

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

KEANEKARAGAMAN LABA-LABA ( Arachnida ) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

SEMINAR TUGAS AKHIR DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan

Permasalahan OPT di Agroekosistem

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Serangga Hama dan Arthropoda Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Jenis laba-laba yang ada di Ruang Terbuka Hijau Babarsari berjumlah 11

DIVERSITY OF SPIDERS (Araneae) ON WETLAND ECOSYSTEM WITH SOME PLANTING PATTERN IN PADANG

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Arthropoda laba-laba pada persawahan tadah hujan di Kalimantan Selatan

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 :

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

IV. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

KLOROFIL X - 2 : , Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

Mengenal Tikus Sawah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN SPESIES LABA-LABA PREDATOR HAMA PADI RATUN DI SAWAH PASANG SURUT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. esculentum Mill.), serangga pollinator, tumbuhan T. procumbens L.

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR RETNO ANGGRAENI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH. Evi Masfiyah, Sri Karindah, Retno Dyah Puspitarini

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

Transkripsi:

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA Effendy TA 1, Siti Herlida 1, Chandra Irsan 1, dan Rosdah Thalib 1 1 Staf Pengajar Jurusan HPT Fakultas Pertanian Unsri. Jalan Raya Palembang Prabumulih, Km 32 Inderalaya, Ogan Ilir 30662. Hp. 081367737715. Email: tri_wani@yahoo.co.id Abstrak Di Sumatera Selatan luas lahan rawa lebak 1,4 juta ha, 12% dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yaitu sawah dan perkebunan dan sisanya belum dikelola. Lahan pinggir tersebut dapat berfungsi sebagai reservoar musuh alami artropoda predator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemiripan komunitas artropoda predator penghuni permukaan tanah sawah rawa lebak dengan lahan pinggir disekitarnya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kota Palembang Sumatera Selatan. Setiap lokasi diambil empat tipe ekosistem rawa lebak, yaitu pertanaman padi, semak-semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar di sekitar pertanaman padi. Pengambilan sampel artropoda predator penghuni tanah menggunakan perangkap sumuran dilakukan sebanyak lima kali yaitu 15 hari sebelum tanam, tanaman padi berumur 1, 2, dan 3 bulan, serta 15 hari setelah panen. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan relatif artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi 95,03% dan pada ekosistem lahan pinggir 95,12-97,21%. Keanekaragaman spesies artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi dengan ekosistem lahan pingir menunjukkan kemiripan yang tinggi yaitu tingkat kemiripan 0,73-0,84. Habitat lahan pinggir pertanaman padi dapat menjadi penampung artropoda predator dan sumber musuh alami pada musim tanam padi berikutnya. Kata Kunci: padi, rawa lebak, artropoda predator PENDAHULUAN Luas lahan lebak di Sumatera Selatan 1,4 juta ha, 12 % dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, yaitu sawah dan perkebunan (BPS 2007). Sisanya masih belum dikelola. Di ekosistem sawah rawa lebak Sumatera Selatan belum pernah dilaporkan terjadi peledakan populasi hama padi. Hal ini diduga budidaya tanaman padi di sawah rawa lebak Sumatera Selatan tidak mengaplikasikan pestisida. Tumbuhan liar pada lahan pinggir, seperti tumbuhan liar semusim berdaun lebar dan rumput-rumputan. Menurut Herlinda (2007) Tumbuhan liar atau semak-semak di lahan pinggir dapat berfungsi sebagai reservoar musuh alami terutama predator dan parasitoid. Di ekosistem persawahan, artropoda predator merupakan musuh alami yang paling berperan dalam menekan populasi hama pada tanaman padi. Menurut

2 Wiedenmann & Smith (1997); Wissinger (1997); Herlinda & Effendy (2003). Artropoda predator memiliki kemampuan untuk beradaptasi di ekosistem efemeral. Lahan pinggir di sekitar pertanaman padi dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan sumber musuh alami bagi pertanaman padi musim berikutnya. Dengan demikian, musuh alami pada ekosistem tersebut tetap eksis dan berperan dalam menekan populasi hama padi. Lahan pinggir bervegetasi liar menyediakan mangsa/inang bagi musuh alami, menyediakan sumber pakan (nektar, embun madu dan serbuk sari) bagi imago serangga predator atau parasitoid, sebagai tempat berlindung (refuges), dan sebagai jembatan musuh alami yang menghubungkan dua musim tanam padi (Herlinda 2007). Habitat musuh alami hama padi tidak hanya pertanaman padi tetapi juga habitat bukan pertanaman (uncrop habitats), seperti tumbuhan liar yang tumbuh di pinggir atau sekitar pertanaman padi. Dengan demikian, bila pertanaman padi tidak ada karena pemanenan atau kondisinya tidak sesuai bagi musuh alami oleh adanya aplikasi pestisida, maka vegetasi liar tersebut dapat sebagai penampung (sinks) musuh alami dari pertanaman. Pada musim berikutnya vegetasi itu dapat menjadi sumber (sources) musuh alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemiripan komunitas artropoda predator penghuni permukaan tanah sawah rawa lebak dengan lahan pinggir disekitarnya. Kemiripan yang tinggi menunjukkan lahan pinggir dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan jembatan musuh alami. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di sentra sawah rawa lebak Sumatera Selatan, yaitu di daerah Pemulutan (Kab. Ogan Ilir), Ipil (Kab. Musi Banyuasin), Karang Anyar (Kab. Musi Banyuasin), dan Gandus (Kota Palembang). Setiap lokasi tersebut diambil empat tipe ekosistem rawa lebak, yaitu 1) pertanaman padi, 2) semak-semak, 3) ilalang, dan 4) gulma berdaun lebar. Penelitian dilaksanakan bulan Mei 2009 sampai Januari 2010. Pengambilan sampelartropoda predator pada permukaan tanah dilakukan 15 hari sebelum penanam padi, saat padi berumur 1, 2, 3 bulan, dan 15 setelah panen. Model dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian survei yang datanya dikumpulkan dengan metode observasi (pengamatan). Sampling artropoda

3 predator dilakukan secara disengaja (purposive sampling) pada permukaan tanah rawa lebak yang merupakan habitat artropoda predator tersebut. Penentuan Lokasi Penelitian. Penentuan lokasi berdasarkan daerah yang mempunyai lahan rawa lebak minimal 100 ha. Lokasi penelitian dipilih 3 daerah tingkat II yaitu kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kota Palembang kemudian diambil desa yang mempunyai lahan sawah lebak terluas. Yaitu Desa Pemulutan, Ipil, Karang Anyar, dan Gandus. Pengambilan Contoh Atropoda Penghuni Permukaan Tanah. Pengambilan contoh artropoda predator penghuni permukaan tanah menggunakan perangkap sumuran sesuai metode Niemela et al. (1990). Perangkap sumuran yang terbuat dari gelas plastik bervolume 250 ml. Gelas ini diisi dengan larutan formalin 4% sebanyak 70 ml diletakkan di permukaan tanah di pematang sawah. Pada setiap lokasi dipasang empat perangkap sumuran (pitfall trap) yang posisinya masing-masing di sudut petakan. Perangkap dipasang mulai pukul 07.00 WIB selama 1 x 24 jam, lalu gelas diangkat dan ditutup dengan kantong plastik berlabel tanggal dan lokasi sampling, kemudian dibawa ke laboratorium. Pemasangan perangkap dimulai dua minggu sebelum dimulai penanam padi, saat padi berumur 1, 2, 3 bulan, dan dua minggu setelah panen. Artropoda yang tertangkap disortasi, disaring dengan kertas saring, dibilas dengan air steril, lalu dimasukkan dalam botol vial (diameter 10 mm, tinggi 50 mm) berisi alkohol 70%, untuk selanjutnya diidentifikasi di bawah mikroskop dan dihitung jumlah individunya di Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Identifikasi spesies serangga dan laba-laba didasarkan pada ciri morfologinya. Identifikasi serangga menggunakan acuan buku Barrion & Litsinger (1994). Identifikasi laba-laba menggunakan acuan buku Barrion & Litsinger (1995). Analisis Data. Untuk membandingkan kemiripan komunitas artropoda predator antar ekosistem yang berbeda akan digunakan Indeks Sorensen sesuai prosedur Ludwig dan Reynolds (1988) dan Analisis Korespondensi sesuai prosedur Siswadi & Suharjo (1997). Data komposisi spesies dan jumlah individu artropoda predator digunakan

4 untuk menganalisis kelimpahan dan keanekaragaman spesies artropoda predator. Ukuran keanekaragaman yang dipergunakan adalah nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon, indeks Dominasi Spesies Berger-Parker dan indeks kemerataan spesies dari Pielou sesuai prosedur Magurran (1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan Relatif Menurut Fungsi Ekologi. Hasil pengamatan menunjukkan artropoda predator di ekosistem padi, semak-semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar di Pemulutan, Gandus, Karang Anyar, dan Rantau Panjang lebih tinggi dibandingkan artropoda fungsional lainnya. Kelimpahan artropoda predator pada setiap lokasi pengamatan cukup tinggi dan hampir sama. Kelimpahan artropoda predator di pertanaman padi rata-rata 95,03% sedangkan kelimpahan artropoda predator pada ekosistem di lahan pinggir rata-rata 95,12-97,21%, sisanya sekitar 15% merupakan artropoda fungsional lainnya seperti serangga fitofag dan serangga pengurai (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pertanaman padi dan lahan pinggir disekitarnya mempunyai hubungan yang erat, berarti lahan disekitar pertanaman padi dapat merupakan jembatan artropoda predator antara pertaman musim berikutnya. Selain itu, lahan pinggir di sekitar pertanaman padi dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan sumber musuh alami bagi pertanaman padi musim berikutnya. Dengan demikian, musuh alami pada ekosistem tersebut tetap eksis dan berperan dalam menekan populasi hama padi. Keadaan tersebut dapat disebabkan perilaku petani dalam bercocok tanam tidak melakukan pengolahan tanah, pemupukan, dan pegunaan pestisida, kalau petani menggunakan pestisida sentetis akan menyebabkan artropoda predator menjadi rendah. Bulduck et al. (2005) melaporkan bahwa toksisitas insektisida dapat mengurangi aktivitas artropoda predator yang selanjutnya dapat mempengaruhi kelimpahan predator. Pestisisda bukan saja mempengaruhi aktifitas artropoda predator bahkan dapat membunuh artropoda berguna lainya. Kelimpahan artropoda predator pada permukaan tanah erat kaitannya dengan ekosistem pertanaman padi dan vegetasi yang tumbuh di lahan tersebut. Herlinda (2000) melaporkan bahwa kelimpahan artropoda predator yang tinggi ditemukan di pematang sawah irigasi dan tepian saluran irigasi serta semak-semak. Lahan pinggir tersebut dapat menyediakan mangsa/inang, sumber

5 pakan, tempat berlindung, penampung, dan menjadi sumber musuh alami musim berikutnya (Herlinda 2007; Herlinda at al. 2000). Kelimpahan artropoda predator pada tanaman padi dan lahan pinggir disekitarnya, menunjukkan bahwa artropoda predator tersebut telah beradaptasi dengan ekosistem tanaman. Habitat pinggir (edge habitat) yang terdiri dari, rerumputan dan semak-semak pada ekosistem sawah polikultur dapat mempengaruhi keberadaan laba-laba di ekosistem tersebut (Suana & Haryanto 2007). Vegetasi yang tumbuh di lahan pinggir dapat berfungsi sebagai penampung artropoda predator dan dapat menyediakan relung yang sesuai bagi kehidupannya. Dengan demikian mempertahankan vegetasi yang tumbuh di lahan pinggir berupa semak-semak, ilalang (rerumputan) dan gulma berdaun lebar dapat menguntungkan dalam pelestarian artropoda predator. Kelimpahan Relatif Menurut Spesies. Tingginya jumlah spesies artropoda predator yang ditemukan di permukaan tanah pada setiap ekositem relatif beragam walaupun perbedaannya sedikit. Jumlah spesies yang paling beragam ditemukan pada ekosistem pertanaman padi rata-rata berjumlah 20,75 spesies dan pada ekosistem lahan pinggir hanya 14,75-18,25 spesies (Tabel 3). Pada pertanaman padi merupakan tempat hidupnya mangsa yang cocok, karena tanaman padi dapat menyediakan makanan yang cukup bagi serangga fitofag dan ekosistem tanaman padi lebih luas dari ekosistem lainya hal ini akan menyebabkan kelimpahan artropoda predator juga tinggi, sedangkan pada gulma berdaun lebar bukan merupakan penyedia makanan yang baik bagi serangga fitofag dan hamparan juga lebih sempit. Kelimpahan spesies di wilayah Pemulutan, Gandus, Karang Anyar, Rantau Panjang, dan ekosistem tanaman padi, semak,semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar (Gambar 1a). Kelimpahan individu artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi rata-rata 205,5 individu dan Kelimpahan spesies artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem lahan pinggir 199,75-241,75 individu (Tabel 3). Kelimpahan individu juga dipengaruhi oleh kompleksitas struktur habitat, luas areal ekosistem, dan iklim mikro pada ekosistem tersebut. Kelimpahan individu di wilayah Pemulutan, Gandus, Karang Anyar, Rantau Panjang, dan ekosistem tanaman padi, semak,semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar (Gambar 1b). Tingginya jumlah individu disetiap ekosistem dipengaruhi oleh luasnya hamparan sehingga kesediaan makanan dan tempat

6 berlindung serangga fitofag semakin baik, hal ini akan mengakibatkan jumlah artropoda predator penghuni habitat tersebut juga semakin tinggi. Keanekaragaman spesies artropoda predator di suatu habitat dipengaruhi keanekaragaman spesies tumbuhan inang yang menjadi tempat hidup serangga fitofag sebagai mangsa artropoda predator. Struktur vegetasi tumbuhan yang kompleks (polikultur) dapat mendukung kelimpahan spesies artropoda predator daripada struktur vegetasi tumbuhan yang sederhana (Herlinda 2000). Semakin kompleks habitat maka kekayaan spesies artropoda akan semakin tinggi (Valverde & Lobo 2007). Menurut Marc at al. (1999) keberadaan artropoda predator disuatu habitat dipengruhi oleh keanekaragaman mangsa dan kompleksitas habitat. Vegetasi yang di pinggir persawahan tersebut menyediakan mangsa atau inang bagi musuh alami, sumber pakan, tempat berlindung, penampung, dan menjadi sumber musuh alami pada musim berikutnya. Jika tidak ada penanaman padi karena panen atau pertanaman padi diaplikasikan pestisida (Herlinda et al. 2000; Herlinda 2007). Karakteristk Komunitas Artropoda Predator. Jumlah spesimen dan jumlah spesies yang ditemukan dimasing-masing lokasi penelitian dan ekosistem sangat bervariasi. Jumlah spesimen yang ditemukan tidak terkait langsung dengan jumlah spesies yang ada di suatu habitat. Hasil pengamatan secara langsung menunjukkan bahwa ekosistem padi merupakan hamparan sawah lebak yang luas dibandigkan dengan lahan pinggir disekitarnya. Luasnya hamparan habitat penyebab melimpahnya jumlah spesies yang ditemukan. Indeks keanekaragaman spesies artropoda predator pada ekosistem tanaman padi lebih tinggi dibandingkan pada ekosisitem lainya yaitu mencapai 1,08 dan ekosistem lahan pinggir 0,98-1,04 (Tabel 2). Indeks keanekaragaman spesies artropoda predator pada ekosistem tanaman padi tinggi mengakibatkan indeks dominasi artropoda predator di tanaman padi menjadi rendah yaitu 0,22. Tingginya tingkat dominasi di suatu ekosistem berarti terjadi kerapatan yang tinggi pada spesies tertentu dibandingkan dengan spesies yang lain, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kemerataan spesies di suatu ekosistem. Tingginya tingkat dominasi dan rendahnya tingkat kemerataan spesies serangga juga dilaporkan oleh Waluyo (2008). Perbedaan keanekaragaman artropoda predator di tipe ekosistem tersebut ada kaitannya dengan perbedaan kompleksitas struktur habitat.

7 Week & Holitzer (2000) melaporkan bahwa Ekosistem sawah yang kompleks menyediakan beragam tipe habitat sehingga semakin banyak spesies laba-laba dapat berkoeksistensi di dalamnya. Herlinda (2007) melaporkan bahwa vegetasi tumbuhan yang beranekaragam cenderung memiliki spesies fauna yang beranekaragam pula. Indeks Berger Parker artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi rata-rata 0,22 dan Indeks Berger Parker artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem lahan pinggir 0,27-0,37. Indeks Pielou artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi rata-rata 0,36 dan Indeks Pielou artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem lahan pinggir 0,35-0,37. Adanya habitat di lahan pinggir dapat bermanfaat untuk konservasi musuh alami, sehingga tidak terjadi peledakan hama di tanaman padi. Kemiripan Komunitas Artropoda Predator di Lahan Pinggir dengan Pertanaman Padi. Dari analisis kemiripan artropoda predator pada tanaman padi dengan ekosistem semak-semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar menunjukkan kemiripan yang tinggi. Tanaman padi dengan ilalang mirip dengan Indek Sorensen 0,73%, dengan semaksemak dan gulma berdaun lebar sangat mirip dengan Indek Sorensen rata-rata 0,79%- 0,84% (Tabel 3). Dengan demikian lahan pinggir menyediakan habitat yang sesuai bagi kehidupan artropoda predator hama padi. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jembatan musuh alami sebelum dan sesudah musim tanam. Hal yang sama dilaporkan oleh Suana & Haryanto (2007) bahwa vegetasi tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya sebagai habitat sementara apabila tanaman budidaya tidak tersedia di sawah, lalu melakukan rekolonisasi apabila habitat utamanya telah ada. Sesuai dengan pendapat French et al. (2001), bahwa habitat alami dapat menyediakan musuh alami yang melimpah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hama tanaman. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 432/H9/PL/2009. Tanggal 06 April 2009. a.n Effendy TA. dan juga kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

8 KESIMPULAN Kelimpahan relatif artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi 95,03% dan kelimpahan relatif artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem lahan pinggir 95,12-97,21%. Kemiripan Komunitas (Indeks Sorensen) artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem padi menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi dengan artropoda predator di permukaan tanah pada ekosistem lahan pinggir dengan tingkat kemiripan 0,73-0,84. Habitat lahan pinggir pertanaman padi dapat menjadi penampung artropoda predator dan dapat menjadi sumber musuh alami pada musim tanam padi berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Barrion AT, Litsinger JA. 1994. Taxonomy of Rice Insect Pests and Their Arthropod Parasites and Predators, p. 13-36. In E.A. Heinrichs (ed.). Biology and Management of Rice Insects. Wiley Eastern Limited. New Delhi. Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Philippines. 716 p. Biro Pusat Statistika (BPS). 2007. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Sumatera Selatan. Palembang: Biro Pusat Statistika. Bulduc E, Buddle CM, Bostanian NJ, Vincent C. 2005. Ground-Dwelling Spider Fauna (Araneae) of Two Vineyard in Southern Quebec. Environ. Entomol. 34:635-645. French BW, Elliot NC, Berbert RC, Burd JD. 2001. Effect of Riparian and Grassland Habitats on Ground Beetle (Coleoptera: Carabidae) Assemblages in Adjacent Wheat Fields. Environ. Entomol. 2: 225-121. Herlinda S. 2007. Struktur komunitas dan potensi kumbang predator (Carabidae dan laba-laba) penghuni ekosistem sawah dataran tinggi Sumatera Selatan. Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional Konservasi Serangga 2007, Konservasi Serangga pada Bentang Alam Tropis: Peluang dan Tantangan, Bogor, 27-30 Januari 2007. Herlinda S, Effendy TA. 2003. Jenis Artropoda predator penghuni tajuk dan permukaan tanah di ekosistem tanaman padi, M23.1-7. Prosiding Seminar Lokakarya Nasional Ketahanan Pangan dalam Era Otonomi Daerah dan Globalisasi, Palembang 2-4 Maret 2003. Kromp B, Steinberger KH. 1992. Grassy field margins and arthropod diversity: a case study on ground beetles and spiders in Eastern Austria (Coleoptera: Carabidae; Arachnidae: Aranei, Opiliones). Agric. Ecosyst. Environ. 40:71-93. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John Wiley & Sons. New York. 337p. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey. 179 p.

9 Marc P, Canard A, Ynes F. 1999. Spiders (Araneae) Useful for Pest Limitation and Bioindication. Agricultur. Ecosystems and Environment. 74:229-273. Niemela JN, Halme E, Haila Y. 1990. Balancing sampling effort in pitfall trapping of carabid beetles. Entomol. Fennica. 1:233-238. Settle WH., Ariawan H, Astuti ET, Cahyana W, Hakim AL, Hindayana D, Lestari AS, Pajarningsih. 1996. Managing tropical rice pest through conservation of generalist natural enemies and alternative prey. Ecology. 77:1975-1988. Siswadi, Suharjo B. 1997. Analisis Eksplorasi Data Peubah Ganda. Jurusan Matematika, FMIPA, IPB dan HEDS Project Dikti Depdikbud. 77h. Smith JW, Wiedenmann RN, Gilstrap FE. 1997. Challenges and opportunities for biological control in ephemeral crop habitat: An overview. Biol. Contr. 10:2-3. Suryana T, Widiarta IN, Kasdiaman D. 1999. Konservasi musuh alami hama padi setelah panen musim kemarau (bera) untuk meningkatkan fungsinya pada musim tanam padi berikutnya. Makalah Seminar Temu Teknologi Hasil Penelitian Pendukung PHT, Cisarua 27-30 Juni 1999. 15h. Suana IW, Haryanto H. 2007. Keanekaragaman Laba-Laba Pada Ekosistem Sawah Monokultur Dan Polikultur Di Pulau Lombok. Program Studi Biologidan Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Mataram. Mataram. Thalib R, Effendy TA, Herlinda S. 2002. Struktur komunitas dan potensi artropoda predator hama padi penghuni ekosistem sawah dataran tinggi di daerah Lahat, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya dan Peringatan Hari Pangan Sedunia, Palembang 7-8 Oktober 2002. Valverde AJ, Lobo JM. 2007. Determinants of Local Spider (Araneidae and Thomisiidae) Species Richnes on a Regional Scale; Climate and Altitude vs Habitat Structure. Ecol. Entomol. 32:113-122. Waluyo. 2008. Keanekaragaman Spesies Dan Kelimpahan Artropoda pada Sawah yang di Aplikasi dan tanpa Aplikasi Insektisida[Tesis]. Palembang: Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Weeks RD, Holitzer TO. 2000. Habitat and Season in Structuring Ground-Dwelling Spider (Araneae) Communities in a Shortgrass Steppe Ecosytem. Environ. Entomol. 6:1164-1172. Wiedenmann RN, Smith JW. 1997. Attributes of natural enemies in ephemeral crop habitat. Biol. Contr. 10:16-22. Wissinger SA. 1997. Cyclic colonization in predictably ephemeral habitat: A template for biological control in annual crop systems. Biol. Contr. 10:4-15

10 30 400 350 Jumlah Spesie 25 20 15 10 Padi Semak-Semak Ilalang G Daun L Jumlah Individ 300 250 200 150 100 Padi Semak-semak Ilalang G daun L 5 50 0 Pemulutan Gandus Karang Anyar Rantau Panjang 0 Pemulutan Gandus Karang Anyar Rantau Panjang Desa Desa (a) (b) Gambar 1. Kelimpahan spesies artropoda predator penghuni permukaan tanah (a), Kelimpahan individu artropoda predator penghuni permukaan tanah (b)

11 Tabel 1. Kelimpahan relatif (%) artropoda penghuni permukaan tanah di tanaman padi, semak, ilalang, dan gulma berdaun lebar di Pemulutan, Gandus, Karang Anyar, dan Rantau Panjang. Wilayah Kaum Kelimpahan Relatif (%) Padi Semak Ilalang Gulma Berdaun Lebar Pemulutan n=291 n=309 n=318 n=214 Predator 93,47 97,74 98,11 97,66 Fitofag 4,12 1,94 1,89 2,34 Lain-lain 2,41 0,32 0,00 0,00 Gandus n=311 n=380 n=173 n=132 Predator 95,82 97,63 92,49 97,78 Fitofag 1,93 2,37 4,05 2,22 Lain-lain 2,25 0,00 3,47 0,00 K. Anyar n=124 n=173 n=288 n=255 Predator 96,77 90,23 95,83 98,04 Fitofag 2,42 6,32 4,17 1,57 Lain-lain 0,81 3,45 0,00 0,39 R. Panjang n=168 n=143 n=134 n=172 Predator 94,05 96,50 94,03 95,35 Fitofag 4,76 3,50 5,97 4,65 Lain-lain 1,19 0,00 0,00 0,00 Total n=894 n=1005 n=913 n=743 Predator 380,11 382,10 380,46 388,83 Fitofag 13,23 14,13 16,08 2,73 Lain-lain 6,66 3,77 3,47 10,78 Rerata n=223,5 n=251,25 n=228,25 n=185,75 Predator 95,03 95,51 95,12 97,21 Fitofag 3,31 3,53 4,02 0,69 Lain-lain 1,67 0,94 0,87 2,69

Tabel 2. Karakteristik komunitas artropoda predator penghuni permukaan tanah di tanaman padi, semak, ilalang dan gulma berdaun lebar. Karatteristik komunitas Padi Semak Ilalang Daun Lebar Pemulutan: Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 272,00 302,00 312,00 209,00 Jumlah spesies 28,00 20,00 26,00 17,00 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 1,22 1,17 1,18 1,10 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,16 0,12 0,13 0,15 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 0,37 0,39 0,36 0,39 Gandus: Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 272,00 370,00 159,00 176,00 Jumlah spesies 20,00 17,00 17,00 14,00 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 1,04 0,99 0,92 0,99 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,27 0,34 0,38 0,26 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 0,35 0,35 0,33 0,38 Karang Anyar: Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 120,00 157,00 277,00 250,00 Jumlah spesies 18,00 18,00 16,00 15,00 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 1,06 0,96 0,90 0,90 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,22 0,30 0,40 0,37 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 0,37 0,37 0,32 0,33 Rantau Panjang Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 158,00 138,00 146,00 164,00 Jumlah spesies 17,00 16,00 14,00 13,00 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 1,00 1,04 1,00 0,93 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,22 0,30 0,40 0,37 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 0,35 0,37 0,38 0,36 Total Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 822,00 967,00 894,00 799,00 Jumlah spesies 85,00 71,00 73,00 59,00 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 4,32 4,16 4,00 3,92 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,87 1,06 1,31 1,15 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 1,44 1,48 1,39 1,46 Rerata Jumlah spesimen/kelimpahan (ekor) 205,5 241,75 223,5 199,75 Jumlah spesies 20,75 17,75 18,25 14,75 Indeks keanekaragaman spesies (Indeks Shannon) 1,08 1,04 1,00 0,98 Indeks dominasi spesies (Indeks Berger Parker) 0,22 0,27 0,33 0,29 Indeks kemerataan spesies (Indeks Pielou) 0,36 0,37 0,35 0,37 12

13 Tabel 3. Matriks kemiripan (Indeks Sorensen) komunitas artropoda predator penghuni permukaan tanah di Pemulutan, Gandus, Karang Anyar, dan Rantau Panjang Wilayah Pemulutan Gandus K. Anyar R. Panjang Total Rerata Habitat Padi 1,00 Ilalang 0,70 1,00 Kemiripan Komunitas Predator Padi Ilalang Semak G berdaun L Semak 0,67 0,74 1,00 G berdaun L 0,84 0,65 0,76 1,00 Padi 1,00 Ilalang 0,71 1,00 Semak 0,82 0,67 1,00 G berdaun L 0,69 0,73 0,80 1,00 Padi 1,00 Ilalang 0,69 1,00 Semak 0,82 0,90 1,00 G berdaun L 0,68 0,84 0,97 1,00 Padi 1,00 Ilalang 0,80 1,00 Semak 0,86 0,86 1,00 G berdaun L 0,83 0,88 0,81 1,00 Padi 1,00 Ilalang 2,90 1,00 Semak 3,17 3,17 1,00 G berdaun L 3,04 3,10 3,34 1,00 Padi 1,00 Ilalang 0,73 1,00 Semak 0,79 0,79 1,00 G berdaun L 0,76 0,78 0,84 1,00 Keterangan: Sangat mirip = 75%-100%, mirip = 50%-75%, Kurang mirip = 25%-50%, tidak mirip = 0-25%