IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Abstrak. Teknik Mengangkat Beban Berat dengan Keluhan Nyeri Otot Leher pada Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

Transkripsi:

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK Murni Nasrun 1 1 Masyarakat Desa Tanah Merah Email: - Abstrak Kawasan Minapolitan Kuala Enok pada sektor peri tangkap ditetapkan melaui Peraturan Menteri Kelautan dan Peri Republik Indonesia nomor 35/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan menandakan potensi peri didaerah ini sangat besar. Aktivitas pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) di Pelabuhan Merah Jalan Melati di Kawasan Minapolitan Kuala Enok hingga saat ini masih mengandalkan tenaga manusia dimana tenaga manusia dianggap lebih murah dan fleksibel. Pada aktivitas ini ditemukan potensi yang dapat menimbulkan Musculoskletal Disorders (MSDs) pada (1) Sakit di bahu kiri; (2) Sakit di bahu ; (3) Sakit pada lengan atas ; (4) Sakit pada pinggang; (5) Sakit pada siku ; (6) Sakit pada lengan bawah kiri; (7) Sakit pada lengan bawah ; (8) Sakit pada pergelangan tangan kiri; (9) Sakit pada pergelangan tangan ; (10) Sakit pada tangan kiri; (11) Sakit pada tangan. Potensi MSDs ini disebabkan oleh 11 (sebelas) bagian tubuh ini bersentuhan lansung dengan aktivitas tersebut. Penyebab primer Musculoskletal Disorders (MSDs) adalah sikap kerja tidak alamiah dan penegangan otot yang berlebihan yang bermula dari desain sistem kerja yang dirancang tidak sesuai dengan keterbatasan pekerja dan berat coolbox yang dapat mencapai 100 kg. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk mengkaji Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada aktivitas pengemasan hasil laut seperti ikan, udang, kerang maupun rumput laut, perancangan alat bantu dan metode kerja serta perancangan system kerja yang mempertimbangkan keterbatasan manusia. Kata kunci: Minapolitan, Pekerja, Musculoskletal Disorders 1. PENDAHULUAN Kawasan Minapolitan Kuala Enok pada sektor peri tangkap ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Peri Republik Indonesia nomor 35/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Kawasan ini memiliki potensi peri tangkap terbesar di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu dengan nilai Location Quotient (LQ) sebesar 1,07 dimana sektor peri menjadi salah satu penggerak utama perekonomian selain sektor perkebunan dan industri [1]. Aktivitas sektor peri kawasan minapolitan kuala enok meliputi: 1. Aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan; 2. Aktivitas perdagangan hasil tangkapan; 3. Aktivitas pendukung seperti Galangan Kapal, Solar Packard Dealer untuk Nelayan, perdanganan alat tangkap dan pabrik es. 4. Aktivitas pengolahan hasil laut seperti pembuatan ikan asin, kerupuk dan terasi. Keseluruhan aktivitas peri di atas mengandalkan tenaga manusia sebagai penggerak utama. Kondisi ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan permasalahan khususnya Musculoskletal Disorders (MSDs) terhadap pekerja di kawasan minapolitan Kuala Enok. Sampai saat ini belum ada data yang tercatat dengan lengkap khususnya mengenai gangguan MSDs yang dialami oleh pekerja dikawasan minapolitan Kuala Enok sebagai dampak dari pekerjaannya. Disamping itu, belum diketahui juga tingkat risiko pekerjaan yang dialami oleh pekerja [2]. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengidentifikasi potensi terjadinya keluhan MSDs pada pekerja dikawasan Minapolitan. Aktivitas yang diamati adalah pekerjaan pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) yang ada di Pelabuhan Merah. Pada umumnya pekerja melakukan aktivitas sebebagai berikut: Identifikasi Musculoskletal Disorders...(Murni) 17

1. Sortasi; 2. Mengangkut Ikan Lomek (Harpodon Neherous) dari kapal ke gudang; 3. Menimbang Ikan Lomek (Harpodon Neherous); 4. Memecah es; 5. Memasukkan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) dan es ke dalam coolbox; 6. Menutup coolbox menggunakan lakban; 7. Mengangkut coolbox berisi Ikan Lomek (Harpodon Neherous) ke pelabuhan. 8. Mengangkat coolbox yang telah berisi Ikan Lomek (Harpodon Neherous) ke dalam kapal. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Sistem Musculoskletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya dapat diatur (voluter). Kerja otot statis terjadi pada aktivitas mengangkat, menyangga, mendorong, menarik dan menurunkan beban (otot lengan, bahu, pinggang dan punggung), sedangkan kerja otot dinamis terjadi pada aktivitas mengangkut, mendorong, dan menarik seperti; otot-otot bagian bawah. Sikap paksa sewaktu bekerja dan berlangsung lama dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek negatif pada kesehatan [3]. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua [4] antara lain: 1. Keluhan sementara (reversible) Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent) Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskletal [5], yaitu: 1. Penegangan Otot yang berlebihan Penegangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 2. Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terusmenerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan lain-lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima te akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko 18 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 1, April 2017

terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4. Faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu: a. Te Terjadinya te langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima te langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. c. Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot, demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot, akibatnya peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. 5. Penyebab kombinasi. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal. 2.2. Batasan Beban yang Boleh Diangkat Mengurangi cedera otot bagian belakang seperti; pinggang dan punggung pada aktivitas angkat dan angkut maka harus dipertimbangkan kriteria angkat baik secara fisiologik maupun psikofisik. Batasan angkat didasarkan pada perhitungan risiko cedera pada discus lumbar-5 dan sacral-1 (L5/S1), maka batas angkat maksimum yang direkomendasikan adalah sebesar 3,4 Kn sebagai gaya tekan pada discus tersebut. Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat discus yang berfungsi sebagai peredam bila ada gesekan atau benturan.cedera atau nyeri sering terjadi pada discus (intervertebrae disc) yang berada di antara discus ke-4 dan ke-5 (L4/L5) atau terletak di antara lumbar ke-5 dan sacrum ke-1(l5/s1).ilustrasi dari discus L4/L5 dan L5/S1 dapat dicermati pada Gambar 1. Batasan angkat secara fisiologik dilakukan dengan cara mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang-ulang (repetitive lifting), dapat ditentukan dari jumlah kebutuhan oksigen. Gambar 1. Lokasi Vertebral Lumbalis Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1). Kelainan Herniasi Akibat Mengangkat Terdapat pada L5/S1. Sumber: Bridger (1995) Kelelahan kerja yang terjadi akibat aktivitas angkat yang berulang-ulang akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang. Selanjutnya Identifikasi Musculoskletal Disorders...(Murni) 19

batasan angkat secara psikofisik pada penilaian subjektif pekerja mempertimbangkan sejauh mana individu merasa mampu mengangkat beban maksimum [6]. Secara umum beban angkat perseorangan yang direkomendasikan oleh International Labor Organisation (ILO) untuk pria dan wanita dicermati pada Tabel 1. Tabel 1. Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan Wanita yang direkomendasi Umur (tahun) Maksimum untuk Lakilaki (Kg) Maksimum untuk Wanita (Kg) 14 16 15 10 16 18 19 12 18 20 23 14 20 35 25 15 35 50 21 13 > 50 16 10 Sumber: Pheasant (1991) [7] Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengangkat dan mengangkut, beban yang diangkat dan diangkut, ketinggian landasan mengangkat dan jarak angkut berpengaruh terhadap beban kerja, kelelahan dan produktivitas kerja. Faktor tugas pekerjaan, lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi performansi kerja. 3. METODE 3.1. Langkah Penelitian 1. Penentuan sampel sesuai kriteria inklusi; 2. Membiarkan pekerja beraktivitas seperti biasa; 3. Mengobservasi keluhan-keluhan Musculoskletal pekerja dengan cara wawancara sesuai Kuesioner Nordic Body Map; 4. Menganalisa hasil jawaban pekerja; 5. Memberikan data dan informasi keluhan Musculoskletal untuk dijadikan dasar perbaikan sistem kerja dan penelitian selanjutnya. 3.2. Tempat Lokasi penelitian di sentra pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous) yang berada di Pelabuhan Merah Jalan Melati Desa Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Riau. 3.3. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh subjek penelitian yakni semua pekerja sentra pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous) yang berada di Pelabuhan Merah Jalan Melati Desa Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Sampel adalah sebagian dari populasi yang di teliti tetapi sampel penelitian yang dilakukan merupakan sampel jenuh dengan jumlah 12 orang, maka semua pekerja sentra pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous) yang berada di Pelabuhan Merah Jalan Melati Desa Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Riau dijadikan sampel penelitian yang memenuhi kreteria inklusi sebagai berikut: 1. Usia berada antara 17 35 tahun; 2. Dalam kondisi sehat (tidak mengalami cacat fisik dan mental); 3. Jenis Kelamin Laki laki. 4. Sudah bekerja sebagai pekerja pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) minimal 1 (satu) tahun; 5. Bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai. 3.4. Nordic Body Map Kelelahan otot merupakan fenomena fisiologi dapat diukur secara langsung dengan Electromyography (EMG) untuk mendeteksi penyebab terjadinya kelelahan, sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung berupa penilaian subjektif pada pekerja dengan menanyai dan menunjukan diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi kelelahan atau gangguan muskuloskeletal disebut Nordic Body Map. Kuesioner Nordic Body Map dipilih sebagai alat ukur untuk menilai kelelahan otot berupa gangguan muskuloskeletal dengan alasan digunakan metode ini karena mudah, murah dan cukup reliabel. Penerapan di lapangan dilakukan penjelasan sederhana kepada pekerja. Interpretasi hasil jawaban responden untuk ratarata skor 1 tidak saikit; rata-rata skor 1,1 2 digolongkan agak sakit, rata-rata skor 2,1 3 digolongkan sakit dan ratarata skor 3,1 4 digolongkan sangat sakit. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Sampel Total pekerja pada Sentra Pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous) di Pelabuhan Merah Jalan 20 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 1, April 2017

Melati Desa Tanah merah Kabupaten Indragiri Hilir Riau adalah 19 orang dimana 7 diantaranya tidak termasuk dalam kriteria dan 12 orang pekerja termasuk dalam kriteria inklusi. Sampel semuanya berjenis kelamin laki-laki dan tidak dalam keadaan sakit. Rata-rata usia sampel adalah 19±2,4 tahun dan telah bekerja di sentra pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous) selama 2± 0,3 tahun. 4.2. Keluhan Subjektif Berdasarkan jawaban kuisioner 12 orang sampel yang berada di sentra pembelian Ikan Lomek (Harpodon Neherous), keluhan-keluhan subjektif dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Keluhan Subjektif N Keluhan Subjektif Rerata o 1 Sakit/Kaku di leher bagian atas 1,8 2 Sakit/Kaku di leher bagian 1,6 bawah 3 Sakit di bahu kiri 3,1 4 Sakit di bahu 3,9 5 Sakit pada lengan atas kiri 2,7 6 Sakit di punggung 1,1 7 Sakit pada lengan atas 3,8 8 Sakit pada pinggang 3,7 9 Sakit pada bawah pinggang 1,5 10 Sakit pada bokong 1,9 11 Sakit pada siku kiri 2,8 12 Sakit pada siku 3,8 13 Sakit pada lengan bawah kiri 3,2 14 Sakit pada lengan bawah 3,5 15 Sakit pada pergelangan tangan 3,9 kiri 16 Sakit pada pergelangan tangan 3,5 17 Sakit pada tangan kiri 3,8 18 Sakit pada tangan 3,8 19 Sakit pada paha kiri 2,9 20 Sakit pada paha 2,7 21 Sakit pada lutut kiri 3,0 22 Sakit pada lutut 2,9 23 Sakit pada betis kiri 3,0 24 Sakit pada betis 3,0 25 Sakit pada pergelangan kaki kiri 2,9 26 Sakit pada pergelangan kaki 3,0 27 Sakit pada telapak kaki kiri 2,8 28 Sakit pada telapak kaki 2,7 Tingkatan rasa sakit berupa MSDs pada penelitian ini digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu tidak sakit, agak sakit, dan sakit. Bagian tubuh yang merasakan sakit yaitu bagian tubuh yang terlibat lansung dalam aktivitas pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) yaitu: 1. Sakit di bahu kiri 2. Sakit di bahu 3. Sakit pada lengan atas 4. Sakit pada pinggang 5. Sakit pada siku 6. Sakit pada lengan bawah kiri 7. Sakit pada lengan bawah 8. Sakit pada pergelangan tangan kiri 9. Sakit pada pergelangan tangan 10. Sakit pada tangan kiri 11. Sakit pada tangan Sementara keluhan subjektif yang merasakan agak sakit bagian tubuh yang menopang tubuh pada saat bekerja dan mengangkat beban yaitu: 1. Sakit pada lengan atas kiri 2. Sakit pada siku kiri 3. Sakit pada paha kiri 4. Sakit pada paha 5. Sakit pada lutut kiri 6. Sakit pada lutut 7. Sakit pada betis kiri 8. Sakit pada betis 9. Sakit pada pergelangan kaki kiri 10. Sakit pada pergelangan kaki 11. Sakit pada telapak kaki kiri 12. Sakit pada telapak kaki Sedangkan yang tergolong dalam kategori tidak sakit adalah bagian tubuh yang tidak terlibat lansung saat bekerja yaitu: 1. Sakit/Kaku di leher bagian atas 2. Sakit/Kaku di leher bagian bawah 3. Sakit di punggung 4. Sakit pada bawah pinggang 5. Sakit pada bokong Identifikasi Musculoskletal Disorders...(Murni) 21

Keseluruhan aktivitas pada pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) dalam penelitian ini dikategorikan tidak ergonomis sebab mengabaikan konsep fitting the task to the man, pada pengamatan ditemukan pekerja sering terjadi punggung terlalu membungkuk, jongkok, kepala terangkat dan kaki menjinjit, hal ini merupakan posisi kerja tidak alamiah karenasemakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Selait itu kisaran berat rata-rata coolbox antara 80 100 kg membuat pekerja mengerahkan tenaga besar ketika mengangkatnya. Aktivitas memecah es adalah gerakan berulang, biasanya lebih dari 1 gerakan per 4 detik. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot dimana nilai Maximum Acceptable Weight of Lift (MAWL) pekerja laki-laki Indonesia pada segmen bahu-jangkau 2 kali permenit adalah 12,3±0,68 kg; 4 kali permenit adalah 11,49±0,59 kg; serta 8 kali permenit adalah 10,41±0,68 kg [8]. Apabila aktivitas pekerja pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) pada kasus ini dikomparasikan dengan standar MAWL pekerja Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut sangat jauh dari standar ergonomi sehingga tidak heran jika sering terjadi Musculoskletal Disorders (MSDs) pada aktivitas tersebut. 5. KESIMPULAN Aktivitas pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) di Pelabuhan Merah Jalan Melati di Kawasan Minapolitan Kuala Enok hingga saat ini masih mengandalkan tenaga manusia dimana tenaga manusia dianggap lebih murah dan fleksibel. Gerakan berulang lebih dari 1 gerakan setiap 4 (empat) detik serta berat coolbox yang mencapai 100 Kg membuat aktivitas ini semakin tidak ergonomis. Pada aktivitas ini ditemukan potensi yang dapat menimbulkan Musculoskletal Disorders (MSDs) pada (1) Sakit di bahu kiri; (2) Sakit di bahu ; (3) Sakit pada lengan atas ; (4) Sakit pada pinggang; (5) Sakit pada siku ; (6) Sakit pada lengan bawah kiri; (7) Sakit pada lengan bawah ; (8) Sakit pada pergelangan tangan kiri; (9) Sakit pada pergelangan tangan ; (10) Sakit pada tangan kiri; (11) Sakit pada tangan. Potensi MSDs ini disebabkan oleh 11 (sebelas) bagian tubuh ini bersentuhan lansung dengan aktivitas tersebut. Penyebab primer Musculoskletal Disorders (MSDs) adalah sikap kerja tidak alamiah dan penegangan otot yang berlebihan yang bermula dari desain sistem kerja yang dirancang tidak sesuai dengan keterbatasan pekerja dan berat coolbox yang dapat mencapai 100 kg. Setelah diketahui potensi-potensi Musculoskletal Disorders direkomendasikan penelitian selanjutnya untuk mengkaji Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada aktivitas pengemasan hasil laut baik berupa ikan, udang, kerang, maupun rumput laut, perancangan alat bantu dan metode kerja serta perancangan system kerja yang mempertimbangkan keterbatasan manusia. DAFTAR PUSTAKA [1] BPS Inhil, 2016. Data Sektoral Kecamatan Tanah Merah [2] R.Z. Surya, Pemetaan Potensi Musculoskletal Disorders (MSDs) Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH) Kelapa Sawit, Journal Of Industrial Engineering and Management System, Vol.10, No.1, 2017 [3] G. Santoso, Ergonomi Manusia, Lingkungan dan Peralatan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2004 [4] Tarwaka., Bakri, S.H.A. dan Sudiajeng, L. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS, 2004 [5] V. Peter, Musculoskletal Disorders (MSDs), (citid2013 june 12). Available from: http://www.csao.org/uploadfile s/magazine/vol.11no3/muscolo.html, 2000 [6] R.S. Bridger, Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill. Inc, 1995 22 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 1, April 2017

[7] Pheasant, Ergonomic Work and Health. Aspen Publisher, 1991 [8] D. Santoso, Kapasitas angkat beban untuk pekerja Indonesia Jurnal Teknik Industri Vol.8; No.2, 2006. Identifikasi Musculoskletal Disorders...(Murni) 23

Lampiran Foto Aktivitas Pengemasan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan: 1) Sortasi; 2) Mengangkut Ikan Lomek (Harpodon Neherous) dari kapal ke gudang; 3) Menimbang Ikan Lomek (Harpodon Neherous); 4) Memecah es; 5) Memasukkan Ikan Lomek (Harpodon Neherous) dan es ke dalam coolbox; 6) Menutup coolbox menggunakan lakban; 7) Mengangkut coolbox berisi Ikan Lomek (Harpodon Neherous)ke pelabuhan. 8) Mengangkat coolbox yang telah berisi Ikan Lomek (Harpodon Neherous) ke dalam kapal. 24 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 1, April 2017