Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Artikel Pendidikan 23

METODE PERHITUNGAN CADANGAN TE-3231

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Tambang Terbuka (013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PERENCANAAN TAMBANG (MINE PLANNING)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MATERI PERKULIAHAN PEMODELAN DAN EVALUASI CADANGAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

KONSEP PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KONSERVASI BAHAN GALIAN

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB III LANDASAN TEORI

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1)

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

TERHADAP RANCANGAN PUSH BACK

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

Perencanaan Sequence Penambangan Batubara pada Seam 16 Phase 2 di PT. KTC Coal Mining & Energy, Kec. Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD

STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

TA5212 Eksplorasi Cebakan Mineral. Pengenalan Eksplorasi Geokimia

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENETAPAN DAN PENGAWASAN SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN. Oleh : Tim Penyusun

Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

ESTIMASI CADANGAN BATUBARA DENGAN SOFTWARE TAMBANG PADA PIT DE DISITE BEBATU PT. PIPIT MUTIARA JAYA KABUPATEN TANA TIDUNG, KALIMANTAN UTARA

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

Oleh. Narendra Saputra 2) Dr.Ir.Eddy Winarno, S.Si., MT, Ir. R. Hariyanto, MT 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta 2)

Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Surya Dharma 2 ABSTRAK

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BAB III LANDASAN TEORI

METODE TAMBANG BAWAH TANAH : SHRINKAGE STOPING. Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

SISTEM TAMBANG TERBUKA

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah.

DESAIN PIT PENAMBANGAN BATUBARA BLOK C PADA PT. INTIBUANA INDAH SELARAS KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Transkripsi:

Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar

Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound = 1.000 gram 1 t oz = 31,103 gram 1 lb = 1 pound 1 LT = 2.240 pound 1 ST = 2.000 pound 1 MT = 0,9842 LT = 1,1023 ST = 1.000 kg = 2.205 pound 1 ppm = 1 gram/ton 24 karat = 100% Au

Pengertian Bijih Mineral berharga yang dicari dan kemudian diekstrak dalam kegiatan pertambangan dengan harapan (meskipun tidak selalu tercapai) mendapatkan keuntungan untuk penambang maupun untuk komunitas masyarakat (Taylor, 1986). Mineral yang mengandung satu logam berharga atau lebih yang dapat diolah dan diambil logamnya secara menguntungkan sesuai dengan kondisi teknologi dan ekonomi pada waktu itu (Kamus Pertambangan Umum, PPTM, 1997)

Dilusi Dilusi adalah hasil pencampuran dari material bukan bijih (waste) ke dalam material bijih dalam rangkaian kegiatan pertambangan yang akan menaikkan tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Tidak hanya terjadi pada tahap eksplorasi saja melainkan terjadi hingga proses pengolahan mineral. Dilusi internal adalah apabila material kadar rendah terletak di dalam material kadar tinggi. Dilusi internal geometri material kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (intrusi barren dike) Dilusi internal inheren material kadar rendah tidak mempunyai batas yang jelas dengan kadar tinggi (terjadi karena resolusi blok yang rendah

Dilusi Dilusi eksternal adalah apabila material kadar rendah terpisah dengan material kadar tinggi. Runtuhan dinding, kesulitas memisahkan secara tepat bijih waste atau roof/floor BB, stope dimana tebal bijih < lebar bukaan tambang. Akan tidak berarti dalam tubuh endapan yang besar

Densitas Ruah (Bulk Density = BD) Densitas didefinisikan sebagai massa per unit volume (misalnya pounds per cubic feet atau grams per cubic centimeter). Salah satu karakteristik fisik batuan dan bijih yang dipergunakan untuk konversi ukuran dari volume menjadi tonase. Densitas efektif solid / non-porous Densitas relatif (specific gravity) unitless berat material ekivalen dengan berat air dengan volume sama Densitas ruah (bulk density) densitas yang memperhatikan porositas (non solid). Mineralogi SG Pertambangan (bijih & waste) BD

Pengaruh Mineralogi terhadap BD Bagian tengah sulfida masif 10% (vol) sfalerit (sg = 4,0), 45% (vol) pirhotit (sg = 4,6), dan 45% (vol) pirit (sg = 5,1). Anggap non porous sehingga BD = 4,77 gr/cc. Bagian pinggir sulfida masif 60% (vol) argilit (sg = 2,7), 30% (vol) pirit, 4% (vol) sfalerit, dan 6% (vol) galena (sg = 7,6). Anggap non porous sehingga BD = 3,77 gr/cc. Diambil rata-rata 4,27 gr/cc untuk hit-cad error = (0,5/4,27) x 100 = 11,7% yaitu underestimasi untuk zona tengah dan overestimasi untuk zona pinggir. Pola mineralisasi sedapat mungkin dipetakan dan dimodelkan untuk menekan kesalahan hit-cad.

Pengaruh Porositas terhadap BD Lubang porositas SG = 0 BD bijih Pb-Zn-Ag = 378,4/100 = 3,78 g/cc SG bijih (porositas dianggap 0) = 378,4/(100-8,3) = 4,13 g/cc Perbedaan SG terhadap BD 8% hasil hit-cad dengan SG harus dikoreksi (dikurangi 8%).

Pengaruh Porositas terhadap BD Tahap mine planning harus memperhatikan B & L Volume BCM volume insitu bank cubic meter Volume LCM volume loose loose cubic meter BCM volume bijih atau overburden yang akan digali LCM volume disposal, stockpile (ROM), stockyard BD insitu BD loose Batupasir umumnya 1 LCM = 1,3 BCM (dengan kompaksi) Konversi BCM ke LCM dilakukan dengan tes penambangan

Losses Jika tanpa koreksi terdapat perbedaan hasil penambangan dengan hit-cad karena ada: geological losses salah interpretasi tubuh bijih bisa + atau, dalam konsep hit-cad dipakai konsep pesimis - faktor keamanan ditambahkan sebagai OB mining losses keterbatasan alat presisi batas bijih, terbawa oleh penyaliran, terbang sebagai debu, jatuh selama hauling. processing/metallurgical losses proses peremukan, penyaringan dapat terbawa air atau angin, atau hilang karena efisiensi alat.

Stripping Ratio Stripping ratio atau nisbah kupas adalah perbandingan antara jumlah material yang harus dikupas (sebagian besar adalah waste) untuk mendapatkan satu satuan bijih. Untuk bijih umumnya diartikan sebagai jumlah tonase material yang harus dipindahkan untuk mendapatkan satu ton bijih. Untuk batubara umumnya diartikan sebagai volume material yang harus dikupas untuk mendapatkan satu ton batubara. Namun demikian satuan material yang dikupas dan satuan bijih/batubara dapat berbeda-beda tergantung dari unit biaya (cost) yang dipergunakan.

Stripping Ratio Jumlah ton OB SR = = Jumlah ton bijih Volume OB Jumlah ton batubara Dalam perhitungan cadangan terdapat pengaruh geological losses dan mining losses terhadap stripping ratio. Material yang dianggap hilang dalam kedua losses tersebut dimasukkan sebagai overburden sehingga akan menambah jumlah material yang harus dikupas untuk mendapatkan satu satuan bijih

Cutoff Grade (cog) Adalah kadar batas dimana kadar di bawahnya mempunyai kandungan logam atau mineral dalam batuan yang tidak memenuhi syarat-syarat keekonomian. Cutoff grade digunakan untuk membedakan blok-blok bijih dengan blok-blok waste dalam perhitungan cadangan. Harus diperhatikan bahwa blok-blok bijih ditentukan dengan penaksiran, sehingga masih dapat mengandung kesalahan. Kuadran I blok bijih yang diklasifikasikan sebagai bijih dengan benar Kuadran II blok bijih yang diklasifikasikan sebagai waste dengan tidak benar Kuadran III blok waste yang diklasifikasikan sebagai waste dengan benar

Cutoff Grade (cog) Kuadran IV blok waste yang diklasifikasikan sebagai bijih dengan tidak benar. Garis regresi (R) mengindikasikan overestimasi pada kadar tinggi dan underestimasi pada kadar rendah. Sehingga dalam hal ini perhitungan cadangan yang menggunakan data kadar taksiran tidak pernah tepat terhadap hasil operasi penambangan (kadar sebenarnya).

Cutoff Grade (cog) Perubahan harga cog akan mempengaruhi hasil perhitungan cadangan pada blok-blok yang telah dihitung. Apabila cog naik maka tonase bijih akan turun dan rata-rata kadar pada tonase tersebut akan naik. Dengan demikian apabila cog naik maka juga akan menaikkan harga stripping ratio. Oleh karena itu dalam perhitungan cadangan sebaiknya dibuat dengan memperhatikan kisaran harga cog untuk memudahkan optimasi dalam membuat skenario penambangan. Konsep cog juga berhubungan dengan konektivitas blokblok penambangan yang diklasifikasikan sebagai bijih pada tahap produksi.

Cutoff Grade (cog) Apabila cog naik maka volume bijih akan turun dan akan membuat blok kadar rendah semakin besar, disamping itu blok-blok bijih akan terpisahkan. Gambar menunjukkan blok bijih akan semakin turun dan terpencil dengan semakin naiknya cog. Blok bijih yang semakin terpisah tersebut juga akan mempengaruhi sistem penambangan menjadi sistem selective mining yang akan semakin menurunkan pula jumlah cadangan. Cog merepresentasikan batas ekonomis untuk membuat deliniasi zona kadar mineral atau logam yang potensial untuk ditambang. Pembatasan zona bijih dan waste tersebut dapat berupa kontur cog atau blok-blok taksiran.

Cutoff Grade (cog)

Cutoff Grade (cog) Cog ditentukan secara kompleks dari banyak faktor. Rumusan sederhana cog: OC = FC + ( SR + 1) MC cog = OC / p Pada awal kegiatan pertambangan dikaji stripping ratio yang kemungkinan akan diperoleh pada saat penambangan. Pengkajian ini didasarkan secara empiris terhadap endapan lain dengan tipe yang sama dan faktor kedalaman. Dalam hal ini tebal zona mineralisasi dan kedalaman dapat dipergunakan untuk menentukan SR awal. Dengan menggunakan rumus maka akan diperoleh nilai cog awal yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam simulasi (Tabel). Andaikan diperoleh nilai cog awal sebesar 0,26 maka dibuat simulasi perhitungan cadangan untuk nilai-nilai cog di sekitar 0,26.

Cutoff Grade (cog) Asumsi MC = 0,76 ; FC = 1,98 ; recovery = 0,83 ; harga logam $0,85/lb CF = Re venue OC = g F P OC

Cutoff Grade (cog) Besaran kuantitatif diperhitungkan terhadap jumlah tonase perhitungan cadangan. Apabila cash flow pada Tabel 3 dikalikan dengan tonase bijih dari Tabel 2 maka akan diperoleh cash flow total. Perhitungan cadangan yang paling optimal tercapai dimana menggunakan nilai cog yang menghasilkan cash flow total paling besar. Dengan kondisi seperti pada Tabel 3 maka perhitungan cadangan paling optimal dicapai pada nilai cog 0,18. Apabila terjadi perubahan harga logam menjadi $0,65/lb akan menyebabkan cog optimal berubah menjadi 0,24 dan perhitungan cadangan paling optimal dicapai pada nilai cog 0,20.

Cutoff Grade (cog) Berdasarkan penjelasan di atas maka terdapat kaitan yang saling mempengaruhi antara cog dan SR. Kedua parameter tersebut merupakan batasan teknis dan ekonomi dalam perhitungan cadangan bijih. Konsep kedua parameter tersebut berbeda antara aplikasi perhitungan cadangan bijih dengan batubara. Dalam perhitungan cadangan bijih dilakukan simulasi yang melibatkan cog dan SR dengan optimasi berdasarkan cog. Sedangkan dalam batubara tidak dikenal istilah cog sehingga optimasi perhitungan cadangan batubara dilakukan terhadap SR.

Tugas-1 Terdapat 2 isu penting dalam perhitungan cadangan: 1. Bijih, waste, losses, stripping ratio, dan cog merupakan lima komponen yang saling terkait dalam perhitungan cadangan bijih. 2. Terdapat perbedaan pemakaian konsep SR dan cog dalam perhitungan cadangan bijih dan batubara. Buatlah sebuah paper yang membahas dua isu tersebut secara komprehensif.