Relation of a Factor of Work and Environments with the Incidence of Malaria in Sub- District Jaro Tabalong Regency

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Faktor-faktor kejadian malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT DAN KEJADIAN MALARIA DI DESA PULAU LEGUNDI KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

Unnes Journal of Public Health

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGGAU KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

: Physical environment, residents behavior, Malaria disease outbreak, Puskesmas Kokap II, Kulon Progo

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH, KABUPATEN KAMPAR, 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

Elly Yane Bangkele*, Ari Krisna**

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

SUHU, KELEMBABAN DAN PENGGUNAAN KELAMBU BERKAITAN DENGAN TINGGINYA KEJADIAN MALARIA DI DESA DURIAN LUNCUK

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

FAKTOR RISIKO UPAYA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI DESA TELAGAH KECAMATAN NAMU UKUR KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2016

ARTIKEL HUBUNGAN KEBERADAAN TERNAK DAN LOKASI PEMELIHARAAN TERNAK TERHADAP KASUS MALARIA DI PROVINSI NTT

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

Transkripsi:

An Nadaa, Vol 1 No.1, Juni 2014, hal 21-25 Artikel V HUBUNGAN FAKTOR PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN JARO KABUPATEN TABALONG Relation of a Factor of Work and Environments with the Incidence of Malaria in Sub- District Jaro Tabalong Regency Wasul Falah, Fitriana Meiliasari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNISKA Email : fitriana.meilasari@gmail.com Abstract Malaria is a major cause of death in many developing countries, especially in children and pregnant women aim of this study was to analyze the factors associated with the incidence of malaria which includes work, knowledge, attitudes, behavior and environmental factors. This study was an observational analytic study with case-control design. Respondents consisted of a group of 87 cases and 87 controls. The results show respondents work as much as 35.63% of the respondents worked as a forest and farm workers are at high risk of contracting malaria. (p value = 0.000 OR: 7.34, 95% CI = 3.55 to 15.17). While environmental factors are not associated with the incidence of malaria. It is advisable for health centers to improve their efforts Jaro prophylaxis / prevention of malaria and the use of insecticide-treated nets, especially at work and at night when activity using long-sleeved clothing and repellent Keywords: malaria, employment, and the environment Abstrak Penyakit malaria merupakan penyebab utama terjadinya kematian di banyak negara berkembang terutama pada anak-anak dan ibu hamil Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria yang meliputi pekerjaan, pengetahuan, perilaku, sikap dan faktor lingkungan. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol. Responden terdiri dari kelompok kasus 87 orang dan kelompok kontrol 87 orang. Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan responden sebanyak 35,63 % responden bekerja sebagai pekerja hutan dan berladang yang berisiko tinggi tertular malaria. (p value: 0,000 OR:7,34 ; 95% CI=3,55-15,17). Sedangkan faktor lingkungan tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Disarankan untuk Puskesmas Jaro agar lebih meningkatkan upaya profilaksis/pencegahan terhadap malaria dan penggunaan kelambu berinsektisida terutama di saat bekerja dan pada saat beraktifitas di malam hari menggunakan pakaian lengan panjang serta repellent. Kata kunci : malaria, pekerjaan, dan lingkungan 21

An-Nadaa, Vol 1 No.1, 2014 PENDAHULUAN Penyakit malaria merupakan salah satu momok kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama terjadinya kematian di banyak negara berkembang terutama pada anak-anak dan ibu hamil sebagai kelompok utama yang mudah terinfeksi (CDC, 2004). Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 50 % populasi dunia beresiko dapat terinfeksi malaria. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) secara nasional tahun 2007, malaria menduduki urutan ke 6 (4,6%) dari 10 penyakit penyebab utama kematian di Indonesia. Sekitar 45% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria yaitu desa-desa yang endemis dan endemis tinggi malaria. Desa endemis malaria adalah desa yang dalam kurun waktu sekurangkurangnya 3 tahun terakhir berturut-turut selalu ditemukan penderita malaria positif berdasarkan hasil pemeriksaan darah (Kemenkes RI, 2010). Menurut data Dirjen PP&PL Depkes RI, pada tahun 2010 terdapat 1.849.000 kasus malaria klinis dan tahun 2011 sebanyak 1.411.156 juta kasus. Jumlah penderita positif malaria pada tahun 2010 sebanyak 229.819 kasus dan tahun 2011 sebanyak 341.697 kasus. Vektor malaria di Kalimantan Selatan menurut Sub dit P2M-PL tahun 2004 adalah Anopheles maculatus, An. sundaicus, An. balabacensis dan An. letifer. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong tahun 2009 ditemukan tujuh spesies Anopheles di Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong antara lain Anopheles nigerrimus, An. acontus, An. vagus, An. barbirostris, An. barbumbrosus, An. kochi dan An.maculatus, akan tetapi belum ada yang dinyatakan sebagai vektor malaria. Menurut Harijanto (2000) faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia ialah faktor perilaku, sosial budaya, lingkungan fisik, kimia, dan biologis. Adanya pengaruh antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan buruh bekerja pada malam hari) dengan kejadian malaria. Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah endemis malaria di Indonesia pada peta stratifikasi penyebaran malaria di wilayah Kalimantan Selatan. Dari data di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong selama kurung waktu empat belas tahun (1999-2012) dapat dilaporkan 15.081 kasus malaria positif dari kasus klinis malaria sebesar 37.4608 kasus dan 88 kasus kematian akibat penyakit malaria. Tahun 2011 angka Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 11.0, Annual Parasite Incidence (API) sebesar 3.7, sedangkan tahun 2012 AMI sebesar 15.3 dan API sebesar 5.7 Kasus akibat penyakit yang tertinggi setiap tahun terjadi di wilayah puskesmas Jaro dengan jumlah kematian sebanyak 28 kasus sejak tahun 2004. Kecamatan Jaro adalah adalah salah satu wilayah endemis malaria yang berada terletak di bagian utara di Wilayah Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan yang berbatasan dengan provinsi Kalimantan Timur. Tahun 2010 kasus malaria di Kecamatan Jaro angka Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 64,99 per 1000 penduduk dan Annual Parasite Incidence (API) 24,82 per 1000 penduduk. Tahun 2011 kasus malaria di Kecamatan Jaro, angka Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 53,27 per 1000 penduduk, dan Annual Parasite Incidence (API) 24,15 per 1000 penduduk (Dinkes, Tabalong, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor pekerjaan dan lingkungan dengan kejadian malaria di kecamatan Jaro. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol (case control study) dan metode yang digunakan bersifat retrospective. Kelompok kasus meliputi orang yang sakit malaria ditandai dengan hasil pemeriksaan sediaan darah malaria positif. Kelompok kontrol meliputi masyarakat yang tidak sakit malaria dan tidak mempunyai gejala malaria. Teknik pengambilan Sampel pada penelitian ini menggunakan rancangan cluster proporsional random sampling dimana suatu kelompok dari subyek atau kesatuan analisis yang berdekatan satu dengan yang lain secara geografik dan keberadaannya yang tersebar secara geografis, berjumlah 87 orang kasus positif dan 87 kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu Buku Register Laboratorium UPT Puskesmas 22

An-Nadaa, Juni 2014, hal 21-25 Jaro bulan Januari sampai dengan Desember Tahun 2012, Lembar kuesioner penelitian dan RDT ( Rapid Diagnostik Test ) malaria. Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder, kemudian dilanjutkan analisis untuk menguji hipotesis hubungan antar variabel bebas dengan terikat dengan menggunakan uji statistik chi square dengan α=0,05, tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Responden lebih banyak yang berusia 30 tahun yakni 58%, lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki 64,9%, terbanyak dengan tingkat pendidikan SD 60,9%, dan karakteristik pekerjaan lebih banyak yang bekerja sebagai petani sebanyak 39,1%. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong Umur (tahun) 30 > 30 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Karakteristik Jumlah % Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi/Akademi Tidak Bekerja Petani PNS/TNI/Polri Pedagang Berkebun/Ladang Pekerja hutan Karyawan Swasta 101 73 113 61 4 106 39 22 3 28 68 2 4 6 56 10 58,0 42,0 64,9 35,1 2,3 60,9 22,4 12,6 1,7 16,1 39,1 1,1 2,3 3,4 32,2 5,7 Jumlah 174 100 Pada karakteristik pekerjaan, dari kelompok kontrol hanya ada 13 (14,9%) responden yang pekerjaannya berisiko tinggi yaitu berladang dan kerja di hutan, sedangkan dari kelompok kasus terdapat 49 (56,3%) responden yang pekerjaannya berisiko tinggi yaitu berladang dan kerja di hutan. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0.000, yang berarti pada α = 0.05 terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian malaria di kecamatan Jaro. Dengan nilai OR;7,34 (95% CI=3,55-15,17), dapat disimpulkan bahwa kelompok pekerja dikebun dan hutan lebih berisiko terkena malaria 7,34 kali dibandingkan kelompok responden yang bekerja lainnya. Kelompok pekerjaan yang berisiko tinggi terkena malaria adalah pekerja hutan dan berladang (35,6%). Sementara pekerjaan lainnya seperti PNS, petani, karyawan swasta dan pedagang sebanyak 64,4%, termasuk pekerjaan yang kurang berisiko. Dari kelompok kasus terdapat 56,3% responden dengan pekerjaan berisiko, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat lebih sedikit responden dengan pekerjaan yang berisiko tinggi, yaitu sekitar 14,9%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pekerjaan yang berisiko (pekerja hutan dan berladang) berhubungan secara signifikan dengan terjadinya malaria di Kecamatan Jaro. Kelompok pekerja di kebun dan hutan lebih berisiko terkena malaria 7,34 kali dibandingkan kelompok responden yang bekerja lainnya. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan karakteristik jenis kelamin diatas. Penelitian ini tidak sesusi dengan penelitian Siswatiningsih (2003) yang menyampaikan bahwa karakteristik jenis kelamin tidak terbukti menjadi risiko penyakit malaria di Kabupaten Jepara. Penelitian ini sejalan dengan Subki (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan yang beresiko (nelayan, berkebun) dengan kejadian malaria. Sesuai dengan penelitian Sarumpaet dan Tarigan (2006) yang menunjukkan bahwa faktor pekerjaan menjadi faktor risiko terjadinya malaria di Kabupaten Karo. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Ernawati K., et.all (2011) di Kabupaten Pesawaran lampung dan penelitian Widjaja J. (2011). yang menunjukkan bahwa pekerjaan berisiko (penebang kayu, penambang emas dan penyadap karet) terbukti menjadi faktor risiko kejadian malaria di Desa Santuun Kecamatan Muara Uya. 23

An-Nadaa, Vol 1 No.1, 2014 Tabel 2. Distribusi Faktor Lingkungan Rumah Responden di Kecamatan Jaro Tahun 2013 Faktor Lingkungan N Jumlah % Ada genangan air 174 114 65,5 Ada jentik nyamuk 174 48 27,6 Lingkungan hutan, kebun/ladang 174 102 58,6 Rumah terbuka/banyak ventilasi 174 136 78,2 Kurang cahaya dalam rumah 174 53 30,5 Banyak semak sekitar rumah 174 105 60,3 Jarak sungai < 100 m 174 118 68,2 Jarak dari sawah/ladang < 1 km 174 111 63,8 Ada rawa/danau sekitar rumah 174 44 25,3 Rumah tanpa plafon/langit-langit 174 117 67,6 Sesuai kondisi tersebut, telah dinyatakan oleh Harijanto (2000), ada pengaruh antara jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan buruh yang bekerja pada malam hari) dengan kejadian malaria. Responden yang tidur dan bermalam di ladang/kelambu tanpa kelambu pada malam hari memiliki proporsi kejadian malaria lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bermalam di ladang/kebun. Di wilayah kecamatan Jaro, bagi pekerja kebun/ladang, ada sebagian penduduk yang suka bermalam di ladang /kebun mereka, apalagi kalau sedang menjaga hasil panen mereka dari pencurian mereka harus rela bermalam tanpa menghiraukan resiko tertular malaria. Tabel 3. Analisis Univariat Faktor Pekerjaan di Kecamatan Jaro Tahun 2013 Variabel Kategori Jumlah % Faktor Pekerjaan Risiko rendah 112 64,4 Lingkungan Risiko tinggi 62 35,6 Kurang Berisiko Berisiko 48 126 27,6 72,4 Jumlah 174 100,0 Tabel 4. Analisis Bivariat Hubungan Faktor Pekerjaan dan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Jaro Tahun 2013 Kejadian Malaria Variabel Penelitian Kontrol (-) Kasus (+) Total ρ Value OR (95% CI) n % n % n % Pekerjaan Risiko rendah 74 85,1 38 43,7 112 64,4 0.000 7,34 Risiko tinggi 13 14,9 49 56,3 62 35,6 (3,55-15,17) Faktor Lingkungan Kurang beresiko 24 27,6 24 27,6 48 27,6 1.000 - Beresiko 63 72,4 63 72,4 126 72,4 Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai ρ value = 1,000, yang berarti pada α = 0.05 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan dengan kejadian malaria di kecamatan Jaro. 24

An-Nadaa, Juni 2014, hal 21-25 KESIMPULAN DAN SARAN Faktor risiko yang terbukti berkaitan dengan kejadian malaria adalah pekerjaan atau perilaku diluar rumah malam hari, sehingga disarankan pada kelompok ini harus dilakukan pembinaan terkait pengendalian malaria, seperti penggunaan profilaksis dan kelambu berinsektisida. Penggunaan kelambu tidak hanya dilakukan dirumah, tetapi yang lebih penting adalah ketika harus menginap di hutan/ladang. Bagi yang beraktifitas diluar rumah pada malam hari, disarankan untuk menggunakan repellent anti nyamuk. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Kabupaten Tabalong. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong. Kalimantan Selatan. Tanjung, 2011. Dirjen P2PL, 2012. Jurnal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 10-13. Kemenkes RI Jakarta. Ernawati K., et.all, Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010, Makara Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Desember 2011: 51-57; (online), (http://journal.ui.ac.id, diakses 26 April 2013) Gunawan S, Epidemiologi Malaria dalam Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, & Penanganannya, dikutip oleh Harijanto P.N, EGC, Jakarta, 2000 Harijanto PN, Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganannya. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000. Harijanto PN. Malaria: Gejala Klinik Malaria, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000. Kemenkes RI, Pedoman Pelaksanaan Pos Malaria Desa (POSMALDES), Ditjen PP & PL, Jakarta, 2010. Purwaningsih, S, Malaria, Diagnosa Malaria, Editor PN Harijanto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000. Rampengan, T, H, Malaria Pada Anak, Editor PN Harijanto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000. Siswatiningsih, Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2002. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang: Program Pasca Sarjana 2003; (online), (http://www.eprints.undip.ac.id, diakses 27 April 2013) Subki S, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Membalong, Gantung dan Manggar Kabupaten Belitung, Universitas Indonesia, Depok, 2000. 25