KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 21. (21/1948) Peraturan tentang menambah dan mengubah Undang - undang tahun 1947 No. 12, tentang Pajak Radio.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 5 TAHUN 1954.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) PEMUNGUTAN SUMBANGAN WAJIB ISTIMEWA ATAS BEBERAPA JENIS BARANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.44 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 159 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tjetakan ke II tg. 1 Maret Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke III tg. 1 Maret 1953.

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa siaran Radio Republik Indonesia adalah merupakan suatu mass-media jang ampuh didalam revolusi bangsa Indonesia, dan oleh karenanja harus didjaga serta diselenggarakan sebaik-baiknja; b. bahwa untuk mengusahakan penjelenggaraan dan pelaksanaan siaran-siarannja, Radio Republik Indonesia membutuhkan pembiajaan jang merupakan beban jang tidak ringan; c. bahwa berhubung dengan itu, dianggap perlu mengadakan pendaftaran kembali serta memungut sumbangan iuran dari setiap pemegang pesawat radio guna membantu pembiajaan siaran tersebut. Mengingat: 1. Pasal 4 ajat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia; 2. Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 8 Tahun 1946; 3. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1959. Mendengar: 1. Menko Bidang Keuangan; 2. Menko Perhubungan dengan Rakjat/Menteri Penerangan; 3. Menteri Urusan Pendapatan, Pembiajaan dan Pengawasan; 4. Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata. MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA. Pasal 1 (1) Dengan tidak mengurangi Undang-Undang dan segala peraturan-peraturan tentang pendaftaran pesawat penerima radio dan tentang padjak radio, maka semua pemegang pesawat penerima radio diseluruh wilayah Indonesia, diwadjibkan mendaftarkan kembali, pesawat penerima radionja, sesuai dengan peraturan-peraturan jang masih berlaku tersebut; (2) Pendaftaran kembali pesawat penerima radio ini, harus sudah dilaksanakan selambat-lambatnja tanggal 31 Maret 1964, sedjak mulai berlakunja Keputusan Presiden ini. 1 / 5

Pasal 2 Semua pesawat penerima radio sebagai jang termaktub pada pasal 1 ajat (1) dan ajat (2) dalam keputusan ini, dipungut sumbangan iuran jang selandjutnja dinamakan sumbangan iuran radio. Pasal 3 (1) Dibebaskan dari sumbangan iuran radio ini ialah pesawat-pesawat penerima radio; a. jang digunakan oleh dan untuk kepentingan instansi-instansi jang berkewadjiban menjelenggarakan, mengurus siaran radio dan menjediakan radio umum; b. jang digunakan oleh Angkatan Bersendjata melulu untuk kepentingan Angkatan Bersendjata; c. jang termasuk barang dagangan seseorang, selebihnja dari satu pesawat dan ditempatkan ditempat pendjualan; d. jang tidak dipakai dan oleh karenanja disegel. (2) Kepala-Kepala Kantor P.N. Postel ataupun pegawai-pegawai jang ditundjuk dan ditetapkannja untuk kewadjiban memasang segel jang dimaksud dalam ajat 1 huruf d; (3) Segel itu dipasang demikian rupa, sehingga pesawat jang berkepentingan tidak dapat dipakai tanpa merusak segel. Pasal 4 (1) Besarnja sumbangan iuran buat tiap-tiap pesawat penerima radio ialah Rp. 25,-- (dua puluh lima rupiah) untuk sebulan penuh; (2) Sumbangan iuran radio untuk Kepulauan Riau dan Irian Barat masing-masing ditetapkan sebesar Kr Rp. 5,-- (lima rupiah Kepulauan Riau) dan IB Rp. 5,-- (lima rupiah Irian Barat). Pasal 5 Jang dikenakan sumbangan iuran ialah pemegang pesawat penerima Radio. Pasal 6 Buat mereka jang mulai mendjadi wadjib sumbangan iuran dalam tenggang waktu sebahagian dari sebulan jang melebihi 10 hari dihitung sebulan penuh, ketjuali djika atas pesawat jang bersangkutan untuk bulan itu telah dibajar sumbangan iurannja. Pasal 7 Sumbangan iuran harus dibajar sebelum tanggal 15 dari setiap bulan pada Kantor Pos atau pada Kantor Pos Pembantu dimana pesawat penerima radio didaftarkan atau dimana pendaftaran telah dipindahkan. Pasal 8 (1) Tanda pembajaran sumbangan iuran radio harus disimpan bersama-sama dengan tanda pembajaran padjak radio dan tanda pendaftaran pesawat itu; (2) Atas permintaan pegawai pemeriksaan pesawat radio, tanda pembajaran sumbangan iuran, tanda pembajaran padjak dan tanda pendaftaran pesawat harus diperlihatkan kepadanja. 2 / 5

Pasal 9 (1) Djika pada tanggal jang dimaksud dalam pasal 7, pembajaran sumbangan iuran masih belum dipenuhi, akan dikenakan beaja penagihan sebesar Rp. 5,-- (Lima rupiah); (2) Djika wadjib-sumbangan iuran menunggak sumbangan iurannja tiga bulan berturut-turut, dikenakan denda sebesar Rp. 300,-- (Tiga ratus rupiah); (3) Biaja dan denda jang dikenakan menurut pasal 9 dari keputusan ini, ditetapkan sebesar KR Rp. 1,-- dan KR Rp. 60,-- untuk daerah Kepulauan Riau serta IB Rp. 1,-- dan IB Rp. 60,-- untuk daerah Irian Barat; (4) Denda itu dapat dibebaskan atau dikurangkan, djika ternjata dapat dibuktikan bahwa tunggakan itu disebabkan oleh kelalaian atau kechilafan jang dapat dimaafkan. Pasal 10 Penagihan paksa atas sumbangan iuran, biaja penagihan dan denda jang dikenakan menurut keputusan ini, dapat dilakukan dengan surat paksa jang mempunjai kekuatan jang sama dan didjalankan dengan tjara jang sama seperti salinan keputusan hakim jang mutlak dalam perkara sipil. Pasal 11 (1) Sumbangan iuran, biaja penagihan denda dan ongkos-ongkos sebagai jang disebut dalam pasal 10 jang lalu, dapat dipungut dengan mengadakan tuntutan atas semua harta bergerak dan harta tidak bergerak djadi milik wadjib sumbangan iuran, pun djuga atas pesawat penerima radio jang bersangkutan tanpa mengindahkan dalam tangan siapa pesawat itu berada: (2) Tuntutan piutang sumbangan iuran, biaja penagihan, denda dan ongkos-ongkos seperti tersebut dalam pasal 10 jang lalu, mempunjai hak utama dari hutang-hutang lain, terketjuali hutang-hutang mempunjai hak utama sebagai jang disebutkan dalam pasal 1139 Nomor 1 sampai dengan 11 dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Gadai; (3) Hak Utama ini tidak berlaku bagi apabila lewat setahun dan terhitung dari awal bulan untuk mana sumbangan iuran itu dibajar atau djika dalam waktu tersebut dikeluarkan surat paksa, setahun dari tanggalnja pemberitahuan tuntutan untuk membajar terachir. Pasal 12 Pegawai jang berkewadjiban memasang segel dimaksud dalam pasal 3 ajat 2 keputusan ini diberi kuasa djuga untuk menjegel pesawat jang sumbangan-iurannja menunggak 2 bulan berturut-turut dan membukanja setelah tunggakan, beaja penagihan denda dan ongkos dibajar sepenuhnja. Pasal 13 Djika dinjatakan dengan bukti, bahwa untuk salah satu pesawat penerima radio ada kelebihan pembajaran uang sumbangan iuran, Kepala Kantor Pos jang bersangkutan dapat mengembalikan pembajaran uang kelebihan itu kepada jang berhak. Pasal 14 (1) Penagihan sumbangan iuran, biaja penagihan dan ongkos penuntutan jang wadjib dibajar menurut keputusan ini, habis waktunja sesudah tiga tahun terhitung dari achir bulan untuk mana sumbangan iuran seharusnja dibajar; 3 / 5

(2) Tuntutan pengembalian kelebihan pembajaran uang sumbangan iuran, denda, biaja penagihan dan ongkos penuntutan, habis waktunja tiga tahun, dihitung dari hari timbulnja hak meminta kembali. Pasal 15 Kepada Menko Perhubungan dengan Rakjat/Menteri Penerangan diberikan kewenangan ataupun kepada pedjabat-pedjabat jang ditundjuk ataupun jang ditetapkan olehnja untuk melakukan pengawasan dan penjelidikan terhadap pelanggaran keputusan ini, selain dari polisi dan pegawai negeri lainnja jang pada umumnja berhak menjelidiki atau mengusut pelanggaran-pelanggaran. Pasal 16 (1) Untuk kepentingan penjelenggaraan keputusan Presiden ini, Menko Perhubungan dengan Rakjat/Menteri Penerangan berwenang mengadakan peraturan-peraturan pelaksanaannja guna mendjalankan dan mendjamin dibajarkannja sumbangan iuran ini; (2) Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan dan berlaku surut sampai tanggal 1 Djanuari 1964. Ditetapkan Di Djakarta, Pada Tanggal 6 Djanuari 1964 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SUKARNO Diumumkan Di Djakarta, Pada Tanggal 6 Djanuari 1964 SEKRETARIS NEGARA, Ttd. MOHD. ICHSAN S.H. 4 / 5

PENDJELASAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA PENDJELASAN UMUM Oleh Pemerintah dirasakan sekali, betapa beban jang harus dipikul dalam penjelenggaraan Siaran Radio Republik Indonesia sebagai jang telah dikenal oleh rakjat merupakan suatu Mass-media jang ampuh didalam perdjuangan revolusi bangsa Indonesia. Mengingat hal-hal inilah maka Pemerintah telah berketetapan hati untuk membantu sepenuhnja penjelenggaraan Siaran Radio di Indonesia demi mendjaga dan penjelenggaraan jang sebaik-baiknja dari alat ampuh ini. Akan tetapi Pemerintah djuga merasakan bahwa kepada pemegang pesawat penerima Radio pada saat sekarang ini dibebankan suatu padjak jang ringan pula. Sehubungan dengan inilah Pemerintah telah mempeladjari persoalan ini setjara tersendiri seluas-luasnja. Bagaimana tjara jang sebaik-baiknja tanpa memberatkan pemegang pesawat Radio didapat biaja jang diperlukan dengan tjara gotong-rojong jang dipikul sepenuhnja oleh Pemerintah dan para pemegang pesawat penerima radio bersama-sama. Pemerintah dalam hal ini telah menetapkan sedjumlah Rp. 25,-- sebagai sumbangan iuran Radio disamping padjak jang berlaku sekarang kepada setiap pemegang/penerima Radio. Dalam hal ini dimaklumi pula sepenuhnja bahwa pembebanan sumbangan iuran ini sesungguhnja sebahagian besar akan tertudju pada golongan masjarakat jang mempunjai kemampuan keuangan jang boleh disebut tjukup kuat, sekalipun dalam hal ini tidak dapat dihindarkan pemungutan sumbangan iuran Radio ini ditudjukan pada pemegang pesawat penerima Radio jang daja kemampuan keuangannja agak lemah. Tetapi sebaliknja haruslah diingat bahwa sumbangan jang dimaksud sebenarnjalah sebagai suatu hakikat jang merupakan pengorbanan ketjil jang dibebankan oleh revolusi demi untuk memperkuat dan memperkokoh landasan keuangan negara. Selandjutnja dalam penertiban memungut sumbangan iuran jang dimaksud, Pemerintah akan mendaftarkan kembali seluruh pesawat penerima Radio sesuai dengan Undang-Undang dan segala peraturan-peraturan tentang pendaftaran pesawat penerima Radio dan tentang padjak Radio. Hal ini mengingat djustru karena banjaknja pesawat-pesawat penerima Radio jang masih belum lagi terdaftar sebagaimana mestinja sampai pada saat sekarang ini. Pendjelasan selandjutnja jang harus diketahui lagi ialah kalau selama ini penetapan padjak jang berlaku di Indonesia tidak berlaku di Irian Barat dan berlainan pula penetapan djumlah padjak untuk pesawat penerima Radio daerah Kepulauan Riau, maka sekali ini Pemerintah menetapkan pula sumbangan iuran Radio untuk kepulauan Riau sebesar KR Rp. 5,-- (lima rupiah kepulauan Riau) dan untuk daerah Irian Barat ditetapkan pula sebesar IB RP. 5,-- (lima rupiah Irian Barat). Kemudian didalam Pasal 5 perlu mendapat pendjelasan bahwa jang dikenakan sumbangan iuran ialah setiap pemegang pesawat penerima Radio. Dengan tidak mengingat apakah pemegang itu pemilik atau kuasa ataupun seorang ahli waris maka telah ditetapkan oleh keputusan ini jang mendjadi wadjib sumbangan iuran ialah pemegang pesawat penerima Radio sebagai jang didapati didalam pasal-pasal selandjutnja. Pada pokoknja perlu didjelaskan pula bahwa pelaksanaan pemungutan sumbangan ini sepenuhnja dipedomani peraturan-peraturan pos jang berlandaskan undang-undang dan peraturan-peraturan baik jang mengenai padjak maupun jang mengenai pendaftaran pesawat penerima Radio kembali. Dan achir sekali dapat ditambahkan bahwa kepada Menko Perhubungan dengan Rakjat/Menteri Penerangan diberi kewenangan sepenuhnja untuk melaksanakan keputusan-keputusan ini dalam surat-surat keputusannja. 5 / 5