BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu lembaga keuangan yang cukup vital pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara yang berpengaruh dalam suatu pergerakan pertumbuhan perekonomian dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Menurut Hasibuan (2006) definisi bank adalah lembaga yang usahanya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat. Kelangsungan bank sangat tergantung dari sumber dana masyarakat kepadanya, oleh karena itu bank perlu memperhatikan tingkat kesehatannya agar tidak merugikan pemilik dana sehingga pemilik dana merasa aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan operasional bank, laporan arus kas yang memberikan informasi perputaran uang. Laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi suatu perusahaan pada masa lalu tetapi juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan pada masa mendatang (Pankof dan Virgil, 1970) dalam Suharman (2007). 1
2 Salah satu teknik yang digunakan untuk menilai perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Indikator kinerja suatu perbankan dapat dilihat dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio risiko usaha bank, rasio permodalan dan rasio efisiensi usaha. Rasio likuiditas menilai kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio rentabilitas menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio risiko usaha menilai risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha. Rasio permodalan mengukur kemampuan permodalan menutup kerugian. Rasio efisiensi usaha mengukur tingkat efisiensi perusahaan. Rasio keuangan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan suatu perusahaan dapat tercermin dari indikator kinerja yakni apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan (Suharman, 2007). Menurut Darsono dan Ashari (2005) kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Dengan kata lain perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress. Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada perbankan sehingga mengalamani de-listing.
3 Pernyataan financial distress didukung oleh Platt dan Platt (2002), financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Wurck (1990) financial distress adalah suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang atau biaya bunga. Financial distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang paling ringan, sampai kepernyataan kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat (Triwahyuningtias, 2012). Financial distress berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan aset. Dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan secara langsung juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. Dengan mengetahui kondisi financial distress diharapkan perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan sedini mungkin (Almilia, 2004). Menurut Platt dan Platt (2002) menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah: (1) Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan pada masa yang akan datang, (2) Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau over agar perusahaan lebih mampu untuk
4 membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik. (3) Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan. Tidak banyak penelitian yang menghasilkan model untuk memprediksi financial distress. Menurut Hadad, et al. (2004) bahwa perlu disusun suatu sistem peringatan dini (early warning) yang dapat memberikan peringatan terhadap masalah keuangan yang dihadapi bank. Indikasi lebih awal mengenai kondisi perbankan akan memungkinkan bank melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan dapat diantisipasi, sehingga diharapkan dapat menjadi suatu tanda mengenai kondisi bank apakah sedang mengalami bermasalah atau tidak, serta dapat dijadikan dasar kebijakan untuk mengatasi masalah dan penyelamatan lebih dini dan dampak atau kerugian dapat diminimalkan. Dalam memprediksi suatu kebangkrutan atau dalam keadaan bermasalah juga dapat dilihat dari kinerja perbankan tersebut. Kinerja bank dapat dilihat dari beberapa rasio keuangan yang menunjukkan perbandingan antara satu jumlah dengan jumlah yang lain yang dapat memberikan angka yang menunjukkan baik buruknya atau posisi keuangan suatu bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Menurut Khasmir (2005) ukuran kinerja juga dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank yang penilaiannya dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi beberapa aspek diantaranya: (1) Aspek permodalan, (2) Aspek kualitas asset, (3) Aspek kualitas manajemen, (4) Aspek Likuiditas, (5) Aspek Rentabilitas. Rasio keuangan menjelaskan perubahan posisi keuangan bank dan memberikan informasi yang efisien dalam menunjukkan karakteristik bank yang mengalami kegagalan dan
5 tidak mengalami kegagalan (Gunsel, 2007). Dengan Rasio keuangan memungkinkan manajemen mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok pada trend, jumlah dan hubungan sehingga dapat memberikan pertimbangan. Payamata dan Machfoedz dalam Aprilia (2010) mengatakan penilaian terhadap kinerja perbankan di Indonesia seringkali dilakukan dengan menggunakan rasio CAMEL yang meliputi Capital, Assets, Earnings, Management, dan Liquidity. CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank. Rasio-rasio CAMEL yang sering digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), dan Loans to Deposits Ratio (LDR). Penelitian dengan menggunakan rasio-rasio CAMEL di dalam memprediksi kebangkrutan atau kegagalan bank telah beberapa kali dilakukan sebelumnya namun belum menunjukkan hasil yang konsisten. Dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa perbedaan pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menimbulkan adanya research gap, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali adanya pengaruh rasio keuangan dengan menggunakan rasio CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), dan Loans to Deposits Ratio
6 (LDR).terhadap kondisi financial distress perusahaan perbankan di Indonesia. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bank-bank umum yang telah listing di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, maka penelitian ini diberi judul ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN PERBANKAN STUDI EMPIRIS DI BEI 2010-2012 1.2 Rumusan Masalah Atas dasar permasalahan di atas, maka dapat dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.2.1. Apakah rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.2.2 Apakah rasio keuangan NPL (Non Performing Loan) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.2.3 Apakah rasio keuangan ROA (Return on Assets) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.2.4 Apakah rasio keuangan ROE (Return on Equity) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
7 1.2.5 Apakah rasio keuangan NIM (Net Interest Margin) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.2.6 Apakah rasio keuangan BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.2.7 Apakah rasio keuangan LDR (Loans to Deposit Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi variabel-variabel rasio keuangan yang berpengaruh terhadap prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk menguji apakah rasio CAMEL berpengaruh secara parsial terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. 1.3.2 Untuk menguji apakah rasio CAMEL berpengaruh secara simultan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
8 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, internal bank, serta peneliti selanjutnya. 1.4.1 Kontributi Praktis Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya terkait bidang akuntansi untuk menganalisis kondisi financial distress pada perusahaan perbankan. Hasil penelitian juga diharapkan dapat mendukung, serta menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Indonesia. 1.4.2 Kontribusi Teoritis 1. Bagi Internal Bank Membantu mengevaluasi hasil operasi perbankan dalam menilai tingkat kinerja, sehingga dapat menjadi peringatan dini jika bank mengalami tanda tanda kesulitan keuangan dan tanda kebangkrutan yang dapat segera diambil langkah perbaikan dan pencegahan. 2. Bagi Nasabah / Pengguna jasa perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para nasabah atau pengguna jasa perbankan sebelum melakukan keputusan investasi.
9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan peneliti, maka peneliti melakukan beberapa batasan konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu: 1.5.1 Periode pengamatan dari penelitian adalah tahun 2010-2012. 1.5.2 Sampel yang dipergunakan adalah perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. 1.5.3 Variabel independen yang dipergunakan dalam penelitian adalah rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). 1.5.4 Variabel dependen yang dipergunakan adalah kondisi financial distress.