PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kelarutan & Gejala Distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSENTRASI KRITIS MISEL

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C 18 H 36 O 2 dan asam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak duri (Ricinus communis L.) termasuk dalam famili

Seledri merupakan tanaman setahun atau dua tahun. Tanaman ini. terdiri atas daun, tangkai daun, batang, dan akar. Terna, tumbuh tegak,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Pengertian alkohol 2.Klasifikasi alkohol 3.Sifat-sifat fisika dan kimia alkohol 4.Sintesis alkohol 5.Reaksi-reaksi alkohol 6.

SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis Guineesis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Transkripsi:

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi misel kritik (KMK) suatu surfaktan dengan metode kelarutan B. Dasar Teori Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, ph larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1993). Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak atau lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyakair dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Jatmika, 1998). Gugus hidrofilik atau dapat berikatan dengan air pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat

non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya. (Gennaro, 1990) Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masukkedalam larutan yang polar dan bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari komposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarut dalam lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan.bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaan hidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh

maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener, hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida. Biasanya, perbandingan bagian hidrofilik dan lipofilik dapat diberi angka yang disebut keseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL, dari surfaktan (Jatmika, 1998). Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium (Martin, 1993). Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membrane mengandung komponen penyusun yang sama (Attwood, 1985). Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat (Martin, 1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargel, 2005). Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang. 2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium. 3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan

asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. 4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain. (Attwood, 1985) Dalam bidang kefarmasian surfaktan digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan sediaan obat emulsi. Dalam emulsi setiap emulgator dalam hal ini surfaktan memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB ( Hydrophyl Lipophyl Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok yangbersifat hidrofilik, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya (Shargel, 2005). Asam benzoat (C 7 H 6 O 2 ) memiliki BM 122,12 mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C 7 H 6 O 2. Asam benzoat merupakan hablur bentuk jarum atau sisik berwarna putih, sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin, agak mudah menguap pada suhu hangat dan mudah menguap dalam uap air. Asam benzoat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Depkes RI, 1995). Polisorbat 80 atau yang biasa dikenal dengan Tween 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Tween 80 merupakan cairan kental seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah dengan rasa pahit dan hangat. Tween 80 sangat mudah larut dalam air, dalam etil asetat, dalam etanol, dan dalam metanol namun sukar larut dalam parafin cair dan minyak biji kapas dan tidak larut dalam minyak mineral (Depkes RI, 1995).

Indikator organik fenolftalein berubah warna pada ph sekitar 8,3. Ketika fenolftalein ditambahkan pada larutan yang mengandung basa karbonat atau hidroksida, larutan berubah menjadi warna merah muda. Ketika asam ditambahkan kemudian, maka kebasaan akan berkurang sehingga warna merah muda perlahan hilang dan ph turun menjadi dibawah 8,3. Pada titik ini, hidroksida ternetralisasi. Sedangkan ketika air yang ditambahkan kemudian, maka hanya kebasaan bikarbonat yang ada dan reaksi warna merah tidak muncul (Wetzel, 2000).

DAFTAR PUSTAKA Attwood, D., dan Florence. 1985. Surfactan System: First Edition. Chapman and Hall: London, New York. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta. Gennaro, A. R., et all. 1990. Remington s Pharmaceutical Sciensces: Edisi 18 th. Marck Publishing Company: Easton, Pensylvania. Jatmika, A. 1998. Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan. Jurnal Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit Vol. 6 No. 1. Martin, Alfred, dkk. 1993. Farmasi Fisika: Dasar-dasar Farmasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika Edisi III. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Shargel, Leon, dkk. 2005. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. Mc. Graw Hill Companies: Singapore. Wetzel, Robert G., dkk. 2000. Limnological Analyses: Third Edition. Springer Science Business Media: New York.