PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

Hemositometer. Gbr 1. Hemositometer

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

KEGIATAN 4 SISTEM KARDIOVASKULER. MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (leukocyte)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN VOLUME DARAH DALAM TABUNG K 2 EDTA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Darah merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sangat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

Transkripsi:

PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT OLEH: KELOMPOK I (GENAP) ANGGOTA: 1. NI NYOMAN MELINDAWATI (P07134013 002) 2. NI MADE INKI ARIANTI (P07134013 004) 3. NI KADEK SUCAHYANINGSIH (P07134013 006) 4. I KADEK BUDI ASTAWAN (P07134013 008) 5. NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI (P07134013 010) 6. NINGSIH ASRIAH (P07134013 012) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014

Pemeriksaan Hitung Eritrosit dengan Metode Hayem I. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit dengan menggunakan kamar hitung b. Tujuan Khusus - Untuk dapat menghitung jumlah eritrosit dengan menggunakan kamar hitung. - Untuk dapat mengetahui jumlah eritrosit pada sampel darah yang diperiksa. II. Metode Metode yang digunakan dalam penentuan jumlah eritrosit adalah metode manual yaitu dengan kamar hitung Improved Neubauer dengan menggunakan larutan hayem. III. Prinsip Darah diencerkan serta diwarnai dengan larutan hayem, lalu sel-sel darah di hitung dalam kamar hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 40x. IV. Dasar teori Darah merupakan bagian penting dari sistem transport, darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah (merupakan bagian cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembekuan darah atau trombosit. (Depkes, 1989) Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi lengkap (Brown,1993). Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung jumlah trombosit dan nilai-nilai rata-rata eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count)

terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel (ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi). Pemeriksaan hematologi lengkap penting untuk mengetahui morfologi dan fungsi dari berbagai sel yang ada di dalam darah, contohnya sel darah putih yang berperan dalam imunitas tubuh dan sel darah merah yang berperan dalam oksigenasi tubuh (Brown, 1993, Perkins 2003; Adamson, Longo, 2005). Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi, berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang (Perkins, 2003). Pembentukan eritrosit (Eritropoisis) Pematangan eritrosit dalam sumsum tulang berlangsung sekitar 7 hari. Dalam peredaran darah perifer inti umumnya sudah hilang. Retikulosit adalah sel termuda dalam darah perifer. Kira kira 10% dari eritrosit dalam darah perifer adalah retikulosit. Hal ini berarti hanya 1% dari jumlah jangka hidup eritrosit adalah retikulosit. Sedangkan panjang masa hidup eritrosit setelah pelepasan dari sumsum tulang kurang lebih 120 hari sampai mengalami penuaan dan destruksi. Eritroblast Normoblast basofil Sumsum tulang Normoblast polikhromatik Normoblast asidofil Rintangan(barrier) Retikulosit Darah perifer Eritrosit Penghancuran Eritrosit Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen komponen hemoglobin menjadi dua komponen sebagai berikut.

a. Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembangkan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. b. Komponen hame akan dipecah menjadi dua, yaitu: 1. Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang; 2. Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu. Peningkatan dan Penurunan Eritrosit Jumlah eritrosit menurun pada keadaan : 1. Gangguan eritropoisis disumsum tulang (gangguan SIH/prekursor, kekurangan bahan-2, gangguan/kerusakan jaringan sumsum tulang) 2. Destruksi eritrosit (hemolisis): intravaskular/ekstravaskular, intrakorpuskular /ekstrakorpuskular 3. Perdarahan (blood loss) kronis / akut Dan jumlah eritrosit meningkat pada keadaan : 1. Polisitemia Vera 2. Polisitemia absolut sekunder 3. Polisitemia relatif (dehidrasi) Beberapa pemeriksaan yang dapat menggambarkan parameter penting dari fungsi dan struktur eritrosit di dalam tubuh antara lain hitung eritrosit, hemoglobin dan hematokrit. Hitung eritrosit atau redblood cell count(rbc) adalah menghitung jumlah total eritrosit dalam darah. Dengan menggunakan unit Internasional (SI), jumlah eritrosit dinyatakan sebagai jumlah eritrosit per liter darah. Jadi jumlah eritrosit 5juta/mm 3 dinyatakan dalam SI adalah 5 x 1012 /L. Laki laki : 4,5-5,5 (juta sel/μl darah) Perempuan : 4,0-5,0 (juta sel/μl darah) Bayi (matur, darah tali pusat) : 4,0-6,0 (juta sel/μl darah) Bayi 3 bulan : 3,2-4,8 (juta sel/μl darah) Anak-anak 1 tahun : 3,6-5,2 (juta sel/μl darah) Anak-anak 3-6 tahun : 4,1-5,5 (juta sel/μl darah) Anak-Anak 10-12 tahun : 4,0-5,4 (juta sel/μl darah) Cara menghitung eritrosit dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan alat khusus.

A. Cara manual (Hemositometer) Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Dengan cara manual, hitung eritrosit dilakukan dengan menggunakan kamar hitung. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pehitungan jumlah eritrosit menggunakan kamar hitung adalah : 1. Kamar hitung. Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi improved Neubauer. Luas seluruh bidang yang dibagi adalah 9 mm 2 dan bidang ini dibagi menjadi sembilan bidang besar yang luasnya masing - masing 1 mm 2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 bidang sedang yang luasnya masing-masing ¼ x ¼ mm 2. Bidang besar yang letaknya di tengah - tengah berlainan pembaginya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi 16 bidang kecil. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masingmasing luasnya 1/20 x 1/20 mm 2. Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris - garis dan kaca penutup yang berpasangan adalah 1/10 mm. Maka volume diatas tiap - tiap bidang menjadi sbb; 1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x1/10 =1/4000 mm 3 1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm 3 1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm 3 Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm 3 2. Kaca penutup. Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh dipakai. Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan tehnik fasekontrast lebih tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa. 3. Pipet. Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit (pipet eritrosit) terdiri dari sebuah pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca merah. Pada pertengahan pipa kapiler itu ada garis bertanda angka 0,5 dan ada bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat garis

bertanda 1,0. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda 101. Perhatikan bahwa angka angka itu bukanlah menandakan satu volume yang mutlak melainkan perbandingan volume. Yang penting dan menentukan ialah pengenceran darah yang terjadi dalam pipet itu. Seandainya lebih dulu diisap darah sampai garis - tanda 0,5 kemudian cairan pengencer sampai garis- tanda 101, maka darah dalam bola pipet itu diencerkan 200 kali.(gandasoebrata R., 2007). 4. Perhitungan jumlah eritrosit Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang besar paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang ditengah (bertanda R) tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 petak-petak kecil yang masing- masing luasnya adalah 1/400 mm 2. Dengan demikian eritrosit dihitung dalam 80 petak - petak kecil, luas keseluruhan ialah 80 x 1/400 mm 2 = 1/5mm 2. (Depkes RI., 1989). Keterangan: W : ruang hitung untuk leukosit R : ruang hitung untuk eritrosit Cara Hitung Eritrosit pada Kamar Hitung Kamar Hitung (Improved Neubauer) Cara menghitung eritrosit didalam kamar hitung improved Neubaur dapat dilihat pada gambar. Mulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada 5 bidang sedang tersebut. Semua sel yang menyentuh garis batas sebelah atas dan kiri, dianggap masuk ke dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel yang menyentuh garis batas sebalah kanan dan bawah dianggap tidak masuk dan tidak dihitung. (Depkes RI, 1989).

Keterangan : : tidak di hitung : di hitung Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan: Panjang 1 kotak eritrosit = 0,2 mm Lebar 1 kotak eritrosit = 0,2 mm Tebal kaca penutup = 0,1 mm. 1 Volume kotak R = p x l x tebal 0,2 mm x 0,2 mm x 0,1 mm = 0,004 mm 3 5 Volume kotak R = 5 x 0,004 = 0,02 mm 3 Untuk menentukan jumlah eritrosit per mm 3, = 1 mm 3 /0,02 mm 3 x pengenceran x jumlah sel = 1 mm 3 /0,02 mm 3 x 200 kali x jumlah sel = 10.000 x jumlah sel Singkatnya, jumlah eritrosit (Σeritrosit per mm 3 ) = 10.000/μl darah x jumlah sel terhitung = 10 4 /μl darah x N -Kelebihan cara manual a. Cara cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium klinik. (Gandasoebrata R., 2007) b. Didalam kamar hitung sel yang dihitung benar benar sel eritrosit karena pengenceran menggunakan larutan hayem yang membuatbentuk bentuk eritrosit terlihat jelas sedangkan lekosit dan trombosit tidak tampak. - Kekurangan cara manual a. Menghitung jumlah eritrosit dalam volume yang kecil dan pengenceran tinggi memakan waktu dan tidak teliti.(widmann F.K., 1989) b. Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar daripada menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat bekerja dan yang telah mahir ialah ± 15%. (Gandasoebrata R, 2007)

Sumber kesalahan : a) Jumlah darah/larutan Hayem yang diisap kedalam pipet tidak tepat. b) Memakai pipet yang basah c) Berkurangnya darah dalam pipet pada waktu penghapusan darah yang melekat pada bagian luar ujung pipet. d) Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah/larutan pengencer. e) Adanya bekuan darah f) Darah tidak homogen g) Kamar hitung/kaca penutup kotor h) Ada gelembung udara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung i) Letak kaca penutup tidak tepat j) Meja mikroskop tidak datar k) Menghitung sel yang menyinggung garis batas tidak benar l) Kaca penutup bergeser karena tersebtuh oleh lensa mikroskop m) Larutan pengencer kotor n) Menghitung eritrosit tidak memakai lensa obyektif 40x sehingga kurang teliti. V. Alat dan Bahan a. Alat 1. pipet thoma eritrosit (skala 0,5-101) 2. mikroskop 3. kamar hitung (improved neubaure) 4. cover glass 6. counter tally b. Bahan Larutan hayem dengan komposisi: - HgCl2 0,25 ml - NaCl 0,50 ml - NaSO4 2,50 ml - aquadest 100 ml Darah EDTA Tissue Aquadest

VI. Cara Kerja 1. Kamar hitung improved neubauer disiapkan di bawah mikroskop dan di tutup dengan cover glass 2. Dihisap sampel darah dengan pipet pengencer thoma hingga tanda 0,5. Kemudian disusul dengan larutan pengencer hayem hingga tanda 101 3. Dikocok pipet pengencer dengan memebentuk angka delapan. 4. Tiga tetes pertama dibuang kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan berikutnya secukupnya 5. Dibiarkan beberapa menit agar sel darah mengendap 6. Dilakukan perhitungan sel dalam kamar hitung pada kotak persegi tengah dengan kode ABCDE 7. Dihitung jumlah eritrosit ( JE = 10.000 N/cmm) VII. Nilai Rujukan NILAI NORMAL HITUNG ERITROSIT Bayi 3,8-6,1 juta sel/mm 3 Anak 3,6-4,8 juta sel/mm 3 Wanita Dewasa 4,0 5,5 juta sel/mm 3 Pria Dewasa 4,5 6,2 juta sel/mm 3 (Chernecky CC & Berger BJ : 2008)

DAFTAR PUSTAKA Brown B. 1993. Hematology: Principles and Procedures, 6 th ed. America: Lea & Febiger. 119-20, 350-55. Chernecky CC & Berger BJ.2008. Laboratory Test and Diagnostic Procedures 5 th Edition. Saunder: Elsevier Depkes RI. 1989. Hematologi. Pusdiknes Depkes RI: Jakarta Gandasoebrata. 2007. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik.J akarta: Dian Rakyat. 21-33. Perkins S.L. 2003. Anemia: Examination of the Blood and Bone Marrow. In Greer,P.J., Foerster J., Lukens N.J., Rodgers M.G., Paraskevas F., Glader B. Editors:Wintrobe s Clinical Hematology. Volume 1A. 11 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins. P: 3-21 Widmann, FK. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi ke-9, Jakarta: EGC