Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA SKRIPSI

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

BAB II LANDASAN TEORI. Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan

PUBLIC SPEAKING. Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker.

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. a. Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS

BAB V PEMBAHASAN. berbicara melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Peningkatan. Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan,

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aenurohmah, 2015

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBINAAN PROGRAM STUDI TAHUN ANGGARAN 2011

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Membaca Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Tinauka

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

Transkripsi:

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara Sitti Musdalifah DB Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar sittimusdalifahdb@gmail.com Abstrak Tujuan penulisan ini untuk mengetahui keterampilan dalam berbicara, mengetahui faktorfaktor penunjang dalam keterampilan berbicara, serta mengetahui metode dan tekhnik dalam berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berbicara. Keywords: kemampuan berbicara, faktor-faktor, strategi, metode dan tekhnik. A. Pendahuluan Pada era globalisasi seperti sekarang ini komunikasi menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi yaitu berbicara itu sendiri merupakan cara manusia untuk mengutarakan maksud dan tujuan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Kemampuan dalam berbicara tentunya dapat ditingkatkan dengan cara tertentu. Kemampuan berbicara yang baik pula, dapat menunjang kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.

B. Pembahasan 1. Pengertian kemampuan berbicara Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan, 1981:15). Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia sedang mengkomunikasikan gagasan gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave dalam Tarigan, 1981:4-5). Linguis (dalam Tarigan, 1981: 3-4) mengatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Arsjad dan Mukti U. S. 4 (1993:23) mengemukakan bahwa Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika berbicara, presentasi, menyampaikan pendapat, berdebat, atau kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang

disampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan dalam berbicara (Apriawan. 2007). Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan kepada pendengar. pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, danpenempatan persendian (juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerakan tangan dan mimik pembicaraan (Arsjad dan Mukti, 2006: 17). Menurut Knower (dalam Tarigan, 1981 : 17-18) seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pikiran atau pendapat kepada orang lain,diantaranya : 1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu : suatu pikiran (a thought). 2. Sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi katakata. 3. Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. 4. Sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang diperhatikan dan dibaca melalui mata. 1.1.Tujuan berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau

reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi. 1.2. Pentingnya kemampuan berbicara Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa akan dapat menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar (1992 dalam Fatmawati 1997:51) mengemukakan bahwa : a. diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung perasaan lawan bicara. b. mempunyai banyak sahabat sebab dapat berkomunikasi dengan baik dan menarik c. dapat menyumbangkan fikiran yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya menyampaikan gagasan dan cara pemecahannya. d. mempunyai kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan berbicara dengan orang yang dipimpinnya. e. mempunyai peluang yang lebih sukses dalam mencari ilmu dan memberikan ilmu kepada orang lain.

f. mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang ada kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara atau berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari,maka kemampuan berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian, kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil berbicara sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak. 1.3.Tes kemampuan berbicara Ahmad Rofi uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:169-171) mengemukakan bahwa secara umum, bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berbicara adalah tes subjektif yang berisi perintah untuk melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang dapat digunakan antara lain: 1. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan rangkaian gambar. 2. Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang sudah cukup memadahi. 3. Bercerita, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik tertentu). 4. Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik tertentu. 5. Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat dan membuat kalimat. Selanjutnya, Puji Santoso, dkk (2006: 7.19-7.24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai aatau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons terbatas, tes terpandu dan tes wawancara. a. Tes Respons Terbatas Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara secara terbatas atau secara singkat. Tes jenis ini mencakup beberapa macam tes, yaitu: 1. Tes respons terarah. Tes ini dilakukan dengan cara meminta menirukan isyarat (cue) yang disampaikan.

2. Tes isyarat atau penanda gambar. Tes ini menggunakan gambar sebagai sarana untuk mengukur kemampuan berbicara. 3. Tes berbicara nyaring. Tes ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membaca dengan bersuara kalimat atau paragraf yang disediakan oleh guru. b. Tes Terpandu Tes ini dilakukan dengan cara memberikan panduan untuk mendorong menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran terpandu. c. Tes Wawancara Tes wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai dan meminta untuk bersikap wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar. 1.4. Aspek kemampuan berbicara Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, selain harus memberikan kesan yang baik, penguasaan berbicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta berbicara dengan jelas dan tegas. (Arsyad dan Mukti 1988:103) aspek-aspek keefektifan berbieara diantaranya adalah aspek-aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan itu antara lain, ketepatan sasaran, ketepatan berbicara, penenpatan tekanan pembicaraan atau perwakilan kalimat. Aspek kebahasaan yaitu sikap yang wajar, pandangan, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik, kenyaringan suara, relevansi dan penguasaan topik. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berbicara antara lain: a. Ketepatan Pengucapan Ketepatan pengucapan merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa yang meliputi artikulasi yaitu bagairnana posisi alat bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Kemampuan pengucapan atau pelafalan terdiri dari keterampilan untuk mengucapkan bunyi segmental yakni vokal dan konsonan dan bunyibunyi supramental berupa tekanan dan intonasinya. (Datmodiharjo, 1982:48) menyatakan bahwa pengucapan bahasa dianggap baik diantara kalimat-

kalimatnya fungsional nada dan situasional sesuai dengan jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, keteapatan pelafalan bunyibunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat serta tekanan kata-kata maupun kalimat dengan jelas dan pasti. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengucapan lagu bahasa dianggap baik apabila kalimatkalimat yang diucapkan berfungsi nadanya sesuai dengan situasinys, tekanan jeda juga harus tepat. (Muhajir, 1975:29) mengemukakan bahwa kesalahan dalam mengucapkan konsonan dan vokal akan lain pula artinya apa yang dikatakan pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu; berbeda. b. Kemampuan Gramatikal Kemampuan gramatikal adalah merupakan kemampuan untuk menguasai tata bahasa yang berlaku dalam bahasa tersebut. Kemampuan tata bahasa antara lain adalah kemampuan dalam struktur kata dan menyusunnya dalam bentuk struktur kalimat yang benar. Pembicara yang baik harus menggunakan kalimat yang efektif untuk mempermudah pendengar menangkap isi pembicaraan. Menyusun dan menggunakan kalimat efektif harus langsung mengenai sasaran sehingga mampu meninbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau akibat bagi pendengarnya. Dalam membaca kemampuan gramatikal sangat penting dikuasai seperti kemampuan memahami makna kata, kemampuan memahami kalimat dan lain sebagainya. c. Pembendaharaan Kata Pembendaharaan kata merupakan kesanggupan seseorang untuk mengartikan kata-kata dalam bahasa yang memungkinkan seseorang tersebut memahami pembicaraan orang lain. (Darmaji, 1985:26) menyatakan bahwa kemampuan seseorang mengartikan kata-kata dalam bahasa akan memberikan peluang untuk mengerti dan menggunakan bahasa walaupun secara bahasa jalan. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa bagi seseorang yang memiliki banyak pengertian dari kata-kata bahasa walaupun bersifat pasif, dalam arti kurang

menggunakan kaidah yang tepat. Dengan demikian penggunaan kosa kata sangat penting bagi seseorang untuk mampu berbicara. d. Kelancaran Berbicara Kelancaran berbicara seseorang berhubungan langsung dengan bunyi ataupun ujaran. Orang yang dilatih dengan baik akan mampu berbicara dengan cepat dan tepat sehingga mereka akan lancar berbicaranya. Samsuri, (1991:97) mengatakan bahwa orang yang terlatih dalam ilmu bunyi mempunyai pengetahuan dan kemahiran menganalisis dan menghasillcan tiap bunyi bahasa karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi peralatan ujar. Iapun dapat menguraikan dengan setepattepatnya dan sesederhana pembentukan bunyi bahasa sehingga ia sendiri maupun siapa saja yang trelatih dalam ilmu bunyi dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu dengan baik atau betulmenggunakan alat-alat ucapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kefasehan seseorang mengucapkan kata-kata dalam bahasa akan memperlancar orang tersebut untuk berbicara dalam menyampaikan gagasa.n, fikiran, ide, dan juga perasaannya. e. Penguasaan Topik Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberaian kelancaraai. Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting bahkan. merupakan faktor utama dala.m berbicara; penguasaan topik berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas maka dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang disajikan. 1.5. Faktor penunjang keefektifan berbicara Agar dapat menyampaikan informasi secara efektif sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraanya, juga harus dapat mengevaluasi efek

komunitasnya terhadap pendengar. Jadi bukan hanya apa yang akan dibicarakan tetapi bagaimana mengemukakannya yang meliputi masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Seseorang yang berbicara di depan orang lain, belum tentu lancar seperti yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu diajarkan kepada siswa agar siswa mempunyai keefektifan kemampuan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor penunjang keefektifan berbicara menurut Arsyad (2005: 17-22) diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Faktor kebahasaan Yang termasuk faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara yaitu: a. Ketepatan Ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi yang sesuai Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadangkadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada,

sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. c. Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran, sehingga mampu meninggalkan kesan, menimbulkan pengaruh atau menimbulkan akibat. d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. 2. Faktor nonkebahasaan Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah: a. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku Dengan penguasaan materi yang baik setidaknya akan dapat menghilangkan kegugupan dan pembicara dapat bersikap wajar, tenang dan tidak kaku. Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukan otoritas dan intergritas dirinya. Sebaiknya latihan sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara. b. Pandangan Harus Diarahkan ke Lawan Bicara Dengan sikap ini pembicara melibatkan pada semua pendengar, pandangan yang tertuju pada satu arah saja akan menimbulkan pendengar kurang memperhatikan. Untuk itu pendengar dan pembicara saling berkaitan dalam kegiatan berbicara.

c. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, mau menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru. d. Gerak-Gerik Mimik yang Tepat Hal ini dapat menunjang keefektifan berbicara yang dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. e. Kenyaringan Suara Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan suara, pendengar dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicara. f. Kelancaran Bila seorang pembicara lancar berbicara memudahkan penerimaan isi pembicaraannya. g. Relevansi atau Penalaran Gagasan demi gagasan harus berhubungan secara logis. Dengan begitu hubungan kalimat dengan kalimat harus berhubungan dengan topik pembicaraan. h. Penguasaan Topik Tujuan penguasaan topik untuk menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat penting sebagai faktor utama dalam berbicara. 2. Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga dengan strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29). Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yaitu: 1) Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point). 2) Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh: mesjid

3) Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal. 4) Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh: menggunakan bahasa yang sopan kepada orang yang lebih tua. 5) Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan. Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran Asisten dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998; Pusat Linguistik Terapan) adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan minimal tanggapan Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran.. tanggapan tersebut dapat sangat berguna untuk pemula. Tanggapan Minimal dapat diprediksi bahwa peserta percakapan digunakan untuk menunjukkan pemahaman, perjanjian, keraguan, dan tanggapan lain untuk apa yang dikatakan pembicara lain. Memiliki stok tanggapan tersebut memungkinkan pelajar untuk fokus pada apa peserta lain katakan, tanpa harus secara simultan rencana tanggapan. 2) Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa Bahasa peserta didik sering terlalu malu atau malu untuk mengatakan sesuatu ketika mereka tidak mengerti pembicara lain atau ketika mereka menyadari bahwa mitra percakapan tidak mengerti mereka. Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek pemahaman. Dengan mendorong siswa untuk menggunakan frase klarifikasi di kelas saat terjadi kesalahpahaman, dan dengan menanggapi positif ketika mereka melakukannya, guru dapat menciptakan lingkungan praktek otentik di dalam kelas itu sendiri. Ketika mereka mengembangkan kontrol dari strategi berbagai klarifikasi, siswa

akan mendapatkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk mengelola berbagai situasi komunikasi yang mungkin mereka hadapi di luar kelas. Setelah mengetahui langkah-langkah atau strategi dalam meningkatkan kemampuan berbicara, maka kemampuan berbicara diharapkan dapat meningkat. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kemampuan berbicara yang baik dapat menunjang segala aktifitas yang ada, contohnya: a. Sebagai calon guru tentunya harus memiliki kemampuan berbicara yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan dengan baik. b. Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan sang partisipan harus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik. Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak untuk berargumen yang didukung dengan kemampuan berbicara yang baik. c. Pada situasi wawancara, kemampuan berbicara yang baik tentu diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam wawancara. Dari ketiga contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara yang baik sangat penting dalam setiap situasi tertentu. 2.1. Metode dan Teknik Pembelajaran Berbicara a. Metode Pembelajaran Berbicara Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hamalik. 2001). Dengan metode menceritakan kembali kemampuan berbicara di kelas dapat dikembangkan dengan daya berpikirnya. Metode menceritakan kembali yang akan peneliti gunakan adalah menceritakan kembali sebuah dongeng. Dalam penilaian menceritakan kembali, untuk bukti bahwa siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila yang bersangkutan dapat menceritakan isi bacaan itu kembali. Menurut Kabayashi (dalam Tarigan, 1981: 151-160), untuk dapat memahami dan menceritakan kembali isi bacaan, maka pembaca harus dapat memilih dan menetapkan:

1) Kata Kunci Suatu bacaan dapat diutarakan kembali dengan bantuan sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bacaan tersebut. Pembaca harus tepat memilih kata mana yang merupakan kata kunci. 2) Kalimat Topik Suatu bacaan yang panjang dapat disingkat dengan cara mengambil kalimat topik setiap paragraf. 3) Menjawab Pertanyaan Bacaan dapat diringkas isinya melalui pengajuan pertanyaan yang jawabnya dicari melalui pembacaan wacana cerpen. 4) Menyusun Struktur Bahan bacaan pun dapat disingkat dengan cara menyusun gambar skematis, rangkuman dalam bentuk diagram atau sejenisnya. Hal ini dikenal dengan istilah the structure of knowledge. Prinsip yang terkandung dalam the structure of knowledge ialah inti sari, sedikit tetapi berarti banyak atau butir-butir penting. Karena yang diingat atau dihafal itu benarbenar inti sari dari bahan pelajaran. b. Teknik Pembelajaran Berbicara Teknik ialah cara yang lebih khusus atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran dalam aspek berbahasa. Wujudnya adalah dalam bentuk aktivitas, strategi atau taktik, dan bahan atau alat yang berkaitan untuk menyokongnya. Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 1995). Teknik merupakan suatu kait, siasat, atau peneuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Perkembangan teknik lisan seringkali lebih cepat dibandingkan dengan teknik pengajaran menulis, menyimak, dan membaca. Oleh karena itu, pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai dan memulih strategi-strategi yangmemberikan peluang paling banyak bagi para peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, perkembangan teknik lisan seringkali lebih cepat dibandingkan dengan teknik pengajaran menulis, menyimak, dan membaca.

Ada berbagai aneka teknik pembelajaran berbicara dalam proses belajar mengajar bahasa, antara lain yaitu teknik bermain peran, teknik cerita berantai, teknik berdiskusi, dan teknik menceritakan kembali. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah Teknik menceritakan kembali. Teknik menceritakan kembali yaitu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan melatih keberanian siswa berbicara di depan kelas. Dalam penelitian ini teknik menceritakan kembali yang digunakan berupa menceritakan sebuah dongeng sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Simpulan dan saran A. Simpulan Berbicara merupakan suatu cara manusia berkomunikasi, dimana menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh manusia umumnya. Berbicara adalah suatu cara manusia mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan. Dalam meningkatkan kemampuan berbicara, diperlukan adanya metode, tekhnik, faktor penunjang dan strategi-strategi yang mendukung. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Meningkatkan kemampuan berbicara sangatlah penting dalam menunjang setiap aktifitas yang ada. Kemampuan berbicara yang baik tentu akan mendukung kesempurnaan aktivitas tertentu. B. Saran Penulis menyarankan agar siswa dapat menerapkan dan memahami hal-hal dalam berbicara. Serta menerapkan teknik dan metode dalam kegiatan berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara lebih baik.

Daftar Pustaka Animous.2016. pengertiankemampuanberbicara http://pengertianmenurut.blogspot.co.i d/2016/02/pengertian-kemampuan-berbicara-menurut.html. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul 08.00 WITA Animous.2013. pengertiantujuandanteskemampuanberbicara http://www.kajianpustaka. com/2013/06/pengertian-tujuan-dan-tes-kemampuan.html. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul 08.30. Animous.2014. pengertianberbicaramenurutparaahli http://www.trigonalmedia.com/20 14/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.htm. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul 09.00 Animous. 2013. kemampuanberbicara http://www.katailmu.com/2013/03/kemampuanberbicara.html. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul 09.20 Hasanah,khaika.2016. strategimeningkatkankemampuanberbicara http://khaikahasanah blogspot.co.id/2016/10/makalah-strategimeningkatkankemampuan.htm.diakses pada tanggal 1 Mei pukul 09.35