nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita.

dokumen-dokumen yang mirip
Tonsilofaringitis Akut

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG


aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB II TINJUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB III ANALISA KASUS

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI PADA AN. H DENGAN TONSILITIS FARINGITIS AKUT DI RUANG EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. MORBILI

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin NurF

BAB II KONSEP DASAR A.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

CA TONSIL 1. DEFINISI CA TONSIL

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

PENGELOLAAN NYERI PADA An. E DENGAN POST OP TONSILEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB III RESUME KEPERAWATAN

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

Informasi penyakit ISPA

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

ASUHAN KEPERAWATAN. Latar belakang pendidikan. : Perumahan Pantai Perak gang 3 no 21 Semarang. Tanggal masuk RS : 6 September 2013 Diagnosa medis

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

Transkripsi:

LP FARINGITIS AKUT A. DEFINISI Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com). Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu infeksi akut pada faring termasuk tonsilitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan sstruktur lain dan sekitarnya. Karena letaknya yang dekat dengan hidung dan tonsil, ditandai dengan keluhan nyeri tenggorokan. Faringitis streptokokus beta hemolitikus group A (SBHGA) adalah infeksi akut nasofaring oleh SBHGA. B. ETIOLOGI Bakteri dan virus merupakan penyebab faringitis dan virus merupakan penyebab terbanyak seperti : 1. Virus epstein bart (epsten barr virus, ebv) disertai dengan gejala infeksi mono nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita. 2. Infeksi virus campak 3. Cytomegalains (CMV) 4. Virus rubela 5. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan virus parainfluenza.

C. TANDA DAN GEJALA FARINGITIS AKUT Tanda dan gejala faringitis akut adalah sebagai berikut 1. awitan akut disertai mual dan muntah 2. faring hiperemisi 3. tonsil bengkak dengan eksudasi 4. kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri 5. uvula bengkak dan merah 6. ekskoriasi hidung disertai lesi impertigo sekunder 7. ruam skarlatina 8. petekie palatinummole 9. nyeri tenggorokan, nyeri tulang, sakit menelan, mulut berbau 10. demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit ditelinga) Yang disebabkan oleh virus jarang ditemukan tanda dan gejalanya yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinonorhea, batuk dan konjungtivitas, demam tidak terlalu tinggi dan sakit kepala ringan. D. PATOFISIOLOGI Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian

cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

PATHWAYS FARINGITIS AKUT: Invasi Kuman Patogen (bakteri/virus) Penyebaran limfogen Faring dan Tonsil Edema tonsil Tonsilitas akut Hipertermi Proses inflamasi Tonsil dan adenoid membesar Nyeri Telan Sulit Makan dan Minum Gangguan Menelan Nyeri Kurangnya pendengaran Obstruksi pada Tuba Bustakil Infeksi Sekunder Gangguan persepsi atau memori pendengaran Otilitas Media E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Leukosit : terjadi peningkatan 2. Hemoglobin : terjadi penurunan 3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat 4. Analisis gas darah Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi. F. PENATALAKSANAAN

1. Tata Laksana Umum a. Istrahat yang cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup b. Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi nyeri tenggorokan c. Pemberian antipiretik, dianjurkan paracetamol atau ibuprofen 2. Terapi antibiotik Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis streptokokus dan diharapkan didukung hasil rapid antigen detection test. Dan kultur positif dari usap tenggorokan. Antibiotik empiris dapat diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis steptokokus tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium. Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus) yaitu penisilin voral 15-30 mg/kgbb dibagi 2-3 dosis., selama 10 hari. G. PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin 2. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet 3. Memakai masker di kawasan yang berdebu dan berpolusi 4. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya tahan tubuh 5. Berkumur-kumur dengan air garam minimal 3-4 kali sehari 6. Mengkompres dengan air hangat pada leher 7. Istrahat dan tidur yang cukup

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Data fokus: a. Data Subjektif 1) Anak mengeluh badannya terasa panas 2) Anak mengatakan tenggorokannya sakit 3) Anak mengeluh batuk 4) Anak mengatakan tidak bisa menelan b. Data Objektif 1) Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius) 2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid 3) Nyeri tekan pada nodus limfe servikal 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring. b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring. c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum). d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan. e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN Rencana Keperawatan No Diagnosa Keperawatan NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional 1. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring Setelah dilakukan tindakanperawatan, diharapakan suhu badan pasien normal Termoregulasi (0800) Kriteria hasil : Suhu kulit normal Suhu badan 35,9 C-37,7 C - a. Kaji suhu badan setiap 2 jam. b. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat. c. Beri kompres hangat misalnya pada ketiak a. Mengetahui suhu badan anak b. Intake cairan dan nutrisi dapat membantu mempercepat dalam proses pengeluaran panas tubuh. c. Kompres hangat dapat membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat proses evaporasi. d. Berikan obat antipiretik d. Obat antipiretik dapat membantu menurunkan panas. 2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring Setelah dilakukan tindakankeperawatan, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil Anak melaporkan bahwa nyeri berkurang a. Lakukanpengkaji an nyerisecarakompre hensiftermasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi. b. Ajarkan tenta ng Tekniknon a. Mengetahui tingkat nyeritermasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas d an faktor

Anak melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi Anak mampu menggunakan metode non farmakologi untuk mengurangi nyeri. farmakologi (seperti napas dalam) c. Berikananalgetik untuk menguranginyer i d. Tingkatkan istirahat anak presipitasi b. Napas dalam merupakan salah satu relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman c. Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman d. Istirahat dapat merileksasikan sehingga dapat mengurangi nyeri 3. Ketidakefektif an bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum) Setelah dilakukan perawatan, diharapakan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil: Anak tidak batuk Anak dapat bernpas dengan lega RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit a. Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada). b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels) c. Ajarkan pada klien untuk berlatih a. Dengan mengkaji status pernafasan maka akan diketahui tingkat pernafasan dan adanya kelainan pada sistem pernafasan. b. Bunyi nafas bertambah sering terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas obstruksi.

nafas tambahan dalam dan batuk efektif. d. Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari. e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian, terapi pemberian expectorant dan broncodilatos. c. Pernafasan dalam membatu expansi paru maximal dan batuk efektif merupakan mekanisme pembersihan silla. d. Cairan terutama yang hangat membantu di dalam mengencerkan sekret (bronkadilator). e. Expectorant membantu mengurangi spasme pada bronchus sehingga pengeluaran sekret menjadi lancar. 3. Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24jam kebutuhan nutrisi pasienterpenuhi denga nkriteria hasil : a. Anak dapat menghabiskan 1 porsi makanannya. b. Berat bedan anak normal - a. Mengkaji pola makan pasien b. Memberikan makanan lunak c. Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut d. Memberikan makanan dalam porsi a. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan memudahkan menyusun rencana kegiatan. b. Mencukupi kebutuhan nutrisidan mempermudah anak untuk menelan c. Menghilangk an rasa tidak enak

kecil tapi sering pada mulut/lidah,dan dapat meningkatkan nafsu makan d. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah mual dan muntah 4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama waktu yang telah direncanakan, diharapkanpengetahua n keluarga pasien tentang imunisasi meningkat dengan kriteria hasil: - Keluarga pasien mengerti tentang penjelasan yang diberikan - Keluaga pasien tampak tenang 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anak dan penangananya 2. Beri KIE keluarga tentangcara penanganan demam pada anak seperti beri kompres hangat. 1. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anak dan penanganannya. 2. Menambah pengetahuan keluarga dan keluarga mampu memberi kompres hangat ketika dirumah

DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.