PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT EPIDERMIS BAWAH/ATAS DAUN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI DAN EMBRIOLOGI HEWAN PREPARAT SAYATAN ORGAN HEWAN. Disusun Oleh : Yulia F

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH Breynia sp DAN. KUNCUP DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI LUGOL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Usus Halus Ayam Broiler. Menggunakan Metode Paraffin

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Vili Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin

PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, selama 8 minggu.

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN. DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E)

Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film. Gambar 1 Gambar 2

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada

Transkripsi:

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN DEVI WAHYUNINGSIH 3425131060 PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat dan hidayah-nya sehingga laporan praktikum yang berjudul PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN ini dapat terselesaikan. Penyusunan laporan praktikum ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Mikroteknik Tumbuhan pada semester ganjil tahun 2016/2017 di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Biologi. Laporan ini disusun dengan mendapatkan bantuan dari pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan do a. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu dosen dan teman-teman yang selalu memberikan do a, kasih sayang, motivasi dan dukungan baik secara lahir maupun batin, dukungan moral dan materialnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada ibu Dra. Ratna Dewi W., M.Si. yang telah membantu dalam proses pemberkasan laporan serta praktikum, 2. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dan mendampingi selama ini, Penulis memahami sepenuhnya bahwa laporan ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk studi selanjutnya. Jakarta, 06 januari 2017 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR GAMBAR...iv BAB I PENDAHULUAN...5 A. Latar Belakang...5 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah...6 C. Tujuan...6 D. Manfaat...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 BAB III METODOLOGI...12 A. Tempat dan Waktu...12 B. Alat dan Bahan...12 C. Langkah kerja...12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...14 BAB V PENUTUP...17 A. Kesimpulan...17 B. Saran...17 DAFTAR PUSTAKA...18 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal, fungsi serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya, ada dua macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa. Tumbuhan monokotil melengkapi daur hidupnya hanya dengan pertumbuhan pimer saja, tetapi tumbuhan dikotil batang dan akar dapat mempertebal diri melalui proses yang disebut pertumbuhan sekunder (Sumardi, Pudjoarinto, 2002). Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sugiharto, 1989). Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tenik pembuatan sediaan secara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang dibuat berbahan dasar sel. Sel yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini. banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan ungtuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan sering kali pula dengan metode whole mount. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan (Arimurti, 2001). Metode yang paling umum digunakan untuk melihat jaringan dan sel tumbuhan adalah metode parafin dengan bahan utamanya adalah blok parafin (Djukri, 2007). Berdasarkan hal ini, maka dilakukanlah percobaan pembuatan preparat dengan menggunakan metode parafin. B. Rumusan Masalah

Bagaimana tahapan pembuatan sayatan dengan metode parafin, Belum adanya pembuatan preparat dengan metode parafin untuk pembuatan sediaan irisan jaringan tumbuhan bahan batang nangka (Artocarpus sp.) C. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum, teknik pembuatan sediaan irisan jaringan tumbuhan batang nangka (Artocarpus sp.) dengan metode parafin. D. Manfaat Praktikum Manfaat pada praktikum kali ini adalah dapat melatih kreatifitas mahasiswa untuk mampu membuat preparat bagian tumbuhan yang baik dengan menggunakan metode parafin. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Suatu organisme baik tumbuhan maupun hewan adalah suatu unit kehidupan yang lengkap. Jika terorganisasi benar maka organisme mempunyai susunan yang memiliki organ, jaringan dan sel yang fungsi dan hubungannya merupakan ciri khas suatu individu maupun spesies. Dalam bentuk kehidupan yang paling sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel. Setiap organisme hidup ataupun hasil pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting sebagai bahan mikroteknik(syahrir, 2013). Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan (lignifikasinya). Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu hal penting yaitu bahwa setiap sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut berasal dari sel, sedangkan membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada sel hewan berada sedikit di sebelah dalam (Damayanti, 2014). Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi dengan kaca penutup yang direkatkan di atas spesimen (Alyas, 2010). Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metode ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metode beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode parafin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila

menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Alyas, 2010). Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Muarib, 2012). Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Muarib, 2012). Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Alyas, 2010). Pada prinsipnya pembuatan preparat irisan terdiri atas beberapa tahap yaitu koleksi specimen, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, pengeblokan, pengirisan, penempelan, pewarnaan dan mounting. Prinsip koleksi spesimen adalah spesimen tidak mengalami kekeringan dan kerusakan sebelum difiksasi. Tujuan fiksasi adalah untuk mematikan dengan cepat spesimen yang berupa jaringan dan sel-sel juga utuk mempertahankan struktur sel dan jaringan sebagaimana aslinya. Udara dalam jaringan spesimen harus dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diganti dengan larutan fiksatif (Tianaizta, 2013). Selanjutnya dilakukan dehidrasi yaitu tahap pengeluaran air dari jaringan dengan perendaman alkohol secara bertingkat dan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian pengambilan

alkohol dilakukan dengan perendaman dalam xylol secara bertahap dengan jangka waktu tertentu. Proses penggantian larutan penjernih dengan merendam spesimen dalam parafin. Penggantian xylol dalam jaringan oleh parafin berlangsung secara berangsur-angsur. Proses penggantian ini berlangsung di dalam oven sehingga xylol tidak menguap dan parafin tidak membeku. Temperatur oven lebih tinggi sedikit di atas titik cair parafin (Alfiandri, 2013). Selanjutnya dilakukan pengeblokan atau embedding, pengeblokan ini menggunakan kotak atau takir yang dibuat dari kertas kalender. Pada saat pengeblokan specimen diletakkan sesuai posisi yang diinginkan. Setelah itu parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka dilakukan pengirisan, pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan ukuran 10 mikron sampai 14 mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita. Pemindahan irisan menggunakan kuas kecil yang telah dibasahi ujungnya dengan air (Alfiandri, 2013). Penempelan menggunakan perekat haupt kemudian disimpan dalam kotak pengering. Selanjutnya akan dilakukan pewarnaan dan mounting. Dalam proses pewarnaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jika terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau bahkan terlalu gelap. Selanjutnya dilakukan mounting dengan ditetesi balsam kanada sehingga irisan akan tetap awet dengan struktur sel serta jaringan (Alfiandri, 2013). Proses penempelan spesimen ke kaca benda tidak benar-benar melekat sehingga saat pewarnaan spesimen ada yang lepas. Agar spesimen dapat menempel sempurna pada kaca benda dibutuhkan tenggat waktu yang cepat antara peletakkan spesimen pada kaca benda yang telah diberi pelekat Haupt. Setelah benar-benar melekat di kaca benda maka irisan yang berada di kaca benda dipanaskan di atas lampu spiritus untuk lebih memaksimalkan perlekatannya (Alfiandri, 2013). Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel dapat menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat akar inisel dalam jaringan tidak terwarnai. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk pemberian warnanya terlalu singkat sehingga zat warna belum terserap sempurna oleh jaringan. Pewarna yang diberikan pada irisan dalam jangka waktu tertentu, kurang atau lebih waktu yang digunakan menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau terlalu gelap. Sedangkan hasil preparat yang tidak utuh dapat disebabkan oleh suhu sekitar ruangan yang kurang mendukung saat dilakukan

pengirisan selain itu masih tersisanya air atau alkohol dalam jaringan juga dapat menyulitkan dalam pengirisan (Alfiandri, 2013). Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagian yang sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa mikrotom menggunakan pisau baja dan digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan atau tumbuhan dalam histologi. Mikrotom tangan merupakan mikrotom dengan bentuk paling sederhana. Alat ini biasa digunakan di laboratorium sekolah untuk membuat sayatan spesimen yang tipis sekali. Alat ini terbuat dari logam berbentuk seperti klos benang yang berongga di tengah. Di dalam rongga terdapat sebuah ulir yang bagian atasnya rata dan bagian bawahnya melekat atau bersatu dengan dasar alat itu. Bila dasar alat itu diputar dari kiri atau ke kanan, maka bidang ulir bagian atas yang rata itu akan bergerak ke atas atau ke bawah dengan interval 20 tiap putaran. Rongga tersebut adalah tempat untuk meletakkan benda yang akan disayat tipis, biasanya dibalut lilin atau gabus (Damayanti, 2014).

BAB III MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum Mikroteknik Tumbuhan dilaksanakan pada bulan November-desember 2016 sampai selesai. Bertempat di ruang Laboratorium Biologi Umum, Universitas Negeri Jakarta. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet yang tajam, botol film 10 ml (2 buah), gelas ukur, gelas beker, cawan petri, jam tangan, oven, serbet, pinset, kotak parafin, freezer, gelas objek, tempat untuk pewarnaan/staining jar, botol-botol tempat bahan kimia, mikrotom, meja pemanasan/hot plate Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang nangka (Artocarpus sp.), larutan fiksasi seperti FAA, alkohol bertingkat, xylol, parafin, zat warna untuk pewarnaan seperti safranin 1%, Parafin blok, C. Langkah Kerja Menyiapkan sampel tumbuhan berupa batang tua nangka (Artocarpus sp.), kemudian dipotong-potong hinngga menjadi potongan kecil yang berukuran 0,5 cm, selanjutnya dimasukkan dalam botol film. Lalu Difiksasi potongan tumbuhan dengan larutan FAA selama 1 minggu. Dibuang larutan FAA, kemudian diganti dengan alkohol 70% dan larutan safranin selama 1 minggu. Didehidrasi potongan batang nangka dalam larutan alkohol bertingkat, mulai alkohol 85%, 90%, 100% masing-masing selama 1jam. Didehidrasi potongan batang nangka dalam larutan alkohol 100% : xilol (1:1) selama 1jam. Didehidrasi potongan batang nangka dalam laruitan xilol murni selama 1 jam. Diinfilatrasi potongan batang nangka dalam larutan parafin:xilol (9:1) selama 1 jam. Diinfiltrasi batang nangka dengan larutan parafin murni dalam oven dengan suhu 50-60ºC selama 24 jam. Dimasukkan potongan batang nangka kedalam block parafin kemudian dituang parafin cair kedalamnya, disimpan dalam suhu kamar hingga mengeras. Dikeluarkan block parafin dari dalam kotak kemudian ditempelkan pada holder. Dipotong cetakan parafin dengan silet yang tajam. Direkatkan pita jaringan di atas gelas objek

yang sebelumnya telah diolesi albumin:aquadest (1:1), dipanaskan lembaran pita jaringan di atas hot plate hingga parafin mencair. Gambar 1. batang nangka yang direndam FAA (a) dan batang nangka yang direndam alkohol + b. safranin (b) Gambar 2. batang nangka yang alkohol 85%, 95%, 100%, dan xilol + alkohol 100%

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini. Batang nangka adalah salah satu tumbuhan yang jaringannya dapat digunakan sebagai preparat untuk mengenali struktur dari bagian bagian tumbuhan. Pada praktikum kali ini digunakan batang nangka. Pertama-tama batang nangka dipotong-potong hingga menjadi potongan kecil, lalu dimasukkan dalam botol film. Kemudian difiksasi potongan tumbuhan dengan larutan FAA selama 1 minggu. Dibuang larutan FAA, kemudian diganti dengan larutan safranin dan alkohol 70% selama 1minggu. Selanjutnya didehidrasi potongan batang nangka dalam larutan alkohol bertingkat, mulai alkohol 85%, 90%, 100% masing-masing selama 1 jam dan didehidrasi lagi dalam larutan alkohol:xilol (1:1) selama 1 jam. Didehidrasi potongan batang nangka larutan xilol murni selama 2x30 menit. Kemudian batang nangka tersebut diinfilatrasi dalam larutan parafin:xilol (9:1) selama 24 jam, lalu Diinfilatrasi potongan batang nangka dalam larutan parafin:xilol (9:1) selama 1 jam. diinfiltrasi Diinfiltrasi batang nangka dengan larutan parafin murni dalam oven dengan suhu 50-60ºC selama 24 jam. Hingga sampai proses penanaman parafin ke holder. Namun, pada praktikum ini kami tidak sampai melakukan ke tahap pemotongan yang baik, dikarenakan kemungkinan adanya kesalahan dalam saat tahapan proses perendaman, dan kemungkinan perendaman disetiap tahapan yang terlalu lama sehingga menyebabkan kerasnya potongan batang saat disayat secara manual menggunakan silet yang tajam. Dan blok parafin yang terlalu lama disimpan di dalam freezer sehingga ketika melakukan sayatan parafin bloknya hancur. Seharusnya dalam tahapan yang benear setelah proses pemotongan dengan menggunakan mikrotom, dilakukan proses pewarnaan, dimasukkan kaca objek berisi jaringan tumbuhan dalam staining jar berisi larutan xilol I, direndam selama 1 jam. Dipindahkan kaca objek berisi

jaringan kedalam staining jar berisi xilol II, direndam selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam staining jar berisi alkohol bertingkat yaitu70%, 80%, 95%, 100% dan 100% masing-masing selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam larutan safranin selama 1 jam. Dimasukkan kembali kaca objek dalam alkohol konsentrasi menurun yaitu 100%, 100%, 95%, 80%, dan 70% masing-masing selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam larutan xilol II dan xilol I masing-masing selama 3 menit. Ditutup dengan entelan. Diamati penampakan jaringan tumbuhan umbi bawang dayak di bawah mikroskop. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sediaan irisan tumbuhan ini memang cukup rumit, yaitu dengan proses dehidrasi yang berulang-ulang kali karena kandungan air dalam sel tumbuhan relatif banyak. Namun tahapan-tahapan tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu, diseksi merupakan pengambilan jaringan pada organ. Fiksasi berfungsi untuk membuang segala sesuatu yang tidak dikehendaki terbawa pada proses selanjutnya misalnya debu dan untuk memperpanjang umur sel yang digunakan. Clearing berfungsi untuk menarik dehidran dari dalam jaringan, agar nantinya dapat digantikan oleh molekul parafin. Infiltrasi merupakan usaha menyusupkan media penanaman (embedding media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran, dan bahan penjernih (clearing agent). Embedding atau penanaman merupakan proses memasukkan atau menanam jaringan ke dalam blok-blok parafin, fungsi parafin dalam proses blocking ini adalah untuk menunjang jaringan pada waktu pemotongan dengan mikrotom. Section adalah proses penyayatan mencakup berbagai cara yang akan menghasilkan sayatan tipis jaringan agar nantinya jaringan mudah diamati di bawah mikroskop. Deparafinasi merupakan proses pertama dalam pewarnaan, yaitu proses menghilangkan parafin yang terdapat di dalam jaringan. Staining bertujuan agar dapat mempertajam atau mempelajari berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop Pada praktikum kali ini digunakan beberapa larutan yang memiliki fungsi masingmasing. Alkohol bertingkat yang digunakan berfungsi sebagai larutan dehidrasi, alkohol:xilol berfungsi sebagai larutan dealkoholisasi, safranin 1% berfungsi sebagai larutan pewarna, sedangkan gliserin:albumin yang ditambah aquades berfungsi sebagai perekat.

A. kesimpulan BAB V PENUTUP Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Tidak didapatkan hasil pada praktikum ini, dikarenakan kemungkinan adanya kesalahan dalam saat tahapan proses perendaman, dan kemungkinan perendaman disetiap tahapan yang terlalu lama sehingga menyebabkan kerasnya potongan batang saat disayat secara manual menggunakan silet yang tajam. Dan blok parafin yang terlalu lama disimpan di dalam freezer sehingga ketika melakukan sayatan parafin bloknya hancur. B. saran Sebaiknya pelaksanaan tahap selanjutnya dilaksanakan secepat mungkin setelah pemotongan agar preparat tetap utuh dan tidak rusak. Serta alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini harus lebih diperhatikan. Misalnya saja, alat untuk pemotongan tidak bisa digunakan sehingga sulit untuk mendapatkan pita yang baik yang nantinya akan di lanjutkan ketahap selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Alfiandri, F., 2013. Mikroteknik Tumbuhan. http://mukegile08.wordpress.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.00 WITA, Makassar Arimurti, 2001. Laporan Praktikum Mikroteknik. Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta. Alyas, A., 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode Parafin.http://asli.tumblr.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.00 WITA, Makassar. Damayanti, L., 2014. Mikroteknik Parafin. http://lindabios.wordpress.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.30 WITA, Makassar. Djukri, 2007. Pembekalan Berwirausaha Dalam Pembuatan Preparat Awetan http://kuliahbiologi.wordpress.com/category/mikroteknik. Diakses tanggal 4 JANUARI 2017,. Muarib, M., 2012. Laporan Praktikum Batang. http://muaribmunif.blogspot.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.15 WITA, Makassar Syahrir, N.A., 2013. Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. http://arafah.sribd.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.30 WITA, Makassar. Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2004. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tianaizta, A., 2013. Preparat Tumbuhan. http://tiabiologika.blogspot.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.25 WITA, Makassar.