PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

PEMBEBANAN JALAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

ABSTRAK. Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi Wasono, ST, MT

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

Semarang, Februari 2007 Penulis

BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan III.2. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Proses Perencanaan Jembatan

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TEMPUR PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG BAWEN

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, yaitu konstruksi struktur atas dan struktur bawah jembatan. Bagianbagian

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

3.2. PENGUMPULAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN (BRIDGE DESIGN ENGINEER)

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

BAB III METODE PENELITIAN

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

BAB III METODOLOGI PENULISAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

Disusun Oleh: ADIB FAUZY L2A ERSY PERDHANA L2A Semarang, Nopember 2010 Disetujui :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III PERENCANAAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN - - TELAAH PERMASALAHAN - - INVENTARISASI KEB. DATA PENGUMPULAN DATA AWAL PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA & EVALUASI

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR RC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BIMBINGAN TEKNIK PERENCANAAN PRESERVASI JEMBATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PROSEDUR PERENCANAAN TEKNIS

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

Peningkatan arus bongkar muat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

Transkripsi:

( 8 ) PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN Januari 2009 D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544-7247283 Jkt 12110

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN A. Maksud Dokumen ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis agar pelaksanaan pekerjaan perencanaan struktur jembatan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar persyaratan teknis. B. Maksud Dengan adanya pedoman ini diharapkan pelaksanaan pekerjaan jembatan mulai dari tahap perencanaan struktur jembatan sampai pada tahap pembangunan jembatan dapat berlangsung sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang akan dijelaskan dalam dokumen ini meliputi : 1) Ketentuan umum dan teknis perencanaan teknis jembatan. 2) Tahapan perencanaan teknis jembatan : a. Perencanaan struktur atas b. Perencanaan struktur bawah dan pondasi c. Perencanaan bangunan pelengkap D. Pihak Terkait/Terlibat 1. Pemberi Tugas 2. Penyedia Jasa a. Ketua Tim b. Ahli Teknik Jalan Raya c. Ahli Struktur/Teknik Jembatan d. Ahli Geodesi e. Ahli Geoteknik f. Ahli Hidrologi 8-1/12

g. Ahli Struktur Beton dan Ahli Struktur Baja h. Ahli Pondasi i. Ahli Kuantiti dan Anggaran Biaya j. Ahli Spesifikasi Teknik E. Prinsip Perencanaan Teknis Jembatan 1. Perencana harus berpengalaman dan kompeten dibidang perencanaan jembatan, dibuktikan dengan sertifikasi keahlian yang diterbitkan oleh organisasi atau lembaga yang berwenang dan terakreditasi. 2. Perencana harus bertanggungjawab penuh pada hasil perencanaannya, termasuk apabila menggunakan produk standar suatu komponen struktur jembatan yang dibuat pihak lain, kecuali bila dapat menunjukkan sertifikat kelayakan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang di bidang jembatan untuk komponen tersebut. Pertanggungjawaban harus dinyatakan dengan cara menandatangani setiap lembar gambar rencana dan setiap dokumen pelaporan perhitungan atau analisis yang mendukungnya. 3. Hasil perencanaan dan perhitungan harus disetujui dan disahkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah. Bila perlu dapat dimintakan untuk diteliti banding atau diverifikasi oleh pihak ketiga yang independen, sebelum dilakukan persetujuan dan pengesahan oleh instansi yang berkompeten. 4. Perencana harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kriteria perencanaan. 5. Perencanaan harus memperhatikan rencana tata guna lahan di lokasi rencana jembatan, beserta kendala alinyemen dan kendala lintasan di bawahnya, agar didapat suatu hasil rancangan geometrik, bentuk dan cara pelaksanaan konstruksi yang optimal. 6. Perencanaan harus berdasarkan hasil survey dan penyelidikan, yang memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, dan kondisi teknis lainnya yang mendasari kriteria perencanaan. 7. Perencanaan harus memperhatikan ketersediaan material dan peralatan di sekitar lokasi jembatan agar diperoleh rancangan jembatan yang praktis dan ekonomis. 8-2/12

F. Pokok-Pokok Perencanaan Perencanaan jembatan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural yang diijinkan, yaitu Rencana Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas (Limit State). Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat untuk suatu lokasi tertentu adalah yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan berikut ini: 1. Kekuatan dan stabilitas struktur 2. Kenyamanan bagi pengguna jembatan 3. Ekonomis 4. Keawetan dan kelayakan jangka panjang 5. Kemudahan pemeliharaan 6. Estetika 7. Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal Untuk memenuhi pokok-pokok perencanaan tersebut, persyaratan dalam perencanaan harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan Peraturan perencanaan Jembatan BMS 92 sebagai berikut: 1. Persyaratan umum perencanaan 2. Persyaratan Analisa Struktur 3. Persyaratan Perencanaan Pondasi 4. Persyaratan Perencanaan Elemen Struktur Jembatan Agar tingkat standar kualitas perencanaan tertentu sesuai persyaratan dapat dicapai, maka panduan atau Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS 92 harus menjadi pegangan dalam menetapkan 1. Metodologi Perencanaan 2. Pemilihan dan Perencanaan Struktur Jembatan 3. Perencanaan Elemen Struktur Jembatan 4. Perencanaan Pondasi, Dinding Penahan Tanah dan Slope Protection 5. Dan lain sebagainya 8-3/12

G. Kriteria Perencanaan 1. Peraturan-peraturan yang dipergunakan 2. Mutu material yang dipergunakan 3. Metode dan asumsi pada perhitungan 4. Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur atas, struktur bawah dan pondasi 5. Metode pengumpulan data lapangan 6. Program komputer yang dipergunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentuk bench mark terhadap contoh studi 7. Metode pengujian pondasi H. Peraturan yang digunakan 1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92 b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS 92 c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI (Design Standard of Earthquake Resistance of Bridges) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya (SK.SNI T-14-1990-0.3) Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4 Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4 2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003) b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM/1997 c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda Analisa Komponen SNI 1732-1989-F 8-4/12

3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan a. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum I. Pembebanan jembatan Beban-beban harus direncanakan berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92, dan harus merupakan kombinasi dari 1. Beban berat sendiri 2. Beban mati tambahan 3. Beban hidup 4. Beban sementara 5. Beban-beban sekunder J. Analisa Struktur 1. Perencanaan struktur jembatan harus didasarkan pada Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas. 2. Analisis mencakup idealisasi struktur dan pondasi pada aksi beban rencana sebagai suatu model numerik. Dari model tersebut gaya dalam dan deformasi serta stabilitas keseluruhan struktur dapat dihitung. Pendekatan analisis dapat menggunakan paket software struktur komersil yang mana terlebih dahulu dilakukan validasi dengan menggunakan contoh-contoh yang diketahui (dapat menggunakan contoh dari text book) dan dilakukan pengecekan secara manual untuk menyakinkan keakuratan hasil analisis. 3. Untuk analisis struktur jembatan dapat dilakukan dengan pendekatan: (1) Linear Elastik, (2) Linear Dinamik, (3) Non-linear elastic, (4) Response Spectrum, (5) Time History Analysis atau (6) pendekatan Plastisitas. Penggunaan pendekatan analisis plastis harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. Khusus untuk jembatan bersifat fleksibel seperti jembatan gantung pejalan kaki, analisis terhadap aeroelastik perlu dilakukan. 8-5/12

4. Penentuan kapasitas penampang dari elemen struktur jembatan dapat menggunakan paket software komersil yang memiliki kemampuan pengecekan terhadap parameter design sesuai dengan peraturan perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92. Penggunaan paket software dengan standard selain Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92 harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. K. Tahapan Perencanaan Teknis Jembatan 1. Pengumpulan dan Analisa Data Lapangan a. Survey pendahuluan (mengacu kepada POS Survey Pendahuluan) b. Survey lalu lintas (mengacu kepada POS Survey Lalu Lintas) c. Pengukuran Geodesi (mengacu kepada POS Survey Geodesi) d. Penyelidikan geoteknik/geologi (mengacu kepada POS Survey Geoteknik) e. Survey hidrologi (mengacu kepada POS Survey Hidrologi) 2. Perencanaan Geometri dan alinyemen jembatan a. Kendala alinyemen horisontal dan vertikal b. Kendala geoteknik c. Profil topografi d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut e. Tinggi permukaan air laut f. Kebutuhan tinggi bebas vertikal 3. Penentuan bentang dan lebar jembatan a. Profil topografi b. Kendala banjir tertinggi 50 tahun terakhir c. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan) d. Faktor ekonomis e. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survey lalu lintas f. Prediksi lalu lintas masa depan g. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan datang 8-6/12

4. Pemilihan bentuk struktur jembatan a. Kendala geometri b. Kendala material dan ketersediaannya. c. Kecepatan pelaksanaan d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan e. Pemeliharaan jembatan f. Biaya konstruksi 5. Perencanaan struktur atas jembatan Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturanaturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92 atau peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini: a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada komponen struktur jembatan. b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/ peraturan yang disebut diatas dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih. c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan. d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial. 8-7/12

6. Perencanaan struktur bawah jembatan Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air, gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah. b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan material yang digunakan. c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil di dalam modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998 Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan. d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di dalam perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas. e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti. f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah air yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material. 8-8/12

7. Perencanaan pondasi jembatan Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan. b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis : 1) Pondasi dangkal/pondasi telapak 2) Pondasi caisson 3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction) 4) Pondasi Tiang Bor 5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan adalah 1) Pembebanan dari struktur jembatan 2) Daya dukung pondasi yang dibutuhkan 3) Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan 4) Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan 5) Tersedianya alat berat dan material pondasi 6) Stabilitas tanah yang mendukung pondasi 7) Kedalaman permukaan air tanah 8) Perilaku aliran air tanah 9) Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi 10) Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan pondasi 8-9/12

d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral, dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman sebelumnya. 8. Perencanaan jalan pendekat a. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak harus memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan. Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan maka harus diperhatikan potensi penurunan jangka panjang dari lapisan tanah pendukung/atau urugan tanah yang menjadi tumpuan perkerasan jalan pendekat. b. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan tanah. c. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang telah dijelaskan pada bagian VIII.2. 9. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman a. Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan di dalam acuan: Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B b. Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi: Rambu dan marka pada jembatan Pagar pengaman jembatan Lampu penerangan pada jembatan Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk menghindari tumbukan langsung dengan pilar jembatan (seperti fender pengaman atau sejenisnya) 8-10/12

10. Penggambaran Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan dokumen perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan dalam format A3 untuk dokumen lelang dan Format A1 untuk keperluan kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Gambar rencana harus terdiri dari urutan sebagai berikut: a. Sampul luar dan sampul dalam b. Daftar isi c. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting dan petunjuk arah utara mata angin d. Daftar simbol (legenda) dan singkatan e. Daftar rangkuman volume pekerjaan f. Potongan memanjang, potongan melintang dan denah jembatan dengan skala 1:100 g. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan, struktur atas, struktur bawah dan pondasi jembatan h. Gambar standar 11. Spesifikasi Teknik Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan secara rinci metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material yang digunakan. 12. Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya Penyusunan jenis item pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, perhitungan volume pekerjaan harus dilakukan secara rinci berdasarkan daftar item pekerjaan yang dibuat sesuai dengan gambar rencana dan tabel perhitungan harus mencakup semua jenis pekerjaan. 13. Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang a. Dokumen Lelang Bab I : Instruksi Kepada Peserta Lelang 8-11/12

Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII : Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Perjanjian : Syarat-syarat Kontrak : Data Kontrak : Spesifikasi : Gambar - gambar : Daftar Kuantitas : Bentuk - Bentuk Jaminan b. Pelaporan Laporan-laporan yang harus dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis jembatan adalah sebagai berikut : 1) Laporan Bulanan. 2) Laporan Antara, antara lain berisi a). Laporan Survey Pendahuluan b). Laporan Survey Topografi/Geodesi c). Laporan Survey Geoteknik d). Laporan Survey Hidrologi e). Laporan Survey Lingkungan 3) Laporan Draft Awal 4) Laporan Akhir, termasuk di dalamnya adalah dokumen lelang 8-12/12