Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol. 2 No PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

PERSONAL HYGIENE SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI JATINANGOR. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

6

Jurnal Care Vol.5, No.3,Tahun 2017 KETERKAITAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN ABSTRACT ABSTRAK

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT( ISPA ) PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sikat Gigi Bersama pada Anak SD

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

KONSEP PERSONAL HYGIENE & ASKEP

PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA KOMPAS UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

GAMBARAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SD NEGERI GEDANGANAK 02 UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

PERAWATAN GIGI SUSU PADA ANAK USIA SEKOLAH DI TAMAN GIZI ANAK SEHAT DESA GUMPANG, KARTASURA SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN TEORI. personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. dan kesehatan (Potter dan perry, 2006).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SISWA-SISWI SDN 1 SOKONG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA SKRIPSI OLEH :

HUBUNGAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN CITRA TUBUH PADA LANSIA DI DESA BEJI KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

Transkripsi:

15 PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3 Verarica Silalahi, Ronasari Mahaji Putri Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Abstrak Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Faktor yang memengaruhi personal hygiene adalah kebudayaan, agama, lingkungan, tingakatan perkembangan sesuai usia, kesehatan dan energi, serta preferensi pribadi. Mitra adalah SD Negeri Merjosari 3. Permasalahan yang dihadapi mitra adalah kurangnya pengetahuan mitra mengenai konsep personal hygiene yang baik dan benar. Selain itu, tidak adanya program UKS mengenai personal hygiene menambah kurangnya penyebarluasan informasi mengenai personal hygiene yang baik dan benar. Metode yang digunakan adalah penyuluhan yang disertai dengan demonstrasi konsep personal hygiene. Dari hasil pemeriksaan personal hygiene, didapatkan bahwa permasalahan mitra paling banyak adalah masalah gigi berlubang (63%) dan masalah kuku panjang dan/atau kotor (62%). Kegiatan selanjutnya adalah memberikan penyuluhan mengenai konsep personal hygiene yang baik dan benar. Keikutsertaan siswa terlihat dari antusias mereka ketika diberikan penyuluhan dan demonstrasi cara mencuci tangan. Kehadiran siswa dalam mengikuti penyuluhan adalah 99,49%. Kata Kunci : Personal Hygiene, Anak Sekolah Dasar Pendahuluan Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Personal hygiene mencakup perawatan kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan area genital (Kozier dan Erb, 2009; Potter dan Perry, 2006; Tarwoto dan Wartonah, 2006). Personal hygiene yang tidak baik dapat meningkatkan penyakit yang berhubungan dengan perilaku sehat dan kebersihan diri di kalangan anak sekolah, seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), cacingan, infeksi tangan mulut, campak, cacar air, gondong, infeksi mata, dan infeksi telinga (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Faktor yang memengaruhi personal hygiene adalah kebudayaan, agama, lingkungan, tingakatan perkembangan sesuai usia, kesehatan dan energi, serta preferensi pribadi (Kozier dan Erb, 2009). Manfaat personal hygiene adalah dapat mempertahankan perawatan diri, baik secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup bersih dan sehat dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kebersihan dan kesehatan, dan menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Selain itu, dapat membuat rasa nyaman dan relaksasi

16 untuk menghilangkan kelelahan, mencegah gangguan sirkulasi darah dan mempertahankan integritas jaringan. Masa sekolah tidak lepas dari masa bermain sehingga menyebabkan persoalan personal hygiene menjadi terabaikan, namun sekaligus merupakan persoalan yang paling penting untuk diperhatikan. SD Negeri Merjosari 3 beralamat di Jalan Joyo Tamansari 1 No. 252 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sekolah ini berdiri di atas lahan seluas 3.062 m 2 dengan luas bangunan 655 m 2. Sekolah ini berdiri tahun 1975 dengan akreditasi terakhir B. Visi sekolah ini adalah Terwujudnya Sekolah Unggul Berdasarkan IMTAQ, IPTEK, Budaya dan Karakter Bangsa, Berwawasan Lingkungan. Misinya adalah: Membina insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Menyiapkan pribadi unggul bidang akademik maupun non akademik; Mengembangkan insan yang berakhlak mulia, berkarakter dan berbudaya Indonesia; Mengembangkan pendidikan yang berwawasan lingkungan; Melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai ketentuan pemerintah; dan Melakukan pembinaan terhadap siswa berkebutuhan khusus. Tenaga pendidik terdiri dari 12 orang dengan kualifikasi pendidikan tertinggi S2 dan S1. Jumlah siswa adalah 196 orang (116 siswa lak-laki dan 80 siswa perempuan). Sekolah ini memiliki tingkatan kelas 1 sampai kelas 6 dengan masingmasing terdiri dari satu kelas. Data keadaan orang tua murid dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan dan kualifikasi pendidikan. Pekerjaan ayah terbanyak adalah pekerjaan lainnya sebanyak 98 orang (50%) sedangkan pekerjaan ibu terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 158 orang (80,61%). Pendidikan tertinggi ayah adalah SMA Sederajat sebanyak 61 orang (31,12%). Demikian pula dengan tingkat pendidikan tertinggi ibu adalah SMA Sederajat sebanyak 61 orang (31,12%). Mitra adalah Sekolah Dasar Negeri Merjosari 3. Persoalan yang dihadapi mitra antara lain kurang baiknya personal hygiene diantara siswa siswi sekolah. Permasalahan ini berasal dari kurangnya pengetahuan mitra tentang personal hygiene. Contohnya, tersedianya keran air cuci tangan namun belum dimanfaatkan dengan baik. Anak sekolah memanfaatkan keran air tersebut sebagai permainan air. Hal ini juga dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang manfaat fasilitas yang ada tersebut. Selain itu, masih ditemukan adanya kuku panjang dan kotor pada anak didik. Begitu pula dalam penampilan pakaian dan rambut yang masih ditemukan dalam keadaan tidak rapi dan bersih. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini, mitra akan dikenalkan, dilatih dan ditindaklanjuti dalam meningkatkan personal hygiene yang baik dan benar. Selain itu, Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dapat meneruskan perilaku personal hygiene yang baik dan benar kepada anak didik selanjutnya. Metode Pelaksanaan Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungan mitra adalah pemeriksaan fisik secara langsung kepada seluruh siswa/i yang ada di SD Negeri Merjosari 3. Setelah pemeriksaan fisik, dilanjutkan dengan penyuluhan dengan topik Personal Hygiene. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap sebanyak dua kali dengan tujuan menjaga keefektivitasan penyampaian materi dan pendampingan kepada siswa/i oleh guru dan UKS.

17 Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program berupa keikutsertaan mitra dalam mengikuti pemeriksaan dan penyuluhan tentang personal hygiene yang baik dan benar sehingga diharapkan mitra mampu menerapkan konsep personal hygiene yang baik dan benar di sekolah dan di rumah. Langkah evaluasi yang dilakukan adalah melalui observasi dan wawancara mengenai peningkatan kondisi personal hygiene yang lebih baik, dan kemampuan mitra dalam menjelaskan konsep personal hygiene yang baik dan benar. Hasil Pemeriksaan Personal Hygiene Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat gambaran kondisi personal hygiene pada siswa SD Negeri Merjosari 3. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh empat mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang dengan mengacu pada lembar observasi yang telah disesuaikan. Gambar 1 Pemeriksaan Personal hygiene pada Anak SD Negeri Merjosari 3

18 Hasil pemeriksaan personal hygiene pada siswa SD Negeri Merjosari 3 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Personal hygiene pada Siswa SD Negeri Merjosari 3 No. 1 2 3 4 5 6 7 Personal hygiene Ya Tidak Total f % f % f % Kebersihan Kulit kepala dan Rambut a. Rambut bersih dan berkilau 118 60,5 77 39,5 195 100,0 b. Tidak ada ketombe atau kutu 123 63,0 72 37,0 195 100,0 c. Tidak bau 115 59,0 80 41,0 195 100,0 Kebersihan Mata a. Mata jernih dan terang 183 94,0 12 6,0 195 100,0 b. Tidak terdapat kantung mata 174 89,0 21 11,0 195 100,0 c. Mata bersih atau tidak terdapat 174 89,0 21 11,0 195 100,0 kotoran mata Kebersihan Hidung a. Hidung bersih atau tidak terdapat 148 76,0 47 24,0 195 100,0 kotoran hidung b. Tidak tersumbat 174 89,0 21 11,0 195 100,0 Kebersihan Telinga 195 a. Daun dan lubang telinga bersih 117 60,0 78 40,0 195 100,0 atau tidak terdapat kotoran Kebersihan Gigi dan mulut a. Gigi bersih dan berwarna putih 111 57,0 84 43,0 195 100,0 b. Tidak terdapat plak 111 57,0 84 43,0 195 100,0 c. Tidak terdapat sariawan atau 160 82,0 35 18,0 195 100,0 masalah mulut lainnya d. Napas segar 109 56,0 86 44,0 195 100,0 e. Lidah berwarna merah muda 160 82,0 35 18,0 195 100,0 terang f. Bibir lembab atau tidak pecahpecah 154 79,0 41 21,0 195 100,0 atau kering g. Tidak terdapat gigi berlubang 72 37,0 123 63,0 195 100,0 h. Gusi berwarna merah 168 86,0 27 14,0 195 100,0 Kebersihan Kaki, tangan dan kuku a. Kuku pendek dan bersih 74 38,0 121 62,0 195 100,0 b. Kuku berwana merah muda cerah Kebersihan Kulit a. Kulit halus, lembut, fleksibel dan kering 131 67,0 64 33,0 195 100,0 162 83,0 33 17,0 195 100,0

19 No. 8 Personal hygiene Ya Tidak Total f % f % f % b. Kulit terasa hangat ketika 170 87,0 25 13,0 195 100,0 dipalpasi c. Tidak terdapat panu, gatal-gatal, 160 82,0 35 18,0 195 100,0 ruam, memar atau penyakit kulit lainnya d. Kulit bersih atau tidak terdapat kotoran menempel 146 75,0 49 25,0 195 100,0 e. Tubuh tidak bau karena keringat 146 75,0 49 25,0 195 100,0 Kebersihan Berpakaian a. Rapi 173 89,0 22 11,0 195 100,0 b. Pakaian bersih 177 91,0 18 9,0 195 100,0 c. Tidak bau 150 77,0 45 23,0 195 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa permasalahan personal hygiene pada mitra paling banyak adalah masalah gigi berlubang (63%) dan masalah kuku panjang dan/atau kotor (62%). Penyuluhan Personal hygiene Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang konsep personal hygiene yang baik dan benar sehingga dapat mempraktikkannya, baik di rumah maupun di sekolah. Sosialisasi personal hygiene dilakukan dengan cara demonstrasi yang dibantu oleh tiga orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Sosialisasi ini dilakukan sebanyak dua kali mengingat keterbatasan ruang kumpul yang mengharuskan pembagian kelas menjadi dua kelompok, yaitu pagi hari untuk kelas 1-3 dan siang hari untuk kelas 4-6. Gambar 2 Penyuluhan Personal hygiene Selain itu, untuk mengkoordinir siswa siswi, kegiatan ini dibantu oleh guru olahraga selaku Pembina UKS dan wali kelas masing-masing kelas. Kehadiran siswa siswi dalam mengikuti penyuluhan adalah 99,49%. Hal ini dikarenakan sudah dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada seluruh guru dan siswa seminggu

20 sebelum kegiatan dilakukan. Kehadiran siswa dan partisipasi guru dan UKS dalam kegiatan penyuluhan personal hygiene menandakan bahwa mitra sangat antusias dengan kegiatan ini. Gambar 3 Keikutsertaan Wali Kelas dan UKS dalam Penyuluhan Personal hygiene Materi yang disampaikan meliputi kebersihan kulit kepala dan rambut; kebersihan mata; kebersihan hidung; kebersihan telinga; kebersihan gigi dan mulut; kebersihan kaki, tangan dan kuku; kebersihan kulit; dan kebersihan berpakaian. Selain materi di atas, juga disosialisasikan cara mencuci tangan dan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Antusias para siswa juga terlihat ketika mereka diberi kesempatan untuk bertanya dan mengikuti demonstrasi cara mencuci tangan. Gambar 4 Demontrasi Cuci Tangan yang Baik dan Benar Gambar 5 Antusias Siswa selama Penyuluhan Personal hygiene

21 Pembahasan Pemeriksaan Kondisi Personal Hygiene Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa personal hygiene masih menjadi masalah di SD Negeri Merjosari 3 di mana hampir di semua aspek kebersihan diri siswa masih kurang. Masalah terbesar adalah pada kategori kebersihan gigi dan mulut, dan masalah kuku panjang dan/atau kotor. Personal hygiene yang tidak baik ini didapatkan hampir sama dengan Nurjannah et al. (2011) yang menyatakan bahwa masalah terbesar personal hygiene pada siswa SD Negeri Jatinangor adalah aspek kebersihan mulut dan gigi (88,9% tidak hygiene dan 11,1% hygiene), aspek kebersihan telinga (75% tidak hygiene dan 25% hygiene), disusul dengan aspek kebersihan kuku tangan dan kaki (69,8% tidak hygiene dan 30,2% hygiene). Menurut Saryono (2010), personal hygiene merupakan pintu masuk (portal of entry) bagi bibit penyakit karena bila personal hygiene baik, maka mikroorganisme yang masuk dapat diminimalkan. Sebaliknya, bila personal hygiene tidak baik, maka akan memudahkan mikroorganisme masuk dan menyebabkan seseorang menjadi sakit. Personal hygiene mulut dan gigi memiliki peranan yang sangat penting. Bila kebersihan diri aspek ini tidak dijaga dengan baik, maka akan menimbulkan banyak masalah seperti bau mulut, stomatitis, peradangan lidah, dan peradangan gusi. Faktor yang juga menentukan kebersihan gigi dan mulut adalah metode menyikat gigi, penggunaan alat dan frekuensi dan waktu penyikatan gigi (Wendari, 2001). Masih tingginya masalah personal hygiene kuku kaki dan tangan yang panjang dan/atau kotor menandakan bahwa masih banyak siswa yang tidak mengerti bahwa kuku merupakan tempat berkembangbiaknya kuman penyakit. Sikap yangditemukan pada siswa SD Negeri Merjosari 3 adalah masih kurang tau tentang pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar. Peran orang tua sangat besar dalam memengaruhi kondisi personal hygiene pada anak sehingga diharapkan para orang tua mendidik anak mengenai personal hygiene yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya kesakitan. Memberikan contoh yang baik mengenai praktik personal hygiene merupakan langkah yang paling tepat untuk mendidik anak agar anak juga memiliki kondisi personal hygiene yang baik (Hasan et al., 2002). Selain itu, tindakan kebersihan diri seseorang juga dipenagruhi oleh budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kebiasaan individu (Wahit, 2009). Alimul (2006) menambahkan bahwa personal hygiene dipengaruhi oleh oleh faktor budaya, nilai sosial individu atau keluarga, pengetahuan serta persepsi terhadap perawatan diri. Isro in dan Andarmoyo (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi praktik personal hygiene adalah citra tubuh, pilihan pribadi, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan dan motivasi, budaya serta kondisi fisik.

22 Penyuluhan Konsep Personal hygiene Sejatinya, konsep personal hygiene diperkenalkan oleh sekolah melalui UKS (Effendy, 1998). Bila konsep ini tidak didapatkan oleh para siswa, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan menderita berbagai jenis penyakit yang berhubungan dengan personal hygiene, seperti angka morbiditas yang didapatkan oleh Nurjannah et al. (2011) yang menyebutkan bahwa pada siswa yang ada di SD Negeri Jatinangor 31 siswa pernah mengalami diare, 38 siswa pernah sakit gigi, 14 siswa pernah kecacingan, 24 siswa mengalami gatal-gatal, 28 siswa memiliki gigi berlubang, 35 siswa mengalami sariawan, 16 siswa pernah mengalami sakit mata, 2 siswa mengalami penyakit telinga, dan 10 siswa mengalami masalah kutu rambut. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa masalah gigi berlubang merupakan masalah terbesar yang dihadapi SD Negeri Merjosari 3. Hal ini menandakan bahwa pendidikan kesehatan personal hygiene yang berkaitan dengan gigi dan mulut sangat dibutuhkan oleh siswa. Selain penyuluhan, cara menyikat gigi yang baik dan benar juga sangat dibutuhkan. Anak-anak perlu diberikan suatu teknik tertentu yang sederhana tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar. Penyuluhan yang menarik dan atraktif yang disertai dengan demonstrasi merupakan cara menarik minat anak sekolah (Wong, 2009). Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan seseorang tentang suatu konsep kesehatan. Green dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang didapatkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang telah didapatkan ini akan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Selain pengetahuan, sikap juga merupakan faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku seseorang. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus yang bersifat tertutup. Bersamaan dengan pengetahuan, pikiran keyakinan dan emosi, sikap menjadi utuh (total attitude). Hal ini sejalan dengan hasil temuan Aulia et al. (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap siswa yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan nilai skor pengetahuan dan sikap antara sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan. Kesimpulan Kesimpulan Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) ini adalah pelaksanaan pemeriksaan kondisi personal hygiene siswa SD Negeri Merjosari 3 berjalan dengan baik, sebanyak 195 siswa mengikuti pemeriksaan dan penyuluhan personal hygiene dan masalah terbesar personal hygiene siswa adalah terdapat gigi berlubang dan kuku yang panjang dan/atau kotor. Saran Peran orang tua sangat penting dalam memantau personal hygiene anak-anak mereka sehingga perlu diberikan penyuluhan tentang personal hygiene agar meningkatkan pengetahuan para orang tua. Selian itu, peran sekolah dan UKS perlu

23 ditingkatkan lagi demi meningkatkan kondisi personal hygiene para siswa melalui kerjasama dengan dinas terkait seperti Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan para guru dan UKS tentang kesehatan, terutama tentang personal hygiene. Daftar Pustaka Alimul, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Aulia, F.I., Muhlisin, H.M.A., dan Kartinah. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Personal hygiene terhadap Pengetahuandan Sikap di SDN Rembes 1 Dusun Watugimbal Kecamatan Beringin kabupaten Semarang. Artikel. Surakarta: Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hassan, R., Alatas, H., Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., dan Putra, S.T. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika. Isro in, L., dan Andarmoyo, S. (2012). Personal hygiene. Jakarta: Graha Ilmu. Kozier dan Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurjannah, A., Rakhmawati, W., dan Nurlita, L. 2011. Personal hygiene Siswa Sekolah Dasar Negeri Jatinangor. Artikel. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran. Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Saryono. (2010). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wahit, I. M. (2009). Buku Ajar Keperawatan Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Wendari. (2001). Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan penyakit periodontal. Surabaya: Majalah kedokteran gigi Universitas Airlangga. Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.