BAB I PENDAHULUAN. terpuaskan.namun dalam perspektif Islam setiap keputusan ekonomi seseorang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

2 berkeinginan untuk membeli Properti maupun kendaraan bermotor. Langkah tersebut dilakukan bersamaan dengan pelonggaran Rasio Loan to Value atau Rasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK JATIM CABANG PEMBANTU WARU SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan

No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas adanya,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

Bank Konvensional Syariah Roda 2 20% 20% Roda 3 atau lebih non produktif 25% 25% Roda 3 atau lebih produktif 20% 20%

BAB I PENDAHULUAN. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent

BAB I PENDAHULUAN. bank mungkin giat dalam mempromosikan penawaran dan mengumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

ketentuan Loan to Value meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. 1. saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa lepas berdiri

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang berdasarkan kepada firman Allah SWT yang. termaktub didalam Al-Qur an dan sunnah Rasulullah saw.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perkembangan. Perkembangan ini diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. teguh pada tali Allah (hablum min Allah) dan tali perjanjian sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepercayaan. Bank dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT. BANK YUDHA BHAKTI CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. akses kredit/pembiayaan. Infrastruktur ini mempertukarkan informasi kredit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. menyusul runtuhnya kekaisaran Romawi. Kemunculan itu ditandai dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas dalam bidang ekonomi dan bisnis, termasuk dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BANK INDONESIA SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perdagangan saham, valuta asing, dan surat berharga lainnya pun telah

BAB I PENDAHULUAN. juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary instution), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan. Dalam istilah sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Islam di antara agama-agama lain yang ada di dunia adalah satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank. Amanah Rabbaniah. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila

BAB V KESIMPULAN. bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Selain itu dari

BAB I PENDAHULUAN. Istilah bank berasal dari kata Italia banco yang berarti kepentingan

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

PENDAHULUAN. orang-orang yang melanggar perintahnya, maka amal perbuatan mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini disebabkan, salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara adalah dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bank syariah di Indonesia dari sisi aset mencapai ± 34% dibanding

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK SUMUT YANG MELAKUKAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (STUDI PADA BANK SUMUT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sempat mengalami goncangan ketika terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya ekonomi pada jumlahnya bersifat terbatas.sehingga setiap kebutuhan yang diinginkan manusia harus dicapai dan dapat direalisasikan secara optimal.seringkali sebuah keinginan manusia harus dihadapakan pada konsep terpuaskan.namun dalam perspektif Islam setiap keputusan ekonomi seseorang tidak bisa terlepas dari nilai-nilai moral dan nilai syariah. 1 Dalam rangka mencapai tujuan tersebut Islam membenarkan adanya kepemilikan dan sangat menghormati kepemilikan pribadi, baik itu terhadap barangbarang konsumsi maupun barang-barang modal. Pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang lain. Jadi kepemilikan dalam Islam mutlak karena pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT. 2 Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Q.S an-najm ayat/53: 31. ❼ ❼ ❻ ❽ ❽ ⓿ ❽ ❽ 6 1 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 3. 20. 2 Mustafa Edwin Nasution, et al., Pengenalan Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 92

2

3 Artinya: Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga). 3 Ayat ini menjelaskan segala sifat kesempurnaan disandang oleh Allah semata dan milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia sendiri yang mencipta serta berhak mengaturnya, semua berada di dalam genggaman kekuasan-nya sehingga, kalau Dia menghendaki, niscaya semua akan beriman dan memeluk agama-nya tetapi itu tidak Dia kehendaki karena Dia telah memberikan kebebasan memilih dan supaya Dia memberi balasan orang yang berbuat jahat disebabkan apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan berupa anugerah-nya kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. 4 Dari ayat tersebut jelas bahwa manusia bukanlah pemilik sesungguhnya dari harta benda.pemilik sejati dari alam semesta ini adalah Allah SWT.Namun di samping itu Islam sangat menghormati penguasaaan secara pribadi kepemilikan harta benda.terutama sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan keberlangsungan kehidupan sebagai makhluk hidup. 5 Dalam rangka kelangsungan kehidupannya ketersedian papan/rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi sebagai sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat 2010), h. 542. 3 Kementrian Agama RI, Al-Qur an dan Tafsirnya Juz 25-26-7, (Jakarta: Lentera Abadi, 4 M. Quraish Shihab, Tafsîr Al-Misbāh, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 200-201. (2 April 2015). 5 Syukron Maulana, Konsep Kebutuhan Dalam Prespektif Islam, https://www.academia. edu.

4 penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Kewajiban memenuhi kebutuhan dasar inilah meniscayakan negara proaktif untuk menjamin hak tiap orang memperoleh kehidupan layak. 6 Mengingat pembangunan perumahan merupakan salah satu faktor untuk kesejahteraan umum.penyediaan tanah untuk perumahan perlu ditangani secara nasional dengan campur tangan pemerintah terutama dalam pengelolaan dan pengendaliannya sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.pembangunan perumahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah juga dapat dilaksanakan oleh lembaga keuangan seperti perbankan. 7 Peran perbankan dalam hal ini bukan hanya sebagai mitra pemerintah dalam penyediaan kebutuhan papan bagi masyarakat, namun diyakini dapat melaksanakan program pembangunan di sektor perumahan sehingga membantu perekonomian negara. 8 Lembaga keuangan yang berada di tengah-tengah masyarakat mengambil peluang dalam pembiayaan pemilikan rumah, ternyata cukup diminati masyarakat. Melalui kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan menjadi perhatian serius pemerintah dan kalangan ekonomi perbankan sejak tahun 2012. Hal ini ditandai dengan munculnya Surat Edaran Bank Indonesia No.14/50/DKMP tentang 2013), h. 33. 6 Muhammad Yamin Lubis, Kepemilikan Rumah di Indonesia, (Bandung: CV Mandar Maju, 7 Ibid. 8 Erwin Syah Putra D, Dampak Kebijakan Loan To Value Terhadap Permintaan Properti Di Kota Pematangsiantar.(Skripsi, Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013), h. 3.

5 Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Ketentuan ini disertai dengan pencabutan SE BI No. 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 dan SE BI No.14/33/DPbS tanggal 27 November 2012. Latar belakang diterbitkannya surat edaran ini adalah berdasarkan temuan dari data Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia per April 2013 menunjukkan terdapat 35.298 debitur memiliki fasilitas KPR lebih dari satu (sekitar 4,6% dari total debitur KPR). 9 Kepemilikan rumah lebih dari satu ini teridentifikasi pada tipe rumah di atas 70m 2. Harga tanah yang meningkat dari tahun ke tahun juga dikhawatirkan akan menyulitkan masyarakat ke bawah untuk mendapatkan lahan pembiayaan lebih terjangkau. Kondisi demikian mewajibkan perbankan menjalankan ketetapan Bank Indonesia tentang pembatasan loan to value (LTV) pada Bank Konvensional atau financing to value (FTV) pada Bank Syariah yakni angka rasio antara nilai kredit atau pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir. 10 9 Bank Indonesia, Frequently Asked Questions SE BI No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 Ketentuan Mengenai Loan To Value (LTV) / Financing To Value (FTV) dan Down Payment (DP), (Jakarta: DKMP, 2013), h. 1. 10 Ibid.,h.4.

6 Kebijakan ini ternyata memiliki dampak pada permintaan KPR, khusus pada KPR Syariah, Perbankan Syariah di Banjarmasin pada Desember 2013 mengalami penurunan penjualan terutama pada tiperumah di atas 70 m 2. Berdasarkan data Bank Indonesia Kota Banjarmasin permintaan KPR Syariah tipe rumahdi atas 70 m 2 setelah surat tersebut diedarkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Data KPR Syariah di atas tipe 70 m 2 Kota Banjarmasin Tahun Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe di atas 70 m 2 Des/2012 Rp. 51.129.000.000 Des/2013 Rp. 47.766,000.000 Des/2014 Rp. 48.340.682.259 Sumber: Bank Indonesia Kota Banjarmasin. (data diolah) Berdasarkan tabel di atas tahun 2013 atau semenjak surat edaran ini mulai diberlakukan, pendapatan Perbankan Syariah mengalami penurunan sebesar Rp. 3.363.000.000 atau 32,44 % dari tahun sebelumnya 2012 yakni 34,72%. Sedangkan di tahun 2014 walaupun mengalami sedikit peningkatan sebesar 32,83% diperkirakan akan tetap menurunkan daya beli masyarakat. Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasinyang menjalankan aturan financing to value ini, juga mengalami penurunan omzet pembiayaan. Berdasarkan keterangan pihak BMI setelah adanya aturan financing to value target perumahan

7 dalam perbulan bahkan tidak mencapai 50% dari target biasanya yakni 70% sebelum aturan ini ditetapkan. 11 Sedangkan Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Banjarmasin merupakan Unit Usaha Syariah yang mempunyai produk utama mereka yakni KPR Syariah, juga mengalami hal serupa, penjualan KPR Platinum atau KPR non subsidi mengalami penurunan, walaupun demikian hal ini tertutupi dengan meningkatnya permintaan KPR Syariah subsidi program pemerintah. 12 Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian bagaimana Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP ini berdampak (baik positif dan negatif) pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara Syariah yang terletak di Banjarmasin dengan juduldampak Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP Terhadap Kredit Pemilikan Rumah Syariah Bank Muamalat Indonesia dan BTN Syariah di Banjarmasin. 11 Mujiburrahman, Account Manager Consumer, Wawancara langsung, di Bank Muamalat Cabang Banjarmasin, 15 Desember 2014. 12 Jouhar Fayahaqi, Consumer Financing Analyst, Wawancara langsung, di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Banjarmasin, 28 April 2015.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digambarkan di atas, maka perlu dirumuskan pokok masalah yang diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak SE BI No. 15/40/DKMP terhadap kredit pemilikan rumah syariah BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin? 2. Bagaimana upayabmi dan BTN Syariah di Banjarmasindalam melaksanakan SE BI No. 15/40/DKMP? C. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut. 1. Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh yang kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif) sehingga menyebabkan perubahan yang berarti. Maksudnya adalah perubahan baik positif atau negatifterhadap KPR Syariah setelahditetapkannya SE BI 15/40/DKMP di BMI dan BTN Syariah Banjarmasin. 2. Surat Edaran BI Nomor :15/40/DKMP adalah merupakan surat yang dikeluarkan Bank Indonesia kepada semua bank umum di Indonesia perihal penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan

9 kendaraan bermotor. 13 Maksud penulis di sini hanya memfokuskan pada peraturan tentang KPR Syariah terutama tipe perumahandi atas 70m 2. 3. Financing to value menurut Bank Indonesia adalahangka rasio antara nilai pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberiaan pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir. 14 Maksud penulis di sini batas maksimum pembiayaan KPR Syariah yang diberikan oleh di BMI dan BTN Syariah Banjarmasin 4. KPR Syariah adalah produk pembiayaan pemilikan rumah kepada perorangan untuk kebutuhan tempat tinggal dengan menggunakan prinsip syariah. 15 Harga jualnya biasanya sudah ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara Bank Syariah dan pembeli. 16 Maksud penulis di sini adalah produk pembiayaan pemilikan rumah yang ada di BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin. D. Tujuan Penelitian 13 Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No 15/40/DKMP, Tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, (Jakarta: DKMP, 2013), h. 1. 14 Ibid.,4. 15 Asita, Pembiayaan Bank Syariah: KPR Syariah, https://affgani.wordpress.com 16/05/2013. (30 Desember 2014). 16 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 98.

10 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dampak SE BI No. 15/40/DKMP terhadap kredit pemilikan rumah syariah BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin. 2. Untuk mengetahuiupayabmi dan BTN Syariah di Banjarmasindalam melaksanakan SE BI No. 15/40/DKMP. E. Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang berkepentingan diantaranya sebagai berikut: 1. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang keilmuwan khususnya Perbankan Syariah dan sebagai suatu bahan informasi ilmiah untuk pengembangan wawasan bagi peneliti lebih khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui permasalahan mengenai dampak SE BI No. 15/40/DKMP terhadap KPR Syariah BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin. 2. Aspek Praktis

11 a. Bagi Perusahaan Sebagai bahan informasi dan masukan dalam pengambilan keputusanterutama berkenaan menghadapi suatu peraturan bagi pihak manajemen bank baik BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin. b. Akademisi Sebagai referensi penelitian terkait kebijakan SE BI No. 15/40/DKMP pada KPR Syariah.Hasil penelitian ini juga merupakan dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kegiatan akademik bagi pihak kampus. c. Bagi Peneliti Sebagai sarana belajar dan menambah wawasan peneliti mengenai dampak SE BI No.15/40/DKMP terhadap KPR Syariah BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin. F. Kajian Pustaka

12 Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan penelaahan karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang diteliti, diantaranya: 1. Skripsi Fitriani (1001160212), Jurusan S1 Perbankan Syariah IAIN Antasari Banjarmasin 2014, mengangkat penelitian dengan judul Perbandingan Pertumbuhan Aset Murābaḥah Pasca Dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/33/DPBS Tahun 2012. Fitriani meneliti aset pertumbuhan sebelum dan sesudah penerapan uang muka tahap pertama di tahun 2012. Hasil penelitian menemukan perbedaan signifikan antara pertumbuhan aset murābaḥah sebelum dan sesudah adanya surat edaran tersebut. Di mana presentase jumlah rekening pembiayaan murābaḥah mengalami penurunan mencapai 2,46%. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dan objek penelitiannya adalah laporan keuangan Perbankan Syariah yang terdapat di Bank Indonesia. 17 Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan yakni kuantitatif serta objeknya berupa kebijakan yang diterapkan pada tahun sebelumnya yakni tahun 2012.Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif dan objeknya adalah kebijakan financing to value di tahun 2013. 17 Fitriani Perbandingan Pertumbuhan Aset Murābaḥah Pasca Dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/33/DPBS Tahun 2012, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam dan Jurusan S1 Perbankan Syariah, IAIN Antasari, Banjarmasin 2014), h.ii.

13 2. Skripsi Ginanjar Puji Utomo (09390123) Program Studi Keuangan Islam, UIN Sunan Kalijaga 2014, dengan judul Pengaruh Reaksi Pasar Terhadap Pembatasan Loan to Value (Even Study pada Perusahaanperusahaan Properti di Daftar Efek Syariah Tahun 2012. Hasil penelitian menemukanbahwa nilai rata-rata abnormal return (tingkat keuntungan yang diharapkan) tidak berpengaruh signifikan disekitar pengumuman pembatasan loan to value pada perusahaan properti. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan mengambil sampel perusahaan properti yang terdaftar di Efek Syariah tahun 2012. 18 Perbedaan penelitian ini terletak pada metode, objek dan lokasi penelitian.metode yang digunakan adalah kuantitatif sedangkan objek penelitiannnyaadalah harga saham perusahaan properti yang terdaftar di Efek Syariah tahun 2012. Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan objek penelitian kebijakan financing to value tahun 2013 yang berlokasi di BMI dan BTN Syariah Banjarmasin. 3. Erwin Syah Putra D (090501072), Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara 2013 dengan judul Dampak Kebijakan Loan To Value Terhadap Permintaan Properti Di Kota Pematangsiantar. 18 Ginanjar Puji Utomo, Pengaruh Rekasi Pasar Terhadap Pembatasan Loan to Value (Even Study pada Perusahaan-perusahaan Properti di Daftar Efek Syariah Tahun 2012 ),(Skripsi, Program Studi Keuangan Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014), h. ii.

14 Penelitian Erwin adalah penelitian komparatif dengan jumlah 4 sampel penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria pengembang yang memiliki perumahan dengan tipe di atas 70m 2 dan aktif melakukan penjualan selama tahun 2012. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji beda atau komparatif. Hasil penelitian menemukan bahwa kebijakan loan to value atau uang muka berdampak mengurangi permintaan properti di kota Pematangsiantar karena faktor minat konsumen, yang harus menyediakan uang muka lebih besar dari sebelumnya. Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian, objek dan lokasi penelitian. Metode yang digunakan yakni metodekuantitatif, objek penelitiannya adalah peraturan loan to value (konvensional) pada perumahan dengan tipe rumah di atas 70 m 2 tahun 2012 yang merupakan produk dari pengembang di kota Pematangsiantar. 19 Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif, objeknya berupa kebijakan financing to value tahun 2013 dalam SE BI No.15/40/DKMP terhadap KPR Syariah yang berlokasi di BMI Cabang Banjarmasin dan BTN KCS Banjarmasin. 19 Erwin Syah Putra D, Dampak Kebijakan Loan To Value Terhadap Permintaan Properti Di Kota Pematangsiantar, (Skripsi, Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013), h. ii.

15 4. Skripsi Diastri Primatika, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 2013 dengan judul Pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi di Bank Tabungan Negara Kediri) Hasil penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan Surat Edaran BI sudah dilakukan dengan baik meski baru berjalan tiga bulan.namun, berdampak pada menurunnya realisasi kredit pemilikan rumah hingga 50%. 20 Perbedaan penelitian terletak pada metode pendekatan yang digunakan yakni metode pendekatan hukum sosiologis.objek penelitiannya adalah manajemen risiko yang dijalankan BTN Kediri sesuai dengan peraturan surat edaran tersebut. Sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan objek penelitian adalah KPR Syariah padabmi dan BTN Syariah di Banjarmasin. Berdasarkan penelaahan peneliti terhadap skripsi sebelumnya, selain pada perbedaan tempat, lokasi penelitian dan objek penelitian.metode yang sering digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.dalam hal ini peneliti hendak 20 Diastri Primatika, Pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi di Bank Tabungan Negara Kediri), (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2013), h. ii.

16 menjawab permasalahan tentang dampak SE BI No.15/40/DKMP terhadap KPR Syariahdengan metode kualitatif.mengumpulkan infomasi mengenai realitas yang terjadi di lapangan dari masing-masing pihak yakni Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara Syariah yang berlokasi di Banjarmasin. G. Sistematika Penulisan Sesuai dengan pedoman penulisan skripsi, maka penulis membagi skripsi ini dalam 5 bab, yaitu: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari; latar belakang masalah yang menguraikan dari permasalahan yang ditemukan peneliti di lapangan, sehingga menjadikan alasan peneliti dalam pengangkatan judul, barulah setelah itu permasalahan tersebut dijadikan sebagai rumusan masalah dalam rangka memperoleh tujuan penelitian. Pada bab ini juga membahas definisi operasional, kegunaan penelitian, dan kajian pustaka serta sistematika penulisan yang disusun secara naratif, terdiri dari komponen-komponen materi bahasan. BAB II Landasan teori yang terdiri dari; teori-teori kebijakan makroprudensial, kebijakan ekonomi dalam pandangan Islam,

17 financing to value, teori permintaan, dan teori faktor permintaan perumahanyang menjadi acuansebagai dasar untuk menganalisa data terhadap masalah. BAB III Metode penelitian yang terdiri dari;metode penelitian yang mempermudah melakukan penelitian maka perlu dibuat jenis penelitian yaitu penelitian lapangan, sifat dan lokasi penelitian. Dalam melakukan penelitian agar tepat sasaran apa yang ingin dicapai maka perlu adanya subjek dan objek penelitian, data dan sumber data juga diperlukan dalam penelitian ini agar hasil yang didapatkan menjadi jelas dan valid. Dalam mengumpulkan data harus ada suatu cara agar dapat terkumpul dengan akurat dan efektif, maka dari itu perlu adanya teknik pengumpulan data dan agar data yang terkumpul nantinya harus lengkap dan jelas maka dibuatlah teknik pengolahan dan analisis data, kemudian dalam melakukan penelitian ini ada tahapan-tahapan yang dimasukkan dalam prosedur penelitian BAB IV Penyajian data dan analisis yang terdiri dari; identitas responden gambaran umum Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dan Bank Tabungan Negara Syariah KCS Banjarmasin, deskripsi hasil wawancara. Analisis data terdiri dari jawaban dari rumusan masalah yakni analisis terhadap dampak SE BI No. 15/40/DKMP

18 terhadap KPR Syariah serta upaya BMI dan BTN Syariah di Banjarmasin dalam melaksanakan SE BI No. 15/40/DKMP tersebut. BAB V Penutup yang terdiri dari; kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan.

19