PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK Pedoman Pelayanan Farmasi No. Kode : PED/LAY FAR.01-PKM KJ/2015 Terbitan :01 No. Revisi : 0 Ditetapkan Oleh Kepala Puskesmas KEBON JERUK Puskesmas KEBON JERUK Tgl. Mulai Berlaku : 1-10-2015 Halaman : 1-10 Drg. Junaidah NIP. 196507171992032000 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. 1
B. Tujuan Tujuan umum: terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas Tujuan khusus: sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas C. Sasaran Sasaran dari pedoman ini adalah tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan di BLUD Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. Sasaran dari kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien di BLUD Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelayanan kefarmasian di BLUD Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dan jaringannya. E. Batasan Operasional Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas adalah apoteker (Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut: 1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu 2. Mampu mengambil keputusan secara profesional 3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal 4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date). Asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut. B. Distribusi Ketenagaan Pengaturan dan penjadwalan tugas tenaga farmasi diatur oleh Koordinator Farmasi, mengetahui penanggung jawab UKP, Kepala Puskesmas dan Kepala Bagian Kepegawaian yang sudah diatur sesuai dengan tupoksi kerja masing-masing unit. C. Jadual Kegiatan. Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2, Petugas Shift dan Petugas non shift, petugas shift dibagi menjadi 3 shift dengan pembagian tenaga kefarmasian mengikuti bobot kerja. 1. Shift 1, pukul 07.30 14.00 2. Shift 2, pukul 14.00 20.30 3. Shift 3, pukul 20.30 07.30 BAB III STANDAR FASILITAS 3
A. Denah Ruang: Keterangan gambar: A. Loket untuk meletakkan pengeras suara untuk memanggil nomer antrian dan nama pasien B. Loket penyerahan obat C. Loket penerimaan resep dan pemberian nomer antrian D. Meja tempat meletakkan obat E. Tempat untuk meracik obat F. Ruang untuk menyimpan sediaan setengah padat, tempat barang pribadi dan wastafel untuk mencuci alat G. Lemari tempat menyimpan sediaan obat yang belum dibuka H. Lemari obat sirup I. Lemari administrasi J. Apoteker / Asisten Apoteker B. Standar Fasilitas 4
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut : 1. Papan nama farmasi atau kamar obat yang dapat terlihat jelas oleh pasien 2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien 3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan digital, Blender obat, sealing equipment, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain 4. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan. 5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). 6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai 7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan baik. 9. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan informasi obat. 5
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN A. Alur Pelayanan PELAKSANA ALUR PROSES Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian Apoteker Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian PENERIMAAN RESEP PENGKAJIAN RESEP PEMBUATAN ETIKET P I O Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian MENYIAPKAN / MERACIK OBAT Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian PENYERAHAN OBAT Apoteker PEMBERIAN INFORMASI OBAT (PIO) KONSELING B. Pelayanan Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut : 1. Penerimaan resep dan Pengkajian Resep Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pemeriksaan kelengkapan administrative resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep, 6
nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien. b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat c. Pertimbangankan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian obat d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia 2. Pembuatan Etiket dan Peracikan Obat Setelah menerima resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pad rak penyimpanan menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat b. Peracikan Obat c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam / oral dan etiket warna biru untuk obat oral d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah 3. Penyerahan Obat Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya d. Memeberikan Informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpana obat, dll 4. Pelayanan Informasi Obat. Tenaga Kefarmasian : a. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain, baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui penelusuran literature secara sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan 7
b. Pemberian informasi obat yang berupa pertanyaan dari pasien, ataupun tenaga kesehatan lain didokumentasikan 5. Konseling Konseling adalah suatu proses yang sistematik untuk dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat. Kriteria pasien yang dikonseling adalah pasien dengan penyakit kronis seperti Diabetes mellitus dan Hipertensi, pasien yang mendapat obat-obatan dengan penggunaan khusus dan pasien rawat inap yang akan pulang. Konseling dilakukan oleh Apoteker dengan tahapan sebagai berikut : a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan konseling b. Menilai kepahaman pasien tentang obat yang diberikan c. Melakukan konseling untuk merangsang dan mengubah sikap pasien agar mengerti dan mengikuti rejimen terapi d. Memastikan pasien mengerti dan memahami apa yang sudah diterangkan C. Pengadaan Obat Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan: a. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan; b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi Obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan 8
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO Pengadaan obat dilakukan melalui sistem e- catalog maupun lelang sesuai ketentuan pemerintah daerah yang berlaku. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. D. Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara mutu serta memudahkan pencarian dan pengawasan. Proses penyimpanan Obat di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk yaitu : 1. Obat disimpan dan disusun berdasarkan golongan farmakologi dan jenis sediaannya (obat dalam dipisahkan dari obat luar). 2. Penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO (First Expired First Out: obat dengan kadaluarsa lebih dekat diletakkan di depan dan digunakan lebih dahulu) dan sistem FIFO (First In First Out: obat dengan kadaluarsa sama, yang lebih dulu masuk, lebih dahulu digunakan). 3. Untuk obat yang memerlukan kondisi penyimpanan di suhu dingin (2-15 o C) disimpan di lemari pendingin. Obat-obat yang disimpan di suhu ruang dijaga pada range 18 o C sampai dengan 25 o C. 4. Suhu ruangan dan suhu lemari pendingin dimonitor pada pagi dan sore hari serta dicatat pada checklist monitoring suhu ruangan dan checklist monitoring suhu lemari pendingin. 5. Obat-obatan golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah dari obat golongan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku E. Distribusi Obat Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk agar tersedianya perbekalan farmasi bagi pasien dan unit terkait secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah. Proses Pendistribusian Obat di Puskesmas Kecamatan Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem pendistribusian dibagi dua sistem yaitu sistem persediaan di ruangan (floor stock) untuk tindakan kegawatdaruratan dan poli-poli serta sistem resep perorangan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. Petugas Apotek di Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan serta petugas Poli/Gadar mengajukan permintaan perbekalan farmasi dengan menggunakan lembar permintaan obat. Petugas Gudang Farmasi melakukan pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan sisa stok dan permintaan dari Lembar Permintaan Obat 9
dibandingkan dengan rata-rata pemakaian. Petugas Gudang Farmasi mencatat pendistribusian perbekalan farmasi pada Kartu Stok. Jika perbekalan didistribusikan ke masing-masing Poli/Gadar, maka petugas Poli/Gadar bertanggung jawab atas ketersediaan dan pencatatan stoknya. F. Monitoring dan Penilaian Terhadap Penggunaan dan Penyediaan Obat Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan kefarmasian itu sendiri. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas selanjutnya. G. Penanganan Obat Kaduluwarsa Penanganan Obat kadaluarsa di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. 1. Petugas Gudang Farmasi Kecamatan mengidentifikasi perbekalan farmasi yang kadaluarsa / rusak di Gudang Farmasi Kecamatan dan memisahkannya dari tempat penyimpanan. 2. Petugas Apotek di Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan menyerahkan obat kadaluarsa / rusak ke petugas Gudang Farmasi Kecamatan Kebon Jeruk dengan melampirkan Berita Acara Serah Terima Obat Kadaluarsa / Rusak. 3. Seluruh Perbekalan Farmasi kadaluarsa yang berasal dari Gudang Farmasi dan Apotek di Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan dirusak terlebih dahulu oleh petugas Gudang Farmasi Kecamatan dan dibuat berita acara pemusnahan untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak ketiga untuk dimusnahkan. 4. Penghapusan obat-obat golongan Narkotika dan Psikotropika disaksikan oleh pejabat yang berwenang dari Suku Dinas Kesehatan setempat dan dibuat Berita Acara Pemusnahannya. H. Monitoring Efek Samping Obat Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai efek samping, beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat ditimbulkan oleh obat tersebut. Monitoring efek samping obat dilakukan dengan pengisian form khusus jika terjadi efek samping obat. 10
I. Penyediaan dan Penggunaan Obat Emergensi Obat emergensi disediakan di masing -masing poli (KB, RB, IMS, MTBS, GIGI, RAWAT INAP, LAYANAN 24 JAM, KIA, MATA ) dengan metode floor stock. BAB V LOGISTIK 11
Logistik terkait erat dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan Pengendalian adalah : 1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja. 2. Menentukan : - Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan - stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman dari gudang obat Puskesmas Kecamatan atau dari distributor. 3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima. BAB VI KESELAMATAN SASARAN Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan sasaran, yakni pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi 12
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti pada proses penerimaan resep petugas farmasi melakukan pengkajian resep dan verifikasi resep terlebih dahulu sebelum obat diserahkan kepada pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan. BAB VII KESELAMATAN KERJA Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait, dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko 13
terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti dalam pelaksanaan proses peracikan obat petugas farmasi sebaiknya memakai alat pelindung diri (masker dan sarung tangan ). BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indikator yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan pelayanan kefarmasian di Puskesmas antara lain: 14
1. Tingkat kepuasan konsumen: dilakukan dengan survei berupa angket melalui kotak saran atau wawancara langsung 2. Sasaran Mutu unit : A. Waktu tunggu layanan 15 menit = 90 % B. Kesalahan Obat = 0 (nol) C. Obat kadaluarsa = 0 (nol) D. Kesesuaian jumlah pengambil obat dengan jumlah resep yang ada = 100% BAB IX PENUTUP Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di BLUD Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Administrasi Jakarta Barat. Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait terutama tenaga kefarmasian yang bekerja dengan profesional. 15
Daftar Pustaka : 1. Direktorat Bina farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Pedoman Pelayanan Kefarmasian. 2006. 2. Departemen Kesehatan RI, Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 16
17
PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK Disahkan oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk drg. Junaidah NIP. 196507171992032000 PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JL. KEBON JERUK RAYA NO. 2 JAKARTA BARAT 2015 18
19