TUGAS MATA KULIAH HACCP PENYUSUNAN HACCP PLAN PADA PROSES PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM KALENG

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI KECAP

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI CHICKEN NUGGET

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

HACCP DAN PENERAPANNYA PADA PRODUK BAKERI

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

PAPER PERUNDANG-UNDANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI NATA DE COCO

BAB III BAHAN DAN METODE

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

Analisa Situasi dan Memulai Pelaksanaan HACCP dalam Pengolahan Pangan

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

11/22/ Menentukan CCP. 1. Menyusun TIM HACCP. 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP Prinsip Mendeskripsikan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

III. METODOLOGI PENELITIAN

4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT PROSES PENGOLAHAN MONOSODIUM GLUTAMAT DI PT. AJINOMOTO INDONESIA

BAB III BAHAN DAN METODE

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI CASSAVA CRACKERS (ENYEK-ENYEK)

MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Analisa Mikroorganisme

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SUSU UHT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi checklist SSOP dan GMP 4.2. Titik Kendali Kritis HACCP Plan

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

HYGIENE DAN SANITASI KERJA. HACCP & Work Safety and Health on Food Industry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

Tugas Mutu dan Keamanan Pangan. Rencana Kerja Jaminan Mutu HACCP Ebi Furay / Udang Goreng Tepung

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

Sosis ikan SNI 7755:2013

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SOSIS SAPI

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh :

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Kata kunci : keamanan pangan, kue kroket, mutu, sistem HACCP. Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi

UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN KUALITAS KEAMANAN PANGAN UKM MELALUI PENERAPAN PRINSIP HAZARD ANALYSIS & CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT. Modul Pelatihan. Pembuatan Jam. Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 1/1/2012

Transkripsi:

TUGAS MATA KULIAH HACCP PENYUSUNAN HACCP PLAN PADA PROSES PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM KALENG Disusun Oleh: Hanifah Albana Nur Adhini ( 13031026 ) Aris Arpian ( 13031032 ) Achmad Irfan Fauzi ( 13031036 ) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN 0

A. PENGERTIAN HACCP Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titiktitik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif. Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan konsumen terutama dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk 1

makanan yang dihasilkan, meningkatkan kepuasan konsumen sehingga keluhan konsumen akan berkurang, memperbaiki fungsi pengendalian, mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang bersifat preventif, dan mengurangi limbah dan kerusakan produk atau waste. B. LANGKAH-LANGKAH HACCP Konsep HACCP menurut CAC (Codex Alimentarius Commision) terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP. Tercakup pula di dalamnya langkahlangkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagi berikut: 2

Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC tersebut dan menuangkannya dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN 1004/1999. Sistem yang penerapannya masih bersifat sukarela ini telah digunakan pula oleh Departemen Pertanian RI dalam menyusun Pedoman Umun Penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu Berdasarkan HACCP atau Pedoman Mutu Nomor 5. 1. Pembentukan Tim HACCP 3

Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/ engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Jika keahlian tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan, saran-saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar. 2. Deskripsi produk Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif. 3. Identifikasi pengguna yang dituju Dalam kegiatan ini, tim HACCP menuliskan kelompok konsumen yang mungkin berpengaruh pada keamanan produk. Tujuan penggunaan produk harus didasarkan pada pengguna akhir produk tersebut. Konsumen ini dapat berasal dari orang umum atau kelompok masyarakat khusus, misalnya kelompok balita atau bayi, kelompok remaja, atau kelompok orang tua. Pada kasus khusus harus dipertimbangkan kelompok populasi pada masyarakat beresiko tinggi. 4. Penyusunan diagram alir proses Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk, terkadang disusun diagram alir proses sampai dengan cara pendistribusian 4

produk tersebut. Hal tersebut tentu saja akan memperbesar pekerjaan pelaksanaan HACCP, akan tetapi pada produk-produk yang mungkin mengalami abuse (suhu dan sebagainya) selama distribusi, maka tindakan pencegahan ini menjadi amat penting. Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya. 5. Verifikasi diagram alir proses Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. 6. Prinsip 1: analisa bahaya Setelah lima tahap pendahuluan terpenuhi, tim HACCP melakukan analisa bahaya dan mengindentifikasi bahaya beserta cara-cara pencegahan untuk mengendalikannya. Analisa bahaya amat penting untuk dilakukan terhadap bahan baku, komposisi, setiap tahapan proses produksi, penyimpanan produk, dan distribusi, hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adalah untuk mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen. Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi bahaya, penetapan tindakan pencegahan (preventive measure), dan penentuan kategori resiko atau signifikansi suatu bahaya. Dengan demikian, perlu dipersiapkan daftar bahan mentah dan ingridient yang digunakan dalam proses, diagram alir proses yang telah diverifikasi, serta deskripsi dan penggunaan produk yang mencakup 5

kelompok konsumen beserta cara konsumsinya, cara penyimpanan, dan lain sebagainya. Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko secara fisik, kimia dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya-bahaya tersebut dapat dikategorikan ke dalam enam kategori bahaya, yaitu bahaya A sampai F. 6

Tindakan pencegahan (preventive measure) adalah kegiatan yang dapat menghilangkan bahaya atau menurunkan bahaya sampai ke batas aman. Beberapa bahaya yang ada dapat dicegah atau diminimalkan melalui penerapan prasyarat dasar pendukung sistem HACCP seperti GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Sanitation Standard Operational Procedure), SOP (Standard Operational Procedure), dan sistem pendukung lainnya. Untuk menentukan resiko atau peluang tentang terjadinya suatu bahaya, maka dapat dilakukan penetapan kategori resiko. Dari beberapa banyak bahaya yang dimiliki oleh suatu bahan baku, maka dapat diterapkan kategori resiko I sampai VI (Tabel 3). Selain itu, bahaya yang ada dapat juga dikelompokkan berdasarkan signifikansinya 7

(Tabel 4). Signifikansi bahaya dapat diputuskan oleh tim dengan mempertimbangkan peluang terjadinya (reasonably likely to occur) dan keparahan (severity) suatu bahaya. Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau yang memiliki resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan critical control point. 8

9

7. Prinsip 2: penetapan Critical Control Point (CCP) CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat dikendalikan. Masing-masing titik penerapan tindakan pencegahan yang telah ditetapkan diuji dengan menggunakan CCP decision tree (Gambar 2,3,4) untuk menentukan CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan untuk mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi. 10

11

8. Prinsip 3: penetapan Critical Limit (CL) Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara "yang diterima" dan "yang ditolak", berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik. Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya memiliki 12

alasan kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini biasanya dilakukan berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli dibidang mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya. Untuk menetapkan CL maka pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah komponen kritis yang berhubungan dengan CCP?. Suatu CCP mungkin memiliki berbagai komponen yang harus dikendalikan untuk menjamin keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat digolongkan ke dalam batas fisik (suhu, waktu), batas kimia (ph, kadar garam). Penggunaan batas mikrobiologi (jumlah mikroba dan sebagainya) sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu untuk mengukurnya, kecuali jika terdapat uji cepat untuk pengukuran tersebut. 9. Prinsip 4: penetapan prosedur pemantauan untuk setiap CCP Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan terencana dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan CL untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan CL dipantau oleh personel yang terampil serta dengan frekuensi yang ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya kepraktisan. Pemantauan dapat berupa pengamatan (observasi) yang direkam dalam suatu checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara pemantauan, waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orang yang melakukan pemantauan. 10. Prinsip 5: penetapan tindakan koreksi Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi penyimpangan, sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Pada produk pangan berisiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian proses produksi sebelum semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan diuji keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat 13

dilakukan selain menghentikan proses produksi antara lain mengeliminasi produk dan kerja ulang produk, serta tindakan pencegahan seperti memverifikasi setiap perubahan yang telah diterapkan dalam proses dan memastikannya agar tetap efektif. 11. Prinsip 6: verifikasi program HACCP Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP yang ditetapkan. Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian program HACCP dapat diperiksa dan efektifitas pelaksanaan HACCP dapat dijamin. Beberapa kegiatan verifikasi misalnya: Penetapan jadwal inspeksi verifikasi yang tepat Pemeriksaan kembali rencana HACCP Pemeriksaan catatan CCP Pemeriksaan catatan penyimpangan dan disposisi inspeksi visual terhadap kegiatan untuk mengamati jika CCP tidak terkendalikan Pengambilan contoh secara acak Catatan tertulis mengenai inspeksi verifikasi yang menentukan kesesuaian dengan rencana HACCP, atau penyimpangan dari rencana dan tindakan koreksi yang dilakukan. Verifikasi harus dilakukan secara rutin dan tidak terduga untuk menjamin bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan. Verifikasi juga dilakukan jika ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika terjadi keracunan makanan oleh produk tersebut. 12. Prinsip 7: perekaman data (dokumentasi) Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh program HACCP sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan dipertahankan selama periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua catatan mengenai CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang dilakukan terhadap penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan sebagainya. Oleh karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas makanan jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh operator. 14

II. PENETAPAN HACCP A. Langkah 1: Penyusunan Tim HACCP Tim ini dapat terdiri dari 5-10 orang dan terdiri dari anggota yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam, seperti ahli mikrobiologi, ahli mesin (engineer), ahli kimia, personalia atau manajer bagian pembelian, bagian pengolahan atau produksi, bagian quality assurance dan sebagainya. Berdasarkan kesepakatan bersama kemudian ditunjuk seorang ketua. Sebaiknya diantara tim tersebut terdapat 15

orang-orang yang telah mendapatkan pelatihan tentang HACCP. Penyusunan tim HACCP berdasarkan jabatannya seperti tabel 6. 16

17

B. Langkah 2: Deskripsi Produk Tabel 7. Deskripsi Produk Ikan Sarden dalam kaleng Kategori Produk Produk Karakteristik produk Pengolahan Ikan Ikan Sarden Kaleng Warna merah, pedas manis, ikan tidak hancur, ikan tanpa kepala, isi perut dan ekor Cara Penggunaan Dipanaskan terlebih dahulu Tipe Kemasan Kaleng double seamer Masa Simpan dan Penyimpanan ± 1 tahun pada suhu kamar dan kering Konsumen Semua umur kecuali balita Label Khusus - Spesifikasi Produk Akhir Mutu 1 (Single Produk) Ikan kaleng merupakan produk olahan ikan yang telah melalui pemrosesan, dikemas dalam kaleng kedap udara, dan diberikan panas untuk mematikan bakteri di dalamnya serta mematangkannya. Pengalengan merupakan salah satu jenis metode pengawetan makanan dan mampu memperpanjang usia simpan makanan hingga lima tahun. Ikan merupakan salah satu jenis makanan yang memiliki tingkat keasaman yang rendah (ph cenderung tinggi, lebih dari 4,6) sehingga bakteri dapat tumbuh dengan mudah. Dibutuhkan sterilisasi dengan temperatur yang tinggi, umumnya hingga 130 o C. Sumber panas dan cara memanaskannya bervariasi, mulai dari penggunaan panci bertekanan hingga paparan ke uap panas sembari pemindahan dengankonveyor. Sterilisasi dapat dilakukan sebelum maupun setelah kaleng ditutup.membusuknya daging ikan dikarenakan keberadaan bakteri yang mencerna ikan serta mengeluarkan aroma dan rasa yang tidak sedap bagi daging ikan. 18

C. Langkah 3: identifikasi pengguna yang dituju Dalam kegiatan ini tim akan mencatat penggunaan produk, cara penyajian dan kelompok konsumen yang mungkin berpengaruh pada keamanan produk tersebut. Produk : ikan sarden dalam kaleng Cara Penyajian : dipanaskan terlebih dahulu Konsumen : Terdiri dari konsumen semua umur D. Langkah 4 & 5: penyusunan & verifikasi diagram alir Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi untuk disimpan bahkan terkadang sampai dengan pendistribusian produk tersebut. Diagram alir proses yang telah disusun oleh tim HACCP kemudian diverifikasi di tempat (on site verification) dengan cara mengobservasi secara langsung praktek produksi di lapangan, mewawancarai operator dan mencatat hal-hal yang berbeda dari hasil "brainstorm" tim HACCP. Verifikasi dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa diagram yang disusun benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. E. Langkah 6 (prinsip 1): analisa bahaya Formulir 2. Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahannya No Ingredien/Tahap Identifikasi Tindakan Jenis Bahaya. pengolahan Potensi Bahaya pencegahan 1. Penerimaan Fisik : Ada Kondisi ikan Pencucian, kualitas 19

Bahan 4. Sortasi 7. Pembersihan ikan Biologis : Ada Kimia : Ada Fisik : Ada tidak utuh. Pasir Bakteri patogen Logam berat Ukuran ikan tidak seragam bahan baku Pencucian, tahap pemanasan Melakukan pengecekan bahan baku dan menerima bahan baku yang hanya sesuai standar produksi Penerimaan bahan berdasarkan spesifikasi/ standar bahan baku (ikan) Biologis : Ada Bakteri patogen Tahap pemanasan Kimia : - - - Benda asing, Pembersihan Fisik : Ada sisa kotoran dilakukan sesuai SOP, ikan, duri pencucian Biologis : Ada Kontaminasi Pencucian, tahap mikrobia, pemasakan bakteri patogen Kimia : - - - Kontaminasi Fisik : Ada benda asing Pemotongan dengan (logam, plastik, pisau tajam Pengecilan 10. kayu, kaca) ukuran Kontaminasi Hygiene pekerja, Biologis : Ada mikrobia tahap pemasakan patogen Kimia : - - - 13. Pencucian Fisik : Ada Kontaminasi Meminimalisir benda asing (logam, plastik, kayu, kaca) gesekan/tekanan saat pencucian 20

Perendaman 16. Larutan garam 10% 19. Pencucian 22. Penirisan 25. Pewadahan Biologis : Ada Kontaminasi Menggunakan air mikrobia yang memenuhi syarat melalui media industri air Kimia : - - - Kontaminasi Fisik : Ada benda asing Memperhatikan waktu (logam, plastik, perendaman kayu, kaca) Biologis : - - - Kimia : - - - Fisik: Ada Meminimalisir Daging ikan gesekan/tekanan saat hancur pencucian Kontaminasi Menggunakan air Biologis : Ada mikrobia dengan yang memenuhi syarat media air industri Kimia : - - - Fisik : Ada Benda asing Wadah penirisan bersih Kontaminasi Biologis : Ada udara atau Tempat penirisan serangga dan bersih debu Kimia : - - - Fisik : Ada Mewadahi ikan sesuai Ikan tercecer, berat bersih ikan ukuran tidak dalam kaleng seragam, (standar), tempat kontaminasi poduksi bersih dan benda asing kerja secara hygine Biologi : Ada Kontaminasi Melakukan sanitasi mikrobia alat dan pekerja patogen sebelum dan setelah 21

produksi Kimia : - - - Kontaminasi benda asing Memperhatikan waktu Pemasakan Awal Fisik : Ada 28. (logam, plastik, dan suhu pemasakan 100 0 C 20 menit kayu, kaca) Biologi : - - - Kimia : - - - Fisik : Ada Kontaminasi Menghindari benda asing benturan, (logam, plastik, sanitasi kayu, kaca) menjaga 31. Penirisan Kontaminasi Tahap pemanasan mikrobia Biologi : Ada lanjut, sanitasi tempat patogen dengan produksi media udara Kimia : - - - Fisik : - - - Kontaminasi Penambahan saus Biologi : Ada mikrobia dengan metode hot Penambahan patogen filling 34. Dosis MSG dan Saus Menimbang dengan pewarna Kimia : Ada kadar yang tepat makanan serta sesuai ADI Na benzoat Memperhatikan Fisik : Ada Daging hancur waktu, suhu dan tekanan selama proses 37. Exhausting Kontaminasi Dihentikan saat sudah Biologi : Ada mikrobia anaerob tidak ada gelembung gas pada produk Kimia : - - - 40. Penutupan Fisik : Ada Kondisi kaleng Penutupan dengan (bocor, peyok) double seamer 22

43. Sterilisasi 46. Pendinginan 49. Pelabelan Biologi : Ada Kontaminasi Proses exhausting mikrobia sempurna patogen Kimia : - - - Fisik : - - - Biologi : Ada Mencapai suhu, Kontaminasi tekanan dan waktu bakteri patogen yang di tetapkan Kimia : - - - Fisik : - - - Kontaminasi Melakukan shock Biologi : Ada mikrobia theraphy dengan air thermofilik mengalir Kimia : - - - Fisik : - - - Kontaminasi Memperhatikan Biologi : Ada Formulir 2. Analisis Resiko Bahaya mikrobia patogen a. Bahaya biologis Nama produk: Ikan Sarden Dalam Kaleng sanitasi dan hygiene pekerja Produk/ingredien Produk: Ikan Sarden Kaleng Kelompok bahaya Kategori resiko A B C D E F - + - + + + IV Bahan mentah: Ikan sarden segar - + - + + + IV Air - + - + - - II Tomat - + - - - - I Cabai - + - - - - I Bawang putih - + - - - - I Gula - + - + - - II Garam - + - - - - I 23

Maizena - + - - - - I MSG - + - - - - I b. Bahaya Kimia Nama produk: Ikan Sarden Dalam Kaleng Kelompok bahaya Kategori Produk/ingredien resiko A B C D E F Produk: Ikan Sarden Segar - + + + + - IV Bahan mentah: Ikan sarden segar - - + + + - III Air - + - - - - I Tomat - + - - - - I Cabai - + - - - - I Bawang putih - + - - - - I Gula - + - + - - II Garam - + - - - - I Maizena - + - - - - I MSG - + - + + + IV c. Bahaya Fisik Nama produk: Ikan Sarden Segar Produk/ingredien Produk: Ikan Sarden Kaleng Kelompok bahaya Kategori resiko A B C D E F - - - - + + II Bahan mentah: Ikan sarden segar - + + + + - I Air - + - + - - II Tomat - + - - - - I Cabai - + - - - - I Bawang putih - + - - - - I Gula - - - - - - I Garam - - - + - - I Maizena - + - + - - II 24

MSG - - - + + - II F. Langkah 7 (Prinsip 2): penetapan CCP TABEL PENENTUAN CCP No. Tahap Proes P1 P2 P3 P4 P5 CCP/ Bukan Penerimaan CCP Ya Ya Ya - - CCP Bahan Sortasi Tidak - - - - Bukan CCP Pembersihan Ya Tidak Tida Ya Tidak CCP ikan Pengecilan ukuran Pencucian Perendaman Larutan garam k Tidak - - - - Bukan CCP Ya Ya Tida Tidak - Bukan CCP k Ya Tidak - - - Bukan CCP 10% Pencucian Ya Ya Tida Tidak - Bukan CCP k Penirisan Tidak - - - - Bukan CCP Pewadahan Tidak - - - - Bukan CCP Pemasakan Awal Ya Ya Ya - - CCP 100 0 C 20 menit Penirisan Tidak - - - - Bukan CCP Penambahan Ya - - - - CCP Saus Exhausting Ya Ya Ya - - CCP Penutupan Ya Ya Ya - - CCP Sterilisasi Ya Ya Ya - - CCP Pendinginan Ya Tidak - - - Bukan CCp Pelabelan Tidak - - - - Bukan CCP 25

G. Langkah 8 (Prinsip 3): Penetapan Critical Limit (CL) Tahapan proses Jenis CCP Batas kritis bahaya Fisik Karakteristik Sesuai dengan standar kualitas yang penerimaan: telah ditentukan Kimia -Kondisi fisik Penerimaan Bahan : Ikan Sarden Segar -Kesegaran Ikan -Tingkat Logam berat Mikrobi -Kondisi fisik Air memenuhi persyaratan, air ologis -Kondisi mengalir Pembersihan ikan mikrobiologi Fisik Penambahan Saus Fisik Ada cemaran Formulasi tepat, negatif logam berat logam Exhausting Mikrobi Ada cemaran Tidak ada mikroorganisme berbahaya ologi mikrobiologi Penutupan Fisik Kaleng tertutup rapat Sterilisasi Mikrobi Ada cemaran Tidak ada mikroorganisme berbahaya ologi mikrobiologi H. Langkah 9 (prinsip 4): penetapan prosedur pemantauan untuk setiap CCP Tahapan Pemantauan proses Apa Bagaimana Frekuensi Siapa Penerimaan Kondisi fisik Pemeriksaan -Setiap -QC 26

Bahan : Ikan Sarden Segar Pembersihan ikan Penambahan Saus Exhausting Penutupan Sterilisasi ikan sarden segar, kandungan logam berat Kondisi fisik ikan dan mikrobiologi s air Sistem pada metal detector Kondisi mikrobiologi s Kondisi fisik kaleng Kondisi mikrobiologi visual, sampling uji lab untuk logam berat Pemeriksaan visual, Sampling air proses (uji mikrobiologi) Melakukan pengujian terhadap fungsi dari metal detector dengan melewatkan penerimaan -Setiap proses -Sampling air secara periodik Setiap batch formulasi (sebelum dilakukan pelarutan formula saus) sampel standar Uji mikrobiologi Tiap batch Pemeriksaan kebocoran kaleng produksi Sampling setiap batch produksi Uji mikrobiologi Tiap batch produksi s I. Langkah 10 (PRINSIP 5): penetapan tindakan koreksi -PPIC -QC proses -QC mikrobilogi -QC WTP Bagian QC proses -QC proses -QC mikrobiologi QC proses -QC proses -QC mikrobiologi Penetapan tindakan koreksi dilakukan oleh tim HACCP untuk mengantisipasi penyimpangan terhadap CCP. Contoh penyimpangan pada CCP saringan adalah saringan rusak. Tindakan koreksinya misalnya dengan menghentikan produksi. Tindakan koreksi dicantumkan dalam lembar kerja HACCP plan (Lampiran 1). J. Langkah 11 (PRINSIP 6): verifikasi program HACCP 27

Verifikasi dalam penyusunan program HACCP ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap rencana HACCP, CCP, penyimpangan dan tindakan koreksi, audit terhadap pelaksanaan HACCP, dan pengujian laboratorium. Verifikasi dicantumkan dalam lembar kerja HACCP plan (Lampiran 1). K. Langkah 12 (PRINSIP 7): perekaman data (dokumentasi) Dokumentasi dilakukan terhadap rencana HACCP, hasil analisis bahaya, CCP, hasil pemantauan dan tindakan koreksi, serta hasil verifikasi. Dokumen ini disimpan sampai dengan 6 bulan setelah masa kadaluarsa produk. Dokumentasi dicantumkan dalam lembar kerja HACCP plan (lampiran 1). 28

Lampiran 1. RENCANA HACCP IKAN SARDEN DALAM KALENG Tahapan Jenis CCP Batas Pemantauan Tindakan Verifikasi Dokumentas proses bahay a Fisik Karakteristi kritis Sesuai Apa Kondisi Bagaiman a Pemeriksa Frekuen si -Setiap Siapa -QC koreksi -Hubungi Spv Review form i Form k dengan fisik an visual, penerima -PPIC QC/manager penerimaan penerimaan Penerima an Bahan : Ikan Sarden Segar Kimia penerimaan: -Kondisi fisik -Kesegaran Ikan -Tingkat Logam standar kualitas yang telah ditentukan ikan sarden segar, kandun gan logam berat sampling uji lab untuk logam berat an QC dan diputuskan diterima atau tidak. -menghubungi dept PPIC -komplain ke setiap hari bahan baku berat supplier Pembersi Mikro -Kondisi Air Kondisi Pemeriksa -Setiap -QC -Reproses Review form Form proses han ikan biolog fisik memenuhi fisik an visual, proses proses pembersihan proses produksi dan is -Kondisi persyarata ikan Sampling - -QC ikan produksi setiap form WTP mikrobiolog n, air dan air proses Samplin mikrobil -Hubungi Spv hari dan form 29

Fisik i mengalir mikrobi (uji g air ogi QC/manager WTP ologis mikrobiol secara -QC QC dan air ogi) periodik WTP Komplain ke Water Treatment Plant (WTP) jika ada kondisi air yang menyimpang Fisik Ada cemaran Formulasi tepat, Sistem pada Melakuka n Setiap batch Bagian QC -Hubungi Spv QC/manager Review laporan metal Form laporan metal logam negatif metal pengujian formulas proses QC apakah detector test detector test logam berat detecto r terhadap fungsi dari i (sebelum proses produksi harus setiap hari Penamba han Saus metal detector dengan melewatka n sampel standar dilakuka n pelarutan formula saus) dihentikan -Hubungi bagian maintanace untuk mengecek alat detector Exhaustin Mikro Ada Tidak ada Kondisi Uji Tiap -QC -Hubungi Spv Review form Form laporan 30

biolog cemaran mikroorga mikrobi mikrobiol batch proses QC/manager laporan proses proses i mikrobiolog nisme ologis ogi produksi -QC QC apakah produksi produksi ikan i berbahaya mikrobio produk dapat kaleng g logi lanjutkan atau tidak -Komplain ke Fisik Kaleng Kondisi Pemeriksa Samplin QC Produksi -Hubungi Spv Review form Form laporan tertutup fisik an g setiap proses QC/manager laporan proses proses rapat kaleng kebocoran batch QC apakah produksi produksi ikan kaleng produksi produk dapat kaleng lanjutkan atau Penutupa tidak n -Hubungi bagian maintanace untuk mengecek alat Sterilisasi Mikro Ada Tidak ada Kondisi Uji Tiap -QC penutup kaleng -Hubungi Spv Review form Form laporan biolog cemaran mikroorga mikrobi mikrobiol batch proses QC/manager laporan proses proses i mikrobiolog nisme ologis ogi produksi -QC QC apakah produksi produksi ikan i berbahaya mikrobio produk dapat kaleng 31

logi lanjutkan atau tidak -Komplain ke Produksi 32

III. KESIMPULAN 1. Penyusunan HACCP plan penting dalam sebuah industri pengalengan ikan sarden dalam kaleng karena dapat mencegah banyak kecacatan proses produksi yang menyebabkan timbulnya produk yang tidak sesuai dengan standar/ persyaratan. 2. Titik CCP dalam pembuatan ikan sarden dalam kaleng berdasarkan HACCP plan yang telah dibuat yaitu proses penerimaan bahan, pembersihan ikan, penambahan saus, exhausting, penutupan dan sterilisasi. Titik CCP pada proses pertama yaitu penerimaan bahan dapat dicegah dengan cara melakukan pengecekan bahan baku dan menerima bahan baku yang hanya sesuai standar produksi. Proses pembersihan ikan dapat dicegah dengan cara pembersihan dan pencucian dilakukan sesuai SOP. Proses penambahan saus dapat dicegah dengan cara peenambahan saus dengan metode hot filling, menimbang dengan kadar yang tepat sesuai ADI dan memperhatikan waktu, suhu dan tekanan selama proses. Proses exhausting dapat dicegah dengan cara memperhatikan waktu, suhu dan tekanan selama proses dan menghentikan saat sudah tidak ada gelembung gas pada produk. Proses penutupan dapat dicegah dengan cara penutupan dengan double seamer dan proses exhausting sempurna. Proses terakhir yaitu sterilisasi dapat dicegah dengan cara melakukan sterilisasi mencapai suhu, tekanan dan waktu yang di tetapkan. 33

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Pedoman Penyusunan Rencana HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pada Industri Kecap. Bahan Sosialisasi Pedoman HACCP untuk Industri Agro. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Anonim. 1981. Food Industry. Chili Sauce. Instituto Colombiano de Normas Tecnicas. Colombian Standard ICONTEC. Didalam Food Science and Technology Abstracts. 1983. (564):202 Bryan, F.l. 1994. HACCP: Present Status and Future in Contribution to Food Safety. Dairy, Food and Environmental Sanitation 14, 650-655 Buchanan, R.L. 1990. HACCP: A Re-Emerging Approach To Food Safety. Trends In Food Science. And Technology. November, 102-104 Early, R. 1996. Who is afraid of HACCP, IFI, NR 1 Mayes, T. 1992. Simple Users' Guide To The Hazard Analysis Critical Control Point Concept For The Control Of Food Microbiological Safety. Food Control. p.14-19 Mortimore, S. and Wallace, C. 1994. Hazard Analysis Critical Control Point, A Practical Approach. Chapman and Hall, London 34