STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

dokumen-dokumen yang mirip
PEREKONOMIAN INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

BAB 8 KEBIJAKAN FISKAL

Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri. Muhamad Yunanto

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PEREKONOMIAN INDONESIA. Kebijakan Fiskal Dan APBN. Rakhman, SP., MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi S1-Manajemen.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

CAKUPAN MATERI 1. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL 2. PERAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA 3. KONSEP APBN 4. GAMBARAN UMUM APBN 5. STUDI IMPLEMENTASI

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Perekonomian Indonesia

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

Ujian Akhir Semester Semester Genap 2016/2017 PEREKONOMIAN INDONESIA Waktu Pengerjaan: 180 Menit 24 Mei 2017 TUTUP BUKU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN


BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Ekonomi Bisnis dan Financial

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Siklus APBN. Januari. Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional. Juli. Agustus. November

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

KEBIJAKAN PENGANGGARAN BERSIFAT MULTI-DIMENSI

Perekonomian Suatu Negara

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH


BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

SOAL APBN DAN PAJAK MONETER

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPR mempunyai fungsi: legislasi; anggaran; dan pengawasan.

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

Transkripsi:

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015

TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang dilakukan oleh Pemerintah.

Fiscal Policy Fiscal Policy: the goverment s choice regarding levels of spending and taxation (Mankiw 2000). Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, Sukirno: 2006). Karena ukuran pengeluaran pemerintah yang sangat besar, membuat kebijakan pemerintah akan memiliki pengaruh signfikan dalam perekonomian. Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan moneter, perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya

Tujuan Kebijakan Fiskal Meningkatkan laju investasi Untuk mendorong investasi optimal secara sosial. Untuk meningkatkan kesempatan kerja. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional Untuk menanggulangi inflasi/deflasi Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Fungsi Utama Kebijakan Fiskal 1. Fungsi Alokasi mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. 2. Fungsi distribusi Mengupayakan pembagian pendapatan nasional merata untuk semua kalangan 3. Fungsi stabilisasi Memelihara keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga barang pokok relatif stabil, dan tingkat pertumbuhan.

Siapa yang menetapkan Fiscal Policy? DPR dan Presiden menyusun kebijakan fiskal melalui penetapan APBN. Penetapan APBN dilakukan dengan penetapan UU tentang APBN yang dilakukan setiap tahun

APBN? Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Menunjukkan Waktu (tahun) yang pasti Memberikan otorisasi kepada pemerintah untuk melakukan penarikan pajak dan pengeluaran belanja Setiap Tahun (12 bulan, bukan sekedar dari januari sd Desember) pemerintah menggunakan anggaran baru. Terdapat kemungkinan perubahan dalam pertengahan tahun.

Bentuk Kebijakan Fiskal Total belanja (pengeluaran) pemerintah akan membantu mengubah kondisi ekonomi dengan cara meningkatkan atau mengurangi output perekonomian. Dua bentuk kebijakan fiskal: Penstabil otomatik (automatic stability policy) Fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy)

Penstabil Otomatik (Automatic Stability Fiscal Policy) merupakan bentuk-bentuk system fiscal yang secara otomatis cenderung dapat menimbulkan terjadinya kestabilan dalam kegiatan ekonomi. Dirancang agar secara otomatis dapat mengatasi kelambanan atau inside lags yang terkait dengan kebijakan stabilitasi sering disebut kebijakan tanpa kelambanan. Kebijakan yang mendorong atau menekan perekonomian ketika diperlukan tanpa melakukan perubahan kebijakan yang disengaja sering disebut sbg kebijakan fiskal pasif. Dalam kondisi inflasi tinggi dan pengangguran tinggi, kebijakan ini tidak cocok.

Fiskal Diskresioner Discresionary Fiscal Policy Disebut juga kebijakan aktif: tindakan yang diambil pemerintah dalam bidang pengeluaran pemerintah atau penerimaan pajak yang secara khusus dapat merubah sistem ekonomi yang ada. Tujuan pengambilan kebijakan ini adalah untuk mengatasi masalah-masalah perekonomian yang sedang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga tetap tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi pada keadaan tingkat full employment dengan tanpa inflasi

Kebijakan Fiskal Diskresioner: 1. Expansionary Fiscal Policy: Kebijakan fiskal (mengembang) yang bertujuan meningkatkan output perekonomian 2. Contractionary Fiscal Policy: Kebijakan fiskal (mengecil) yang bertujuan mengurangi output perekonomian

EXPANSIONARY POLICY Selama ekonomi mengalami konstraksi atau resesi, seperti pengangguran tinggi dan investasi yang rendah, pemerintah dapat melakukan 2 hal berikut: 1. Menurunkan Pajak Atau 2. Meningkatkan Pengeluaran

Menurunkan Pajak 1. Memberikan masyarakat memiliki uang banyak untuk dibelanjakan 2. Banyak uang = banyak permintaan 3. Banyak permintaan = banyak produksi 4. Banyak produksi = banyak pekerjaan 1. Banyak pekerjaan = banyak permintaan dst

Meningkatkan Pengeluaran 1. Peningkatan permintaan barang 2. Banyak permintaan = banyak produksi 3. Banyak produksi = banyak pekerjaan 4. Banyak pekerjaan = banyak permintaan dst.

CONTRACTIONARY POLICIES Selama periode inflasi sangat tinggi atau excessive inflation (selama periode expansion), pemerintah dapat melakukan 2 hal berikut : 1. Meningkatkan Pajak Or 2. Menurunkan Pengeluaran

Menaikkan pajak 1. Masyarakat memiliki sedikit uang untuk dibelanjakan 2. Sedikit uang = sedikit permintaan 3. Less demand = inflasi kecil

Mengurangi pengeluaran 1. Sedikit uang dalam perekonomian 2. Sedikit uang = sedikit permintaan 3. Sedikit permintaan = inflasi rendah

Kebijakan Fiskal Pemerintah Republik Indonesia

Beberapa penerapan Kebijakan Fiskal penting dalam perjalanan RI Kebijakan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Berimbang dan Dinamis (1966-1999) Penurunan Tarif nominal pajak perluasan pembayar pajak (wider tax base) Tahun Anggaran 1994 Kebijakan Fiskal di masa Krisis 1997 Paket Kebijakan penyesuaian APBN 2001 Kebijakan Fiskal TA 2015 (lihat nota keuangan)

Kebijakan APBN Berimbang dan Dinamis (1966-1999) Sebagai sistem kebijakan fiskal yang diperkenalkan oleh Kabinet Ampera di awal ORBA, Tidak sesuai dengan standar teori keuangan negara karena memasukkan pinjaman luar negeri sebagai bagian dari penerimaan negara Kebijakan ini dilakukan untuk menghadapi hiperinlasi yang mencapai 650 % pada pertengahan tahun 1966 namun masih digunakan sampai dengan 1999 Frans Seda, Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep dan Implementasi (Kompas Februari 2004) hal 67

Penurunan Tarif nominal pajak TA 1994 Guna mendorong Investasi, maka di tahun Anggaran 1994 telah dilakukan penyesuaian tarif pajak penghasilan badan dan perorangan yang pada saat itu menggunakan tarif yang sama. Tarif pajak sebelumnya berlaku 15 %; 25%; dan 35% diturunkan menjadi 10%; 15%; dan 30% Kebijakan ini diimbangi dengan perluasan pembayar pajak (wider tax base) Hasilnya meski tarif nominal diturunkan namun penerimaan pajak meningkat seiring dg perkembangan kegiatan ekonomi dan bisnis Marzuki Usman, Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep dan Implementasi (Kompas Februari 2004) hal 111

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO Asumsi Dasar Ekonomi Makro merupakan anggapan dasar dasar dalam perhitungan postur APBN. Asumsi dasar ekonomi makro mencakup variabelvariabel yang dinilai memiliki dampak signifikan terhadap postur APBN. Meskipun asumsi dasar tersebut hanya sebagai ancar-ancar dalam menghitung postur APBN, namun dalam kondisi tertentu, asumsi dasar tersebut dapat menjadi target yang harus dapat dicapai. Berkaitan dengan itu, menjaga stabilitas ekonomi makro menjadi keharusan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN.

LANJUTAN Asumsi Dasar Ekonomi Makro disusun berdasarkan: sasaran yang terdapat pada RPJMN dan Sasaran yang terdapat dalam RKP perkembangan perekonomian global maupun domestic (existing dan estimasi)

Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2007-2013

ASUMSI MAKRO APBN 2015

Lanjutan

APBN-P 2014 vs APBN 2015 APBN 2015 APBN-P 2014

KEBIJAKAN FISKAL 2015 Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan 1. Alokasi anggaran bersifat baseline yang memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat 2. Tingkat deficit yang lebih rendah 3. Memberikan ruang gerak fiskal kepada pemerintahan baru untuk melakukan penyesuaian.

TIGA LANGKAH UTAMA 1. Pengendalian defisit dalam batas aman, melalui optimalisasi pendapatan dengan tetap menjaga iklim investasi dan menjaga konservasi lingkungan, serta meningkatkan kualitas belanja dan memperbaiki struktur belanja. 2. Pengendalian rasio utang pemerintah terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas aman dan terkendali, serta mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif. 3. Pengendalian risiko fiskal dalam batas toleransi antara lain melalui pengendalian rasio utang terhadap pendapatan dalam negeri, debt service ratio, dan menjaga komposisi utang dalam batas aman serta penjaminan yang terukur.

Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2015 1. Optimalisasi penerimaan perpajakan dengan menggali potensi wajib pajak orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan menengah, serta sektor non tradable seperti properti, jasa keuangan, dan perdagangan, serta beberapa transaksi ekonomi strategis. 2. Pemberian insentif fiskal dan penerapan kebijakan hilirisasi pada komoditas tertentu untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah. 3. Penyesuaian kebijakan di bidang bea masuk, bea keluar, dan PPh. 4. Penyesuaian tarif cukai hasil tembakau untuk pengendalian barang kena cukai.

Kebijakan PNBP 2015 1. Optimalisasi penerimaan migas (merealisasikan produksi sumur minyak baru, menahan penurunan alamiah lifting migas, dan pengendalian cost recovery). 2. Penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi. 3. Peningkatan kinerja BUMN. 4. Peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP. 5. Perbaikan administrasi dan sistem PNBP. 6. Perbaikan regulasi PNBP.

Kebijakan Pokok Belanja 2015 1. Mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang berkelanjutan, a.l. melalui dukungan pembangunan konektivitas nasional, percepatan penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan daya saing ketenagakerjaan. 2. Efisiensi anggaran subsidi energi dengan dukungan kebijakan alokasi subsidi yang lebih tepat sasaran, mengurangi penggunaan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap, serta mendukung pengembangan energy baru dan terbarukan. 3. Meningkatkan dan memperluas akses pendidikan yang berkualitas, serta meningkatkan kualitas SJSN, termasuk peningkatan kualitas dan efisiensi belanja. 4. Pengalokasian dana desa di TA 2015 untuk menjadi stimulus dalam mendorong percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa secara efisien dan efektif serta sejalan dengan prinsip good governance.

Kebijakan Pokok Pembiayaan 2015 1. Pembiayaan Utang 1. Pengendalian rasio utang terhadap PDB 2. Mengutamakan pembiayaan utang yang bersumber dari dalam negeri. 3. Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek 2. Pembiayaan Non Utang 1. Mengalokasikan PMN kepada BUMN untuk percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas usaha BUMN. 2. Mengalokasikan dana bergulir untuk penyediaan fasilitas pembiayaan dalam rangka memenuhi ketersediaan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan untuk memberikan stimulus bagi KUMKM berupa penguatan modal.

Sampai di sini dulu...