OLEH : EFIK YUSDIANSYAH

dokumen-dokumen yang mirip
SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM )

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Negara Republik Indonesia. sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

BAB III KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004

SUMBER WEWENANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMERINTAH DAERAH DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA LAUT. 1.1.Tinjauan Umum Mengenai Pemerintah Daerah

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah dilakukan diperoleh

Oleh: Totok Soeprijanto Widyaiswara Utama pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Reposisi Peraturan Desa dalam Kajian Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 & Undang-undang No. 12 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

11/16/2015 F A K U L T A S HUKUM ADMINISTRASI NEGARA INSTRUMEN PEMERINTAH. By. Fauzul H U K U M FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JABATAN, PEMERINTAH DAERAH, ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK, KEWENANGAN SERTA ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PRODUK

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

BAB IV KEWENANGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENERTIBAN TANAH TERLANTAR. pemerintah dalam melaksanakan tindakan hukum publik. Suwoto Mulyosudarmo

Pendidikan Kewarganegaraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 24 November 2008

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Hukum Administrasi Negara

BAB I P E N D A H U L U A N

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TIGA UNDANG- UNDANG TERKAIT DENGAN KEUANGAN NEGARA

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB II KONSEP WEWENANG ADMINISTRASI PERTANAHAN BAGI PENYELENGGARAAN PERUMAHAN

BAB III KONSEKUENSI HUKUM MASUKNYA TAP MPR RI KE DALAM HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG P3

BAB IV PEMBAHASAN TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

IMPLIKASI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Pdengan Persetujuan Bersama

KOORDINASI PEMERINTAHAN DI DAERAH

BAB II TINJAUAN TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAYA PERUMUSAN KALIMAT PERINTAH PEMBENTUKAN PERATURAN YANG MENJALANKAN DELEGASI DARI UNDANG-UNDANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

Hubungan antara MPR dan Presiden

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PENGUASA 1 H. UJANG ABDULLAH, SH. M.Si 2

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN PELAKSANA TUGAS SEMENTARA ( PLT ) GUBERNUR DALAM PEMERINTAHAN DAERAH. 1. Pengertian Wewenang dan Kewenangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

HAN & kekuasaan Negara. Status Naturalis Primus interpares!pactum unionis: leges fundamentalis

BAB II TINJAUAN UMUM. Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan

HUKUM TERTULIS Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan bersama manusia dalam masyarakat

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

KEPASTIAN HUKUM DAN TANGGUNG GUGAT ATAS DISKRESI

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN KAJIAN NORMATIF

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

Peraturan Presiden. Istilah, Wewenang, Materi dan Penyusunannya

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lama bahkan sejak sebelum kemerdekaan, dan mencapai puncaknya PADa era

HAN Sektoral Pertemuan Kedua HAN Sektoral dan Peraturan Perundang-Undangan SKEMA PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri Tanjung Balai Karimun

PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA RI

INSTRUMEN PEMERINTAH

(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sebelum Amandemen Undang-Undang Dasar 1954, MPR merupakan

MPR sebelum amandemen :

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA BERDASAR UU PERADILAN TATA USAHA NEGARA DAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

AMANDEMEN UUD 1945 IZA RUMESTEN RS

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

BERACARA DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA.

Transkripsi:

OLEH : EFIK YUSDIANSYAH

ISTILAH KEKUASAAN (LEGISLATIF) KEWENANGAN (EKSEKUTIF) KOMPETENSI (YUDISIAL)

KEKUASAAN Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain sesuai dengan tujuan dan keinginannya. Kekuasaan ini ada yang berdasarkan hukum disebut bevoegdheid/ wewenang/rechtsmacht, ada kekuasaan yang t idak berdasarkan hukum blotemacht

kewenangan Wewenang Ateng s authority, gesag = kewenangan, competence, bevoegdheid = wewenang Kewenangan = kekuasaan yang berasal dari hukum = kekuasaan formal yg diberikan terhadap suatu bidang pemerintahan/urusan pemerintahan tertentu. Wewenang hanya mengenai satu bagian tertentu dari kewenangan ( berkaitan dengan pejabatnya

Kedudukan hukum pemerintah Kedudukan hukum (rechtspotitie) Pemerintah dalam hukum publik 1. Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan yang berkenaan dengan fungsi 2. jabatan, lingkungan pekerjaan tetap yg berisi fungsi-2 tertentu yg secara keseluruhan mencerminkan tujuan dan tata kerja organisasi 3. Fungsi, lingkungan kerja yang terperinci dalam hubungannya secara keseluruhan

KRITERIA JABATAN ATAU ORGAN PEMERINTAHAN Menjalankan wewenang atas nama dan tanggung jawab sendiri Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hukum administrasi Dapat bertindak sebagai tergugat dan penggugat di peradilan Pada hakekatnya tidak memiliki harta kekayaan sendiri. Jabatan bupati organ dari badan hukum kabupaten.

Jabatan organ pemerintahan yg diletakan hak dan kewajiban Jabatan tidak dapat bertindak sendiri, jabatan dapat melakukan perbuatan hukum melalui perwakilan (vertegenvoordiging) yaitu Pejabat (ambtsdrager) Jadi pemilik wewenang adalah jabatan, pejabat hanya menjalankan tugas dan wewenang, karena pejabat tidak memiliki wewenang

Perbedaan Jabatan dan Pejabat Memiliki kedudukan hukum yang berbeda dan diatur dengan hukum yang berbeda Jabatan diatur dengan hukum tata negara dan hukum administrasi Pejabat diatur dengan hukum kepegawaian Pejabat menampilkan dirinya pada dua kepribadian, yaitu selaku pribadi dan personifikasi dari organ, sehingga ia tunduk pada hukum kepegawaian, juga pada hukum keperdataan dalam kapasitasnya sebagai individu atau pribadi

SUMBER KEWENANGAN ATRIBUSI = Terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh sustu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan DELEGASI = pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya, sebagai wewenang sendiri MANDAT = organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.

Pengertian Atribusi Pembagian kekuasaan kepada berbagai instansi (absolute competentie/kompetensi mutlak), sebagai lawan dari distributie van rechtsmacht. J Membagikan suatu perkara kepada kekuasaan yudikatif atau kekuasaan aksekutif : conflicten van attributie, konflik pembagian kekuasaan. Delegasi Penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang rendah; penyerahan yang demikian dianggap tidak dapat dibenarkan selain dengan atau berdasarkan kekuatan. Mandat Berasal dari bahasa latin mandatum dengan kata kerjanya mandare, - atum yang artina melimpahkan (overdragen), mempercayakan (touvertrouwen), memerintahkan (bevelen).

ATRIBUSI Bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan Penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern ada pada atributaris (penerima wewenang)

Atribusi Van Wijk/Konijnenbelt : Di negeri Belanda, atribusi merupakan cara yang lazim bagi suatu organ pemerintahan (administrasi Negara) dalam memperoleh suatu wewenang guna menjalankan urusan pemerintahan. Berkaitan dengan keadaan di Indonesia {atribusi wewenang yang berasal dari suatu delegasi (delegatif)}: Atribusi pertama, berkedudukan sebagai original legislator, yakni ditingkat pusat adalah MPR sebagai pembentuk UUD ( konstituante), dan Presiden bersama DPR membentuk UU. Atribusi yang kedua (delegated legislator), seperti Presiden yang berdasar atas suatu ketentuan UU mengeluarkan suatu PP yang berisi penciptaan wewenang pemerintahan kepada badan atau pejabat TUN.

Penerapan prinsip pemberian kekuasaan atau kewenagan yang bersumber pada atribusi dilaksanakan melalui: PPKI yang bertindak selaku badan pembentuk Negara ; MPR yang mempunyai kekuasaan mengubah dan menetapkan UUD mengembangkan kekuasaan atau kewenangan yang tidak diatur secara lengkap dalam UUD dalam bentuk Amandemen; Presiden dengan persetujuan DPR bertindak selaku badan pembuat UU. Ciri-ciri atribusi (attribrutie) wewenang: Pengatribusian wewenang menciptakan kekuasaan baru, sehingga sifatnya tidak derivatif; Pemberian wewenang melalui atribusi tidak menimbulkan kewajiban bertanggung jawab, dalam arti tidak diwajibkan menyampaikan laporan atas palaksanaan wewenang; Pemberian wewenang melalui atribusi harus berdasar atas peraturan perundang-undangan; Wewenang yang diperoleh melalui atribusi dapat dilimpahkan kepada badanbadan administrasi lain, tanpa harus memberi tahu kepada badan yang memberi wewenang; Wewenang atribusi merupakan kekuasaan yang bersumber dari wewenang asli (original)

Delegasi Suatu pelimpahan wewenang dari organ administrasi negara kepada organ administrasi Negara yang lain. Implikasi pelimpahan wewenang dimaksud membuat A tidak berwenang lagi setelah B menerima wewenang tersebut.

Dalam pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan : Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi menggunakan wewenang yang telah dilimpahkan Delegasi harus berdasarkan ketentuan per-uu-an Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan kepegawaian tidak diperkenankan Adanya kewajiban mempertanggungjawabkan dari penerima delegasi (delegetaris) kepada delegans Delegans dapat memberikan instruksi tentang penggunaan wewenang tersebut kepada delegataris

cirri-ciri yang melekat pada pelimpahan wewenang (delegatie) : Pelimpahan wewenang hanya boleh dilakukan oleh badan atau organ pemerintah (administrasi Negara) yang berkompeten ; Pelimpahan wewenang mengakibatkan tidak berkompeten lagi delegans dalam kurun waktu yang ditentukan ; Penerima wewenang (delegataris) harus bertindak untuk dan atas nama sendiri. Karena itu segala akibat hukum yang timbul dari pendelagisian wewenang menjadi tanggung jawab delegataris; Tata cara dan akibat hukum pada pelimpahan wewenang antara delegans dengan delegataris berlaku sama antara delegataris (sub delegans) dengan sub delegasi (sub delegataris)

Dalam hubungan dengan atribusi, delegasi dan sub delegasi Segi positif : Sistem atribusi, delegasi (dan sub delegasi) memungkinkan pembentukan peraturan atau pengambilan keputusan dicapai lebih cepat dari pada pembentukan UU. Sistem atribusi, delegasi (dan sub delegasi) memungkinkan pembentuk UU membatasi (diri) pada pengaturan yang bersipat pokokpokok saja. Pengaturan rinci dapat dilakukan oleh pemegang weenang atribusi atau delegasi. Sistem atribusi, (dan sub delegasi) menunjukkan karakter yang lebih fleksibel daripada UU. Peratuaran atau keputusan yang dibuat berdasarkan atribusi atau delegasi akan lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan baru karena tata cara pembuatannya lebih sederhana daripada pembuatan UU. Sistem atirbusi, (dan sub delegasi) dapat merupakan cara menghindari persoalan politik tertentu yang mungkin timbul kalau ditetapkan dengan UU. segi negatif : Peraturan atau keputusan yang dibuat berdasarkan atribusi atau delegasi tidak dibahas oleh badan perwakilan rakyat, sehingga tidak berkesempatan diuji secara demokrasi (dalam forum demokrasi ). Peraturan atau keputusan yang dibuat berdasarkan atribusi atau delegasi tidak memberikan kesempatan kepada badan perwakilan rakyat untuk meninjau kosekuensi keuangan yamg mungkin timbul. Dengan perkata lain badan perwakilan rakyat tidak dapat mempergunakan hak budgetnya dengan baik.

MANDAT Mandataris hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat (mandans) Tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris, tetap berada pada pemberi mandat (mandans)

PERBEDAAN PROSEDUR TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT KEMUNGKINAN PENGGUNAAN WEWENANG LAGI DELEGASI DILAKUKAN DENGAN PERATURAN NPERUNDANG BERALIH PADA DELEGATARIS (PENERIMA DELEGASI) DELEGANS (PEMBERI) TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN WEWENANG ITU LAGI MANDAT TERJADI UMUMNYA ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN KECUALI DILARANG TEGAS TETAP PADA MANDANS (PEMBERI MANDAT) MANDANS (PEMBERI) SETIAP SAAT DAPAT MENGGUNAKAN WEWENANG ITU LAGI

PERBEDAAN ANTARA DELEGASI DAN MANDAT No. Delegasi No. Mandat 1. 2. 3. 4. 5. Pelimpahan wewenang (Overdracht van bevoegdheid) Kewenangan tidak dapat dijalankan secara insidentil oleh organ yang memiliki wewenang asli Terjadi peralihan tanggungjawab Harus berdasar UU Harus tertulis 1. 2. 3. 4. 5. Perintah untuk melaksanakan (Opdracht tot uitvoering) Kewenangan dapat sewaktu- 2 dilaksanakan oleh mandans Tidak terjadi peralihan tanggungjawab Tidak harus berdasar UU Dapat tertulis dan dapat lisan

Mandat Kewenangan, baik yang diperoleh melalui atribusi maupun delegasi keduanya dapat saja dimandatkan kepada organ administrasi bawahan manakala organ atau pejabat administrasi yang secara resmi menerima wewenang tadi tidak mampu untuk melaksanakannya. Akan tetapi pada mandat tidak ada penciptaan /pemberian atau pun penyerahan wewenang. Sebab bentuk hubungan kerja yang terjadi adalah bersifat internal dalam suatu organ atau badan administrasi Negara.

Kesimpulan : Mandat dapat diperoleh, baik melalui kewenangan atribusi maupun delegasi ; Mandat dapat merupakan bentuk hubungan kerja internal dalam suatu organ pemerintahan atau badan administrasi Negara maupun eksternal, dalam arti bukan hubungan antara atasan dengan bawahan sepanjang memenuhi persyaratan tertentu ; Pemberi Mandat (mandans) bertanggung kawab terhadap pihak ketiga, sepanjang tindakan penerima mandate (mandataris) pada batas-batas yang dimandatkan ; Konsekuensinya bagi penerima mandate (mandataris) tetap diwajibkan menyampaikan laporan atas pelaksanaan mandate kepada menteri mandate (mandans) ; Penerima mandate (mandataris) pada prinsipnya tidak boleh melimpahkan kewenangan kepada pihak ketiga, baik sebagian maupun seluruhnya tanpa seizing pemberi mandat (mandans).