Hukum Surat Berharga Pasar Uang
A. SURAT BERHARGA PENGERTIAN SURAT BERHARGA Heru Soepraptomo dalam disertasinya, Masalah- Masalah Peraturan-Peraturan Cek dan Bilyet Giro di Indonesia, menyebutkan bahwa satu surat dapat digolongkan sebagai Surat Berharga apabila surat itu merupakan alat untuk diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap utang yang telah ada. Soekardono menyebutkan bahwa Surat Berharga adalah surat-surat yang senilai dengan perikatan dasarnya. Definisi ini pada dasarnya menekankan bahwa satu Surat Berharga ada jika sebelumnya telah terdapat suatu perikatan. Dengan demikian, hubungan hukum antara penerbit dan pemegang terkait Surat Berharga merupakan derivatif atau turunan dari perikatan yang telah ada sebelumnya, terutama antara penerbit dengan pemegang pertama atas suatu Surat Berharga. FUNGSI SURAT BERHARGA 1. Sebagai Alat Pembayaran 2. Sebagai Alat Pemindahan Hak Tagih 3. Sebagai Surat Bukti Hak Tagih PENGATURAN SURAT BERHARGA Surat berharga diatur dalam Buku Pertama Bab VI dan Bab VII KUHD terdiri dari: 1. Bab VI, mengatur tentang Surat Wesel dan Surat Sanggup (Order); 2. Bab VII, mengatur tentang Surat Cek, Promes dan Kuitansi Atas Tunjuk
A. SURAT BERHARGA PASAR UANG Pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana atau Surat Berharga yang mempunyai jangka waktu pendek yakni dibawah satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga perbankan 1. Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Modal Pasar Uang Pasar Modal diperdagangkan Surat Berharga jangka pendek, pada umumnya merupakan instrumen alat bayar di luar uang kuartal lembaga pengawas dan atau regulatornya dilakukan oleh Bank Indonesia instumern yang diperdagangkan Surat Berharga berjangka waktu panjang merupakan instrumen kepemilikan modal atau investasi lembaga pengawas dan atau regulatornya Kementrian Keuangan qq Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam 2. Fungsi Pasar Uang Mempermudah dunia bisnis dan atau masyarakat memperoleh dana jangka pendek untuk membiayai modal kerja atau kebutuhan jangka pendek lainnya Memberikan kesempatan dunia bisnis dan atau masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan seperti membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Sebagai sarana pengendalian moneter secara tidak langsung oleh otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia dalam melaksanakan Operasi Pasar Terbuta (OPT). Menunjang program pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
B. SURAT WESEL DEFINISI SURAT WESEL Mahmoeddin AS (1995:40) menyebutkan Surat Wesel ialah sejenis Surat berharga dan termasuk surat tagihan orang (schuldv orderings paper), serta merupakan suatu perintah tertulis yang tidak bersyarat dari penanda tangan (penarik/drawer) kepada seseorang/bank (tertarik) untuk membayar tanpa syarat, suatu jumlah uang tertentu, kepada suatu orang atau pihak tertentu atau yang ditunjuk olehnya kepada si pembawa (Pasal 100 KUHD). PERSONIL SURAT WESEL Personil dalam penerbitan Surat Wesel sekurangkurangnya tiga pihak, yaitu: Penerbit Surat Wesel, pihak yang menerbitkan Surat Wesel berkedudukan sebagai kreditor yang menerbitkan Surat Wesel berkedudukan sebagai kreditor yang mempunyai hak tagih, Pihak tertarik, adalah debitur yang melakukan akseptasi atas penerbitan Surat Wesel, dan Pemegang Surat Wesel, adalah pihak ketiga, sebagai penyandang dana, menggantikan kedudukan kreditor dan menguasai Surat Wesel.
C. SURAT SANGGUP ATAU SURAT AKSEP DEFINISI Surat Sanggup adalah surat pengakuan utang yang dibuat oleh debitur atas permintaan kreditor. Sesuai dengan pengertian dari kata instrumen dimaksud, yaitu merupakan suatu kesanggupan atau pengakuan untuk membayar suatu kewajiban. Surat Sanggup disebut juga Surat Aksep atau Surat Promes. Surat Aksep adalah surat pernyataan kesanggupan untuk membayar kepada seseorang atau pihak, sejumlah uang tertentu pada tempat dan tanggal tertentu. Surat Promes adalah surat yang menyatakan janji untuk membayar sejumlah uang. PENERBIT Penerbit Surat Sanggup atau Surat Aksep didasarkan dengan adanya perikatan dasar sebelumnya (order liggende, verhouding), seperti perjanjian utang piutang, simpanan uang (simpanan giro), sebagaimana penerbitan surat berharga pada umumnya. Dalam penerbitan Surat Sanggup, para pihak terdiri dari penerbit yang sekaligus berkedudukan sebagai pengaksep atau tertarik dan pemegang sebagai penarik. PARA PIHAK Penerbit atau penanda tangan surat sanggup. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran. Pemegang (Holder)
D. SURAT CEK DEFINISI SURAT CEK Abdulkadir Muhammad (2007:171) menyebutkan, Surat Cek adalah surat yang memuat kata Cek yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada banker untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa, di tempat tertentu. Dari definisi di atas, tampak bahwa secara aplikatif, dalam Surat Cek terdapat minimal ada dua pihak yaitu penerbit dapat sekaligus pemegang dan pihak tertarik yaitu bank selaku pembayar. Dengan demikian Surat Cek adalah alat pembayaran giral yang ditarik oleh pemegang rekening (giro) yang harus dibayar oleh bank sebagai pemelihara simpanan tanpa syarat sepanjang dananya cukup, dan atau dapat dipindahtangankan. DASAR HUKUM Surat Cek diatur dalam Bab VI Bagian 1, Pasal 178-229 KUHD. Sesuai dengan fungsinya Surat Cek adalah perintah bayar tak bersyarat. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. AS/D/II/tahun 1964, di Indonesia tidak dikenal cek mundur (Post date cheque) sebagaimana berlaku di beberapa negara.
E. KUITANSI DAN PROMES ATAS TUNJUK Jenis Surat Atas Tunjuk terdiri dari; 1. Kuitansi Atas Tunjuk, yang sifatnya perintah untuk membayar (quintantien dan toonder), Scheltema, menyebutkan Kuitansi Atas Tunjuk itu sebenarnya adalah suatu perintah membayar yang dibungkus atau diselubungi (verkapte betalings opdracht) dari si penandatangan ditujukan kepada orang yang di dalam Surat Kuitansi tersebut dikatakan telah membayar. 2. Promes Atau Surat Atas Tunjuk yang sifatnya janji untuk membayar (Promes dan toonder). Promes Atas Tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali di mana penandatangannya sendiri berjanji akan membayar sejumlah uang yang ditentukan di dalamnya kepada tertunjuk, pada waktu diperlihatkan pada suatu waktu tertentu.
F. BILYET GIRO DEFINISI Secara etimologi Bilyet Giro berasal dari bahasa Belanda, kata bilyet berarti kertas atau surat. Giro atau giral berasal dari bahasa Prancis yang berarti edar. Jadi bilyet giro secara harafiah diartikan sebagai kertas atau surat yang dapat diedarkan, terkait dengan pemindah bukuan dari satu rekening ke rekening lainnya, baik pada bank yang sama maupun pada bank yang berbeda. PERSONIL BILYET GIRO Penerbitan, adalah pihak yang menerbitkan Bilyet Giro yang berkedudukan sebagai debitur atau pembayar; dan pihak yang memiliki rekening giro pada bank. Pemegang, adalah pihak yang memegang Bilyet Giro yang mana nama dan nomor rekeningnya disebut dalam Bilyet Giro tersebut. Bank Pembayar, adalah bank di mana penerbit Bilyet Giro memiliki rekening giro.
G. KONOSEMEN PENGERTIAN Tirtaatmadjaya, M.H., menyebutkan Konosemen adalah sepucuk surat yang diberi tanggal, yang berisi keterangan menyangkut, biasanya kapten kapal, bahwa ia telah menerima barang-barang tertentu supaya diangkut seluruhnya atau sebagian melalui laut ke suatu tempat tujuan yang telah ditunjuk dan untuk itu diserahkan di situ kepada seseorang yang telah ditunjuk dan pula atas syarat-syarat apa penyerahan itu akan dilakukan. FUNGSI KONOSEMEN Tanda terima penyerahan barang (receipt of goods). Kontrak penyerahan barang (contract of delivery). Bukti kepemilikan barang (document of titel atau titel of document). Perlindungan atas barang yang diangkut. Kuitansi (bukti pembayaran) uang tambang. Tanda bukti lawan.
H. SERTIFIKAT BANK INDONESIA SERTIFIKAT BANK INDONESIA UNTUK PENGEMBANGAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL Sertifikat Bank Indonesia adalah Surat Berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Pada awalnya SBI diterbitkan dalam pecahan seperti kertas berharga lainnya, terdiri dari denominasi Rp 100.000,00; Rp 500.000,00; Rp 1.000.000,00; dan Rp 2.500.000,00, diatur berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2/34/KEP.DIR tanggal 12 Maret 1970. Dalam SK Dir BI tersebut disebutkan tujuan penerbitan SBI adalah untuk mengambil langkah-langkah ke Arah Pengembangan Pasar Uang dan Modal. SBI diterbitkan berjangka waktu tiga bulan, pertama kali dikeluarkan pada tanggal 1 April 1970 dan jatuh waktu tanggal 30 Juni 1970, diperdagangkan dengan sistem pendaftaran langsung atas dasar diskonto yang besarnya 3,75%. SK Dir BI dimaksud menyebutkan penerbitan SBI dijamin dengan tanggungan seluruh milik, penghasilan dan piutang Bank Indonesia. FUNGSI SERTIFIKAT BANK INDONESIA Secara faktual, fungsi yang diemban oleh Bank Indonesia berkaitan dengan penerbitan dan peredaran besaran uang beredar di tengah masyarakat, sehingga stabilitas nilai rupiah terjaga.
I. SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada awalnya bernama sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Pengaturannya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Wadah berarti perjanjian penitipan antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. Sertifikat Bank Wadiah Indonesia didefinisikan adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip syariah. Tujuan penciptaan instrumen Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, adalah untuk mengakomodasi keikutsertaan perbankan syariah yang memiliki kelebihan (ide) likuiditas dalam pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang diterapkan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter, atau lebih tegasnya untuk pengaturan jumlah uang beredar.
J. SURAT BERHARGA PASAR UANG Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah salah satu instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia sebagai pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka, yang diperkenalkan sejak kebijakan 1 Juni 1983. Kebijakan 1 Juni 1983 pada dasarnya adalah kebijakan Pemerintah di bidang Perbankan dan Moneter dalam rangka mendorong dunia usaha meningkatkan produksinya berorientasi ekspor. Momentum yang penting saat itu dilakukan devaluasi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, dari USD1 sama dengan IDR703 menjadi IDR970. JENIS SURAT BERHARGA PASAR UANG Surat Sanggup (Aksep/Promes) yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank/lembaga keuangan bukan bank untuk membiayai kegiatan tertentu, yang penerbitnya harus mencantumkan bank/lembaga keuangan bukan bank pemegang pertama yang apabila pada waktunya dijual kepada pihak lain akan bertindak sebagai endosan pertama; Surat Sanggup (Akep/Promes) yang diterbitkan oleh bank/lembaga keuangan bukan bank dalam rangka pinjaman antarbank, yang tempat pembayarannya adalah bank penerbit; Surat Wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu, penarik dan/atau tertarik adalah nasabah bank/lembaga bukan bank, dan tempat pembayaran penarik harus mencantumkan bank/lembaga keuangan bukan bank pemegang pertama yang apabila pada waktunya menjual pihak lain akan bertindak sebagai endosan pertama; Surat Wesel yang ditarik oleh nasabah bank/lembaga keuangan bukan bank dan diaksep oleh bank/lembaga keuangan bukan bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu, tempat pembayaran, penarik harus mencantumkan bank/lembaga keuangan bukan bank yang akan bertindak sebagai akseptan.
K. SERTIFIKAT DEPOSITO DEFINISI Djoni S. Gazali Cs (2010: 230) mengemukakan, bahwa Sertifikat Deposito adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada dunia perbankan dengan karakteristik sebagai berikut. Surat Berharga yang diterbitkan atas tunjuk (unjuk) atau atas bawa/pembawa, sehingga dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan dalam Pasar Uang. Merupakan instrumen Pasar Uang Antar Bank. Bunga dapat dibayar di muka (diskonto) atau dapat pula dibayar kemudian di belakang pada saat jatuh tempo. Jangka waktu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan antara 1 bulan sampai dengan 12 bulan. Dapat dijadikan jaminan kredit. Nilai nominalnya Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
L. SURAT UTANG NEGARA Surat Utang Negara atau SUN adalah Surat Berharga Negara berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia. Tujuan penerbitan SUN adalah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang digunakan untuk menutup defisit Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Oleh karena itu penerbitan SUN terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat dan persetujuan tersebut diberikan pada saat pengesahan APBN. BENTUK DAN JENIS SURAT UTANG NEGARA Surat Perbendaharaan Negara Surat Berharga Negara, berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara Surat Berharga Negara, berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.
M. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA BENTUK DAN JENIS SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah. SBSN Mudharabah, yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah. SBSN Musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah. SBSN Istishna, yang diterbitkan berdasarkan akad istishna. SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih dari akad sebagaimana dimaksud pada angka 1-angka 5.
N. SURAT BERHARGA KOMERSIAL Djoni S. Gazali Cs. (2010: 474) menyatakan, bahwa secara yuridis pengertian Surat Berharga Komersial adalah surat sanggup tanpa jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka waktu pendek dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM SURAT BERHARGA KOMERSIAL Sebagai akta. Janji membayar tidak bersyarat. Suatu jumlah uang tertentu. Jaminan. Jangka waktu penerbitan. Dapat diperdagangkan. Para pihak. 1. Pihak yang terkait dengan penerbitan dan pembeli atau Pemegang Surat Berharga Komersial 2. Pihak yang terkait dengan sistem perdagangan Surat Berharga
O. ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU JENIS ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU Kartu Kredit (Credit Card) Kartu Automated Teller Machine (ATM) Kartu Debet (Debt Card) Kartu Prabayar Kartu Prabayar Single-Purpose Kartu Prabayar Multi-Purpose
UANG DIGITAL DAN UANG ELEKTRONIK Uang Digital (Digital Money) Uang digital disebut juga digital cash dan digital currency. Istilah uang digital disebutkan dalam penjelasan umum PBI No. 7/32/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Dalam ketentuan tersebut ditentukan, pada dasarnya uang digital yang terdapat dalam Kartu Prabayar, dapat dikonstruksikan dalam dua bentuk, yakni bentuk barang dan bentuk uang. Uang Elektronik (Electronic Money) Uang elektronik (electronic money), disingkat dengan e-money, atau disebut juga dengan istilah electronic cash, electronic currency, cyber currency, adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur berikut. 1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit. 2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip. 3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebit. 4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.