IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

BAB 1 KATA PENGANTAR

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

Jaringan Irigasi 14. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

sumber: roshvisual.wordpress.com

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

Inventarisasi dan Detail Usulan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Canden (1.109 Ha) Lokasi Pekerjaan: Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

PEMERINTAH DAERAH SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

TINJAUAN PEMBERIAN AIR DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN SEKUNDER PADA IRIGASI NAMU SIRA-SIRA Kec.SEI BINGAI Kab.LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK N OMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF KABUPATEN DEMAK

BAB II KONDISI EKSISTING

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

EVALUASI PERENCANAAN BENDUNG PADA SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS)

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Nizar Achmad, S.T. M.Eng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

FORM INSPEKSI DAN PENELUSURAN SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI (Dikutip dari : TATA OP SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI, Edisi 2015) CATATAN INPEKSI SUNGAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

IDENTIFIKASI BANGUNAN BAGI DAN SADAP PADA SALURAN SEKUNDER ULIN 4 IRIGASI RIAM KANAN KABUPATEN BANJAR

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

TINJAUAN PUSTAKA. menjangkau beberapa teknis sebagai berikut : 1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Transkripsi:

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA Dosen Pengampu : Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng. Disusun oleh : RIZA RIZKIA (5140811023) HERIN AFRILIYANTI (5140811051) MADORA ARUM KAHANI (5140811097) EDO BAGUS BARUDANA (5140811165) PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016

KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Irigasi dan Banguan Air tentang Survey Selokan Mataram Yogyakarta. Dalam penyusunan laporan ini penyusun tidak lepas dari berbagai pihak, maka dari itu, penyusun banyak mengucapkan terima kasih kepada : 1. Adi Setiabudi Bawono, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta. 2. Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku Dosen Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. 3. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Laporan ini disusun berdasarkan hasil dari survey yang telah dilaksanakan sebelumnya, guna memenuhi tugas dari Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penyusun, penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, penyusun senantiasa harapkan demi peningkatan berikutnya. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Yogyakarta, November 2016 Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunanbangunan dan saluran - saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagikan air kesawah atau ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik - baiknya. Dalam bangunan irigasi terdapat beberapa bangunan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagunan utama yang terdiri dari bendung, pengambilan bebas, pengambilan dari waduk, dan stasiun pompa. Banguan pembawa Bangunan bagi dan sadap Bangunan pengukur Bangunan drainase, dan Bangunan pelengkap Bangunan Utama Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan- bangunan pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori.

a. Bendung, Bendung Gerak Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area) Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi. b. Bendung karet Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau air (manometer). c. Pengambilan bebas Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup. d. Pengambilan dari Waduk `` Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi,fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai. Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.

e. Stasiun pompa lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal Jaringan Irigasi a. Saluran irigasi Jaringan irigasi utama Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak- petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir. ` Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya. Jaringan saluran irigasi tersier - Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir - Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah - Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling ujung. - Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A atau GP3A setempat.

Garis Sempadan Saluran Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan perundangan sempadan saluran. Bangunan bagi dan Sadap Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu. Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama 2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama. 3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi. Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional. a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima. c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan. d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter). Bangunan Pelengkap Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer.

Fasilitas-fasilitas operasional diperlukan untuk operasi jaringan irigasi secara efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi antara lain: kantor-kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan komunikasi, patok hektometer, papan eksploitasi, papan duga, dan sebagainya. Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran meliputi: -Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu terjadi keadaankeadaan gawat; -Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng; -Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut; -Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk. -Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap bangunan sadap/offtake. B.Tujuan 1. Memenuhi tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air. 2. Mengetahui tentang aplikasi di lapangan tentang teori-teori Irigasi dan Bangunan Air. 3. Menambah pemahaman tentang pelaksanaan tugas besar Irigasi dan Bangunan Air dan masalah-masalah yang mungkin akan timbul dilapangan. C.Manfaat 1. Menambah pengetahuan tentang saluran,aliran,kerusakan,dan jenis bangunan (bangunan utama,pintu-pintu/alat ukur dan bangunan pelengkap). 2. Selain itu dengan survey ini kita dapat mengetahui masalah yang akan terjadi dilapangan.

BAB II ISI A.Landasan Teori Selokan mataram adalah salah satu selokan yang dibangun membelah kota Yogyakarta.selokan ini mengambil hulu di sungai Progo melalui bendung Ancol dan berhilir di sungai Opak yang terletak di daerah Randugunting, Kalasan. Selokan Mataram ini bertugas untuk mengaliri daerahdaerah irigasi disepanjang daerah yang dilewati saluran, dengan pengaturan-pengaturan yang sudah disepakati.selokan mataram adalah kanal yang menghubngkan Kali Progo dibarat pada kooardinat 7.6656 LS 110.2673 BT diatas permukaan laut (Bendungan Karang Talun diwilayah Dusun Ancol,Desa Bligo,Kec.Ngluwar,Kab. Magelang,Jateng) dan sungai Opak ditimur pada koordinat 7.7675 LS 110.4840 BT. B.Pelaksanaan Survey Kami melaksanakan survey selama 2 kali yaitu pada tanggal 7 November 2016 dan 11 November 2016. C.Peta Lokasi Survey

C.Hasil survey No. Koordinat titik survey Panjang 1. Section 9 Titik koordinat awal 7⁰65 3,88 LS 110⁰24 58,86 B T Elevasi :140 m 3,12km 2. 3. 4. Titik koordinat akhir 745 51,73 LS 11028 25,21 BT Elevasi :138 m Kondisi Bersih dari sampah Gambar Keterangan Kedalaman air 100 cm Lebar selokan 270 cm Terdapat banyak sampah kedalaman air 50cm Terdapat pintu sadap berguna untuk mengalirkan air kesungai dan jembatan yang tergabung dengan saluran yang menghubungka n antar selokan yang terpisah sungai lebar bangunan sadap 94 cm dan tingginya 277 cm,dimensi saluran 265 cm*265 cm

C.Hasil survey No. Koordinat titik survey Panjang Kondisi Gambar Keterangan 5 Terdapat tangga yang termasuk dalam bangunan pelengkap 6 Terdapat bangunan terjun untuk mengalirkan air kebawah karena adanya perbedaan muka air 7 Kondisi air minimum Lebar selokan 360 cm Tinggi tanggul 140 cm 8 Kondisi air minimum,setiap kurang lebih berjarak 200 m ada jembatan utuk keperluan penyebrangan bagi penduduk Tinggi tanggul 330 cm

C.Hasil survey No. Koordinat titik survey Panjang Kondisi Gambar Keterangan 9 Terdapat bangunan penangkap karena muka air yang menurun 10 Terdapat saluran pembuang air dari saluran drinase 11 Terdapat jembatan dan pintu sadap Panjang jembatan 270 cm Lebar jembatan 220 cm Pintu sadap yang tersumbat oleh sampah Tinggi pintu sadap 170 cm dan lebar 65 cm 12 13 Penyedotan air dari saluran

kesawah petani C.Hasil survey No. Koordinat titik survey Panjang Kondisi Gambar Keterangan

14 Saluran sekunder yang disertai bangunan pengukur. 15 16 17 Bangunan pengukur yang sudah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik C.Hasil survey

No. Koordinat titik survey Panjang Kondisi 18 Tanggul yang mengalami kerusakan 19 20 21 Ada beberapa pintu air yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfunsi dengan baik Terdapat bangunan pengatur untuk mencegah meninggi/menu runnya muka air di saluran Saluran sekunder yang mengalirkan air dari saluran primer ke saluran tersier Gambar Keterangan

BAB III PENUTUP E.Kesimpulan Berdasarkan hasil survey yang telah kami laksanakan banyak hal baru yang kami temui. Mulai dari jenis bangunan air yang ada hingga permasalahan yang ada disepanjang saluran,misalnya sampah yang banyak terdapat disepanjang saluran,banyak rumput yang tumbuh disisi-sisi saluran yang dapat menghambat kelancaran aliran serta dapat mengakibatkan sedimentasi dalam saluran,dan dibeberapa tempat kami temui penyedotan air dari saluran untuk dibawa kesawah petani sehingga dihilir minim sekali airnya. Saran Untuk dilakukannya pembersihan selokan dan bangunan airnya dari sampah maupun dari rumput serta dari sedimentasi. Dilakuan kontrol rutin supaya dapat meminimalisir terjadinya pencurian air sehingga bagian hilir juga dapat memperoleh air.