C. RUANG LINGKUP DAN SASARAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEGIATAN REKLAMASI LAHAN PADA BEKAS TAMBANG. SITI LATIFAH, S.Hut.,Msi. Program Ilmu Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

Ekologi Padang Alang-alang

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Table 5. Infiltrasi Air ke Dalam Tanah Setelah 1 Jam

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN BIOTIK DALAM PENGUATAN LERENG

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I. PENDAHULUAN A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mencegah tanah dari erosi merupakan langkah awal ke arah keberlanjutan pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam Pembangunan Nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya tersebut adalah pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor penyumbang devisa Negara yang cukup besar. Akan tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Selain itu dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain adalah: - Penurunan produktivitas tanah - Terjadinya erosi dan sedimentasi - Pencemaran air - Penurunan muka air tanah - Terganggunya flora dan fauna - Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk - Perubahan iklim mikro B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu referensi pelaksana di lapangan agar dalam melakukan reklamasi dapat memperoleh hasil yang optimal. Makalah ini membahas rencana reklamasi lahan bekas tambang dengan tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Sasaran reklamasi 2. Perencanaan reklamasi 3. Pembersihan lahan 4. Tata letak tanah (landscaping) 5. Pengelolaan tanah pucuk 6. Pengendalian erosi dan sedimentasi 7. Revegetasi C. RUANG LINGKUP DAN SASARAN 1. Ruang Lingkup Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu: a. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya 1

b. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya Substansi kegiatan reklamasi ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, kriteria keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang. Sedangkan kegiatannya meliputi pekerjaan teknis sipil, teknis vegetasi, teknis kimiawi dan/atau kombinasinya. 2. Sasaran Sasaran akhir dari reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan kembali lahan bekas tambang tersebut sangat bervariasi untuk daerah yang berbeda. Misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf dan sebagainya sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan demikian peruntukan lahan pada pasca penambangan harus dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah, pemilik tanah dan instansi terkait lainnya. Pelaksanaan reklamasi sedapat mungkin harus dilaksanakan dengan cepat sepanjang umur tambang. Dengan demikian dapat dicapai efisiensi pemakaian peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk. Sebelum dimulai pelaksanaan kegiatan penambangan sebaiknya direncanakan penggunaan tenaga kerja yang cukup termasuk tenaga kerja kegiatan reklamasi sehingga pelaksanaan reklamasi dapat dilaksanakan dengan cepat tanpa mengganggu produksi. D. PENGERTIAN-PENGERTIAN 1. Penambangan adalah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pembersihan, pembongkaran, pemuatan, pengangkutan dan penimbunan. 2. Tambang permukaan adalah usaha pertambangan dan penggalian bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka. 3. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. 4. Restorasi lahan bekas tambang adalah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas tambang menjadi seperti keadaan semula 5. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki lahan yang terganggu. 6. Revegetasi lahan tambang adalah usaha penanaman kembali lahan dengan tumbuhan/pepohonan/tanaman pada lahan bekas kegiatan tambang. 2

BAB II PERENCANAAN REKLAMASI Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luar areal penambangan c. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan. e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan penggunaannya (peruntukkannya) f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan h. Permukaan yang padat harus digemburkan, namun bila tidak dimungkinkan agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras i. Setelah penambangan maka lahan bekas tambang yang diperuntukkan bagi vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai. j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan k. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Perencanaan reklamasi harus mengacu kepada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). A. PEMERIAN LAHAN Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang penting untuk merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; 1. Kondisi iklim 2. Geologi 3. Jenis tanah 4. Bentuk alam/topografi 5. Air permukaan dan air tanah 6. Flora dan fauna 7. Penggunaan lahan 8. Tata ruang dan lain-lain 3

Untuk memperoleh data dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan. Dari berbagai faktor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis tanah merupakan faktor yang penting. B. PEMETAAN Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai dengan kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tapak reklamasi tersebut dilengkapi dengan peta-peta skala 1 : 1.000 atau skala lainnya yang disetujui, disertai gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi dengan peta indeks dengan skala yang memadai. Di dalam peta digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan misalnya kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan tegak penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam tersediaan air, pemukiman, sungai, jembatan, jalan, revegetasi dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/pembuatannya. C. PERALATAN YANG DIGUNAKAN Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana prasarana antara lain: dump truck, Bulldozer, excavator, traktor, back hoe, sekop, cangkul, bangunan pengendali erosi (a.l : susunan karung pasir, tanggul, susunan jerami, bronjong, pagar keliling), beton, plat baja untuk menghindari kecelakaan dan lain-lain. 4

BAB III PELAKSANAAN REKLAMASI Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan bertanggungjawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati tercapai. Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan teras, saluran pembuangan air (SPA), bangunan pengendali lereng, chek dam, penangkap oli bekas (oil chatcher) dan lain-lain yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistim penanaman (monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat, tanaman penutup (cover crop) dan lain-lain. Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut: a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah (low grade) yang belum dimanfaatkan b) Pengendalian erosi dan sedimentasi c) Pengelolaan tanah pucuk (top soil) d) Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lain A. PERSIAPAN LAHAN 1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang Kegiatan ini meliputi. a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan di lahan yang akan direklamasi b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan berbahaya (B-3) dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan scrap pada tempat khusus d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan permanen e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi 2. Pengaturan Bentuk Lahan Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi: 5

a. Pengaturan bentuk lereng 1. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off); erosi dan sedimentasi serta longsoran 2. Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras-teras b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) 1. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksud untuk pengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. 2. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan luas areal yang direklamasi. 3. Pengaturan/Penempatan Low Grade Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang kadar rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dapat dimanfaatkan. B. PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur sungai. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan, kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah) dan tanaman penutup tanah. Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagaia berikut: 1. Meminimasikan areal terganggu dengan: a. membuat rencana detail kegiatan penambangan dan reklamasi b. membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan c. penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan d. pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan 2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan: a. pembuatan teras-teras b. pembuatan saluran diversi (pengelak) c. pembuatan SPA d. dam pengendali e chek dam 3. Meningkatkan infiltrasi (persesapan air tanah) a. dengan pengaturan tanah searah kontur b. akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai media perakaran tanah c. pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll 6

4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi pertambangan a. penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan harus didalam wilayah Kuasa Pertambangan, Izin Usaha Pertambangan (IUP) b. membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandung sedimen c. bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang dilengkapi dengan saluran pengelak d. letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga aliran air mudah ditampung dan dibelokan serta kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam e. bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan sebaiknya sedimen di keruk dan dapat dipakai sebagai lapisan tanah atas. f. dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah (spilways) untuk menangani keadaan darurat dan saluran pembuangan (decant, syphon), dan lain yang dianggap perlu g. kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, sheck dam dari beton, batu, kayu atau dalam bentuk lain. Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu kepada pedoman teknis yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pertambangan Umum melalui Surat Keputusan No. 693.K/008/DDJP/1996 tentang pedoman Teknis Pengendalian Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum. C. PENGELOLAAN TANAH PUCUK Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah: 1. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai dengan bahan galian 2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter 3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum 0,15 m 4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi dan meisahkannya 5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah 7

6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit) perlu dipertimbangkan: a. penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan segera b. penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah yang peka terhadap erosi dapat dilihat pada tabel 3.1) c. jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat dicampur dengan tanah bawah (sub soil) d. dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop) yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah 7. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila: a. sangat berpasir (70% pasir atau kerikil) b. sangat berlempung (60% lempung) c. mempunyai ph < 5.00 atau > 8.00 d. mengandung khlorida > 3% dan e. mempunyai electrical conductivity (ec) > 400 milisimens/meter D. REVEGETASI Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman, persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan tanaman. 1. Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang menggambarkan kondisi lokal, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata waktu pelaksanaan kegiatan. Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi atau bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasi asli. Sedangkan data sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara lain demografi, sarana, prasarana dan aksesibilitas yang ada. Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada tanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat saat ini. Sehingga perlu selalu mengingat perkembangan pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis tanaman yang cocok. 2. Persiapan Lapangan Pada umunya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan, pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat penting agar keberhasilan tanaman dapat tercapai. 8

a. pembersihan lahan Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentuan dalam persiapan lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman penganggu (alang-alang, liliana, dll) dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik tanpa ada persaingan dengan tanaman penganggu dalam hal mendapatkan unsur hara, sinar matahari, dll b. Pengolahan tanah Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah menembus tanah dan mendapat unsur hara yang diperlukan dengan baik, diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan c. perbaikan tanah Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur, mulsa, pupuk (organik maupun an-organik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan dapat memperbaiki persyaratan tumbuh tanaman. 1) Penggunaan Gypsum a. Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak tanah (crushing) pafa tanah padat (hard-setting soil). Penggunaan gypsum akan menggantikan ion sodium dengan ion kalsium sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap tanah terhadap air, aerasi (udara), penguranangan kerak tanah dan dengan pelindihan (leaching) akan mengurangi kadar garam b. Bila lapisan tanah bagian bawah (sub soil) yang diperbaiki, maka perlu dibuat alur garukan yang dalam agar gypsum dapat diserap. Jika tanah kerak yang diperbaiki sebarkan gypsum pada lapisan permukaan saja c. Penggunaan gypsum sebanyak 5 ton/ha biasanya cukup untuk memperbaiki tanah kerak. Penggunaan 110 ton/ha diperlukan untuk mengolah lapisan tanah bagian bawah yang bersifat lempung d. Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan tanah dengan gypsum akan tahan selama beberapa tahun, pada saat mana tumbuhtumbuhansudah mempu menghasilkan bahan-bahan organik yang membetikan dampak positif bagi pertumbuhannya. 2. Penggunaan kapur a. Kapur digunakan khususnya untuk mengatyur ph akan tetapi dapat juga memperbaiki struktur tanah b. Pengaturan ph dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman dan mengurangi zat-zat racun c. Kapur biasanya digunakan dalam bentuk tepung batu hamping, kapur dolomit, Kapur tohor (hydrated lime) jarang digunakan 9

d.kapur atau batu gamping giling kasar (coarsely crushed) dan kapu dolomit mempunyai daya kerja yang lebih lambat akan tetapi pengaruhnya dalam menetralisir ph lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor e. Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika kesinambungan kenaikan ph dibutuhkan f. Kapur tohor akan berpengaruh menurunkan kemampuan jenis pupuk yang mengsndung nitrogen. Karena itu penggunaannya harus terpisah g. Tingkat penyesuaian ph akan bergantung dari tingkat keasaman, jenis tanah dan kualitas batu gamping. Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak 2,5 3,5 ton/ha per tahun yang memiliki ph > 5,0 akan menaikkan ph lebih dari 0,5. 3. Penggunaan Mulsa, Jerami dan Bahan Organik lainnya a. Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai upaya perbaikan kondisi tanah. Tanaman penutup berumur pendek dapat juga digunakan sebagai mulsa b. Mulsa berfungsi mengendalikan erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan mengatur suhu permukaan tanah c. Pada umumnya penggunaan mulsa hanya terbatas pada lokasi yang memerlukan revegetasi cepat dan memerlukan perlindungan pada tempattempat tertentu (seperti tanggul) atau jika akan diperlukan perbaikan tanah atau media d. Jerami jenis batang padi umumnya digunakan sebagai mulsa untuk lokasi yang luas. Tingkat penggunaan bervariasi antara 2,5 5,0 ton/ha e. Berbagai jenis bahan-bahan organik atau limbah pertanian dapat digunakan sebagai mulsa yang penggunaannya tergantung dari ketersediaan dan harganya. Bahan-bahan yang baik digunakan sebagai mulsa, antara lain tumbuh-tumbuhan yang tergusur pada waktu pengupasan tanah, potonganpotongan kayu dan serbuk gergaji limbah pabrik pengolahan dan penggergajian kyu, ampas pabrik gula tebu dan berbagai kulit jenis kacang-kacangan f. Nitrogen mungkin perlu ditambahkan untuk memenuhi kekurangan nitrogen yang terjadi pada saat mulsa segar mulai membusuk/terurai g. Penyebaran mulsa secara mekanis dapat menggunakan alat pertanian biasa (misalnya penyebaran pupuk kandang) atau dengan alat khusus g. Alat khusus penyebar mulsa digunakan untuk penyebaran bahan mulsa (biasanya jerami atau batang padi) yang dicampur dengan biji tumbuhan 4. Pupuk a. Persyaratan penggunaan pupuk akan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi dan maksud peruntukan lahan sesudah selesai penambangannya. b. Meskipun jenis tumbuhan asli beradaptasi dengan tingkat nutrisi yang rendah namun dengan pemberian pupuk yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhannya 10

c. Reaksi dari tiap tumbuhan bervaeriasi, anggota dari rumpun proteaseae sensitif terhadap peningkatan kandungan fosfor dan kemungkinan menimbulkan efek yang kurang baik d. Pupuk organik (lumpur kotoran, pupuk alami atau kompos, darah dan tulang dan sebagainya) umumnya bermanfaat sebagai pengubah siofat tanah e. Jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk anorganik sebaiknya dilakukan sesuai dengan hasil analisis tanah f. Pupuk anorganik komersial selalu mengandung satu atau lebih nutrisi makro (yaitu nitrogen, fosfor, kalium). Selain itu juga mengandung belerang, kalsium dan magnesium g. Apabila terdapat tanda-tanda tumbuhan kekurangan unsur atau keracunan, harus meminta saran dari ahli tanah h. Waspada terhadap kemungkinan penggunaan pupuk yang berlebihan yang dapat mengakibatkan pencemaran air khususnya pada daerah tanah pasiran i. Pemberian pupuk dalam bentuk butir atau tablet dapat dilakukan pada jarak 10 15 di bawah atau disebelah tiap lubang semaian pada waktu penanaman. Harus dicegah kontak langsung antara pupuk dengan akar semaian. 1. Pengadaan Bibit/Persemaian Bibit yang dibutuhkan untuk revegetasi dapat dipenuhi melalui pembelian bibit siap tanam, atau melalui pengadaan bibit. Apabila melalui pengadaan bibit harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Pengadaan benih Benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangkan tanaman. Benuh yang akan dipergunakan untuk keperluan revegetasi diperoleh dengan cara mengumpulkan dari sumber benih yang ada atau membeli dari perusahaan pengada/pengedar yang telah ditunjuk secara resmi. Benih tersebut harus memenuhi syarat: 2. Diketahui secara jelas asal usulnya 3. Bermutu baik/benih unggul Hal yang dipertimbangkan dalam mengumpulkan benih/biji antara lain: 1. Menentukan daerah pengumpulan dan spesies yang diinginkan sebelum bijih tersebut matang 2. Menghindarkan buah yang menunjukkan adanya tanda serangan serangga atau gangguan jamur 3. Mengumpulkan biji yang sudah matang saja, antara lain: a. Kelompok biji yang berkulit keras (contoh casurinas, eucaliptus dan lain-lain) menunjukkan kematangan bila warnanya sudah berubah hijau kecoklatan b. Kelpompok buah yang berdaging seperti mangga menjadi lebih lunak dan berubah warna bila sudah matang 11

c. Polong (akasia dan tumbuhan polong lainnya) berubah warna dari hijau ke coklat, jadi rapuh dan biji (khususnya akasia) akan menjadi hitam dan mengkilat. 4. Hindarkan penempatan biji atau kelompok biji di dalam kantong plastik, gunakan kantong kain atau kertas Apabila membeli biji perlu diperhatikan: 1. Penjual biji yang mempunyai reputasi baik/penyalur resmi 2. Biji komersial dan yang dibeli harus terbungkus dalam kemasan berlabel sehingga terjamin tingkat perkembangannya dan jelas asal serta tanggal pengambilan biji. Penyimpanan bijih dilakukan dengan cara: 1. Memberikan tanda pengenal secara jelas dengan mencantumkan jenis biji, tanggal pengumpulan, lokasi dan sebagainya 2. Simpan biji di dalam wadah kering, bebas serangga dan kutu serta bubuhi dengan serbuk anti jamur dan serangga 3. Bijih disimpan temperatus di bawah 20 C dengan kelembaban yang rendah. Biji tumbuhan tropis mungkin mati pada temperatus di bawah 10 C a. Pembuatan persemaian 1. Pemilihan lokasi persemaian Lokasi persemaian yang dipilih harus memenuhi persyaratan yaitu ada/dekat dengan sumber air, tanahnya datar dan mudah dicapai serta cukup mendapat cahaya matahari. Kondisi ekologisnya mendekati calon areal penanaman. 2. Tahap dan Kegiatan Pembuatan persemaian a. Perlakuan pendahuluan Untuk benih yang mempunyai umur panjang (benih ortodok) perlu diberi perlakuabn khusus sebelum disemaikan b. Penaburan benih Benih yang berukuran harus sebelum ditabur terlebih dicampur dengan pasir halus, tanah halus atau gambut yang telah dihancurkan sedangkan benih yang berukuran lebih besar dapat ditabur langsung di bedeng tabur atau dalam kantong semai. c. Penyapihan Penyapihan dilakukan untuk memindahkan bibit siap sapih dari bak perkecambahan ke dalam pot yang telah diisi media sapih dan dilaksanakan di rumah pertumbuhan d. Pemeliharaan bibit Untuk memperoleh bibit yang baik perlu dilakukan penyiraman, pemupukan, penyulaman, penyiangan rumput, pemotongan akar serta pemberantasan hama dan penyakit. e. Pemanenan dan Pengangkutan Bibit Bibit yang dipanen adalah bibit yang telah memenuhi persyaratan: - pertumbuhan normal (batang lurus, daun lebar/hijau dan telah mencapai tinggi minimum 20 cm) 12

- Kaya perakaran dan telah membentuk gumpalan dengan media pertumbuhannya. - Tidak terserang hama dan penyakit Pengangkutan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: - Dengan mengangkut beserta potnya ke lapangan - Bibit berikut gumpalan medianya di lepas dari pot lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. 4. Pelaksanaan penanaman Tahapan pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan tanaman, pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanam dan penananam. a. Pengaturan arah larikan Arah larikan tanaman biasanya sejajar kontur atau pada daerah relatif datar mengikuti arah timur-barat b. Pemasangan ajir Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman. Pemasangan ajir tanaman mengikuti jarak tanam yang telah ditetapkan pada rancangan tanaman, dan biasanya jarak tanaman yang digunakan (2 x 3) m². c. Distribusi bibit Distribusi bibit dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam atau dilakukan setelah pemasangan ajir d. Pembuatan lubang dan penanaman tanaman Lubang tanaman dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, sedangkan teknik penanamannya dengan terlebih dahulu melepas plastik (pot/pollybag) pada bibit yang tersedia. Ebelum bibit ditanami dahulu apakah bibit tersebut cukup baik (memenuhi syarat) umpamanya daunnya segar/sehat dan tidak rusak, demikian pula keadaan media tanamnya. Penanaman harus dilakukan dan selesai pada sore hari. Tanaman bibit secara tegak lurus dan cukup padat, untuk memastikan tekan dengan kaki pada sekitar tanaman. 5. Pemeliharaan Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan tanaman pada tahun pertama yang dilakukan yaitu kegiatan : penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran dan pemupukan. Sedangkan pada tahun kedua dilakukan penyiangan, pengendalian gulma, pendangiran dan pemupukan. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, tidak sehat/merana untuk memperoleh prosentase tumbuh tanaman > 95% dan harus dilakukan 15 30 hari sesudah penanaman. 13

b. Pengendalian gulma pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi/memperkecil persaingan akar antara tanaman pokok dengan tanaman penganggu. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual yaitu penyiangan dan pendangiran atau secara kimiawi berupa penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan, keadaan tanah, jenis gulma dan jenis tanaman. c. Pemupukan Pemupukan dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan peningkatan riap. Dalam menentukan jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu dipertimbangkan jenis tanaman dan kesuburan tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan analisa tanah. d. Pengendalian hama dan penyakit 1. pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi hanya dapat dilakukan pada keadaan yang sangat mendesak yang cenderung menggagalkan rehabilitasi hutan secara keseluruhan. 2. pengendalian tersebut dilakukan dengan mengikuti petunjuk penggunaan/perlakuan secara tepat dan benar 3. pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi tidak dibenarkan pada kawasan pelestarian alam dan suaka alam. 4. pencegahan terhadap kebakaran dan pengembalaan liar. a. Kebakaran hutan dapat menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan tegakan, produktivitas dan kualitas tanaman. b. Keberapa usaha pencegahan terhadap kebakaran yang dapat dilakukan antara lain: pembersihan lahan dari bahan yang mudah terbakar, memilih jenis tanaman yang tahan kebakaran dan memberikan penerangan/penyuluhan tentang pencegahan kebakaran kepada masyarakat di sekitarnyaaa. Pencegahan terhadap pengembalaan liar dilakukan melalui penerangan dan penyuluhan, pemberian bibit makanan ternak dan apabila dianggap perlu dapat dilakukan pembuatan pagar pengaman. E. REKLAMASI KHUSUS Pada jenis tanah tertentu pelaksanaan reklamasi memerlukan perlakuan khusus. Pelaksanaan reklamasi khusus memerlukan perlakuan tambahan dari teknik reklamasi yang sudah diuraikan di bagian depan. Hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang perlu reklamasi khusus adalah penanganan batuan limbah, tailing, oli bekas dan limbah rumah tangga, air asam tambang, daerah yang bersifat alkalin dan masin, bahan kimia beracun serta tumbuhan hama. 1. Batuan limbah Umumnya batuan limbah pada kegiatan penambangan sangat besar jumlahya sehingga lokasi dan cara penimbunan serta reklamasinya harus direncanakan sendini mungkin. Semua batuan limbah tersebut sedapat mungkin dikembalikan ketempat asalnya. Kalau 14

tidak memungkinkan maka limbah batuan tersebut harus ditimbun pada suatu tempat di luar kegiatan penambangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tempat pembuangan batuan limbah tersebut adalah: a. Perencanaan tata letak, bentuk dan lokasi tempat pembuatan harus merupakan bagian dalam perencanaan penambangan b. Volume batuan limbah, profil lereng, pengendalian air tambang pada daerah dimana terjadi genangan air termasuk pengelolaan air asam tambang c. Kemiringan lereng timbunan batuan limbah bervariasi sesuai dengan jenis batuan yang ditimbun, topografi lokal dan pola curah hujan d. Revegetasi merupakan cara terbaik untuk menetapkan permukaan timbunan untuk jangka panjang e. Pembuatan bangunan pengendali erosi dan penirisan untuk memantapkan timbunan tersebut f. Melakukan teknik-teknik penimbunan seperti dumpling, Rock cladding, moonscaping untuk meningkatkan perlindungan bagi daerah kritis terhadap erosi, untuk meningkatkan daya penyerapan air hujan ke dalam tanah dan meningkatkan perlindungan iklim mikro g. Moonscaping adalah salah satu cara untuk memantapkan lereng yang curam dan meningkatkan kondisi untuk revegetasi. Cara ini dilakukan dengan menempatkan tumpukan batuan/tanah limbah sedemikian rupa sehingga masing-masing lekukan dan tumpukan tanah/batuan tersebut akan saling menutupi untuk menghindari terbentuknya saluran air penirisan. h. Rock cladding adalah cara untuk mencegah erosi dengan menempatkan bongkahbongkah berdiameter 150 mm atau lebih pada permukaan timbunan batuan limbah rock cladding ini juga dapat menangkap debu atau biji yang terbawa oleh angin. Material untuk cladding dipilih yang tidak membangkitkan asam. j. melakukan penamburan benih dengan menggunakan daya hidrolis air dan teknikteknik sejenis untuk mempercepat proses revegetasi. 2. Tailing a. Dam Tailing Sifat-sifat fisik dan kimia tailing sangat bervariasi dan biasanya sulit untuk dimantapkan dan ditanami kembali. Oleh karena itu penelitian geokimia dan teknis terkait lainnya diperlukan agar dam tailing dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. tidak mengakibatkan pencemaran baik pada saat pengoperasiannya maupun sesudahnya 2. strukturnya stabil 3. secara visual serasi dengan bentang alam sekitarnya 4. mempunyai kapasitas yang cukup untuk menampung seluruh tailing 15

Pembuatan rancang bangun yang akan dapat mempercepat pelaksanaan reklamasi pada dam tersebut tidak dipergunakan lagi. Sebaiknya dam tidak digunakan untuk fasilitas penampungan air, oleh karenanya air tailing harus disalurkan keluar dam. Tindakan ini akan meningkatkan daya tampung dam juga meningkatkan densiti tailing sehingga tekanan hidrolik pada dasar dam tailing, dan selanjtnya akan mempermudah pelaksanaan reklamasi. Beberapa cara untuk meningkatkan densiti tailing adalah: 1. melakukan proses pengendapan atau penyaringan secara mekanis sebelum dialirkan ke dalam dam, misalnya dengan mengintalasikan cyclon atau thickener dalam proses 2. mengalirkan tailing ke dalam dam tailing sehingga membentuk pantai yang landai yang selanjutnya akan mempermudah penirisan. Untuk daerah dengan curah hujan tinggi dan tailing yang ditampung mempunyai potensi pembentukan asam teroksida maka harus direncanakan suatu dam dengan sistim pembuangan/pengeluaran tailing yang permanen. Penting untuk dipertimbangkan dalam proses pembuangan tailing adalah: 1. lokasi dam mempunyai daerah penangkapan air sekecil mungkin misalnya daerah di luar. Apakah harus di daerah lembah memerlukan konstruksi saluran yang permanen. 2. berdasarkan penelitian geoteknik, maka baik pada dam maupun dasar kolam pengendapan tidak terjadi rembesan 3. bila terjadi rembesan dari zat-zat dalam tailing, maka dilakukan tindakan pencegahan terhadap rembesan tersebut 4. konstruksi dinding luar dam harus stabil dan direvegetasi atau dilindungi dari erosi, kemiringan dinding 3 : 1 (20 ) 5. tailing harus diolah dulu sebelum dibuang untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat keasamannya. 6. menguji proses pra pengolahan sehingga sehemat mungkin misalnya dengan cara mengambil material-material yang terikat pada tailing atau dengan pembuatan pembuangan tambahan misalnya pembuatan penetralan alur air yang bersifat asam 7. memindah-mindahkan titik pembuangan untuk menghindarkan terbentuknya area yang terdiri dari buangan tailing halus yang sukar direvegetasi 8. melakukan pengendalian limpasan dari dam tailing dan dinding luar dam untuk mencegah erosi b. Sifat-sifat tailing Sifat-sifat dan kimia dari tailing akan menentukan jenis tumbuhan yang dapat ditanam. Sifat merugikan bagi pertumbuhan tanaman yang biasanya ditemui adalah: 1. konsentrasi logam berat dan garamnya penting 2. kurang unsur hara yang penting 3. kurangnya organisme mikrobiologi 16

4. sifat-sifat dan struktur tanah yang membatasi aerasi dan infiltrasi 5. tingginya daya struktur pemantulan sinar atau dara absorpsi panas dalam tailing berwarna terang atau gelap menyebabkan terjadinya ketegangan fisik pada tumbuhan 6. kekurangan fisik oleh pasir Sampai sejauh mana sifat-sifat yang merugikan tersebut ada pada dam tailing memerlukan penelitian-penelitian. Informasi-informasi yang diperlukan untuk mengetahuinya adalah: 1.distribusi ukuran partikel 2.nilai ph dan kemungkinan perubahan nilai ph terhadap waktu 3.kebutuhan akan zat kimia (kemungkinan mahal biayanya) untuk mencapai ph yang netral 4.tingkat konsentrasi logam berat dan tanaman lainnya yang bersifat meracuni 5.perubahan tingkat keracunan dengan penyesuaiannya ph 6.perubahan sifat fisik dan kimia oleh kedalaman (setidak-tidaknya sampai lapisan zonasi akar). c. Pilihan-pilihan Pengelolaan Tailing 1. Lapisan air (Permanent Water Cover) Apabila tailing mengandung kadar sulfat yang tinggi dan mempunyai potensi pembentukan asam atau proses pengendpaan lambat, maka sistim pembuangan tailing harus didesain sedemikian rupa sehingga selalu terbentuk lapisan air permukaan. Lapisan air akan mencegah terjadinya oksidasi tailing dan mengurangi kemungkinan konsolidasi dari tailing. Kemudian sistem pembuangan tersebut harus yang permanen, tetapi tidak menimbulkan perembesan air melimpah dan segainya. 2. Cladding Apabila permukaan tailing tersingkap maka untuk menstabilkan permukaan yang tersingkap perlu dilakukan rock cladding. Rock cladding adalah salah satu perlindungan permanen untuk melindungi permukaan tailing dari erosi angin dimana permukaanm atau cara perbaikan lainnya tidak dapat dilaksanakan. Rock cladding ini dalam beberapa hal membantu pertumbuhan tanaman. 3. Pelapisan (capping) Sebelum pelaksanaan revegetasi maka dilakukan pelapisan permukaan tailing untuk mencegah timbulnya racun yang terlarut dalam tailing. Tailing dilapisi dengan clay yang kompak atau oleh mineral yang kedap air, kemudian diatasnya dilapisi tanah yang tidak kedap air. Tanah pucuk kemudian dilapisi kembali pada permukaannya. Dengan lapisan tersebut maka penirisan yang melalui permukaan tailing dapat dikendalikan sehingga menghambat rembesan zat-zat racun yang telah terlarut dalam tailing. Tindakan pencegahan untuk mengisolasi tailing adalah sangat mahal dan biasanya merupakan pilihan terakhir. Pencegahan dengan membuat desain dam tailing yang tepat adalah yang paling murah dan efektif. 17

d. Metode Pemulihan dan vegetasi Penutupan dengan lapisan vegetasi yang dapat tumbuh dengan sendirinya merupakan cara yang paling baik untuik reklamasi dan stabilitas jangka panjang. Sifat-sifat dan kimiawi tailing perlu dirubah untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang memuaskan. Metode yang digunakan untuk membentuk pertumbuhan tanaman adalah: 1. Penggunaan bahan organik dan mulsa Dengan menggunakan misalnya lumpur kotoran, mulsa organik, abu terbang sebagai material pencampuran pada tailing, maka: a. Karakteristik tekstur dan struktur tanah bertambah baik, aerasi, infiltrasi dan retensi air meningkat b. Memberikan tambahan mkroorganisme pada media pertumbuhan c. Bahan organik cenderung bereaksi dengan ion logam berat sehingga dapat mengurangi sifat racun dari teiling d. Potongan-potongan kayu dan material lain yang sejenis yang masih segar bisa menyerap pertumbuhan tanaman. Bila mungkin ditimbun dulu sebelum dipakai e. Abu terbang atau material sejenis sangat efektif untuk mengubah sifat material tailing, tetapi sebelum digunakan harus diteliti tingkat kontaminan yang dikandungnya 2. Perbaikan ph Tailing pada umumnya bersifat asam yang berasal dari oksidasi logam sulfida dan oleh karena tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah mempunyai ph 4,5 atau kurang sangat jarang, maka diperlukan perbaikan ph menjadi lebih dari 4,5. Penambahan berbagai jenis kapur merupakan cara yang paling efektif untuk memperbaiki ph. Perbaikan dengan menambah kapur ini menjadi tidak efektif bila jumlah kapur yang diperlukan melebihi 15 ton carbon carbonat equivalen (CCE). Sifat asam basa dari tailing akan menentukan kebutuhan akan kapur. Tabel di bawah ini dapat dipakai pedoman untuk menangani tailing yang keasamannya rendah dan sedang; ph Tingkat pemakaian (ton/carbon carbonat equivalen/ha 6,0 5,5 2 5 5,4 4,6 6 9 4,5 4,0 10 13 Kapur hidrat (slaked lime) bereaksi lebih cepat dan mempunyai kemampuan untuk menetralkan 50% - 100% lebih besar dibandingkan dengan kapur untuk pertanian dan batu kapur yang dihaluskan. 18

Terak dari pabrik pemurnian adalah material yang bereaksi lambat untuk menetralkan ph dan dbutuhkan dalam jumlah besar untuk perbaikan ph. Menaikkan ph menjadi di atas 4,5 mungkin mengurangi aktivitas asam penghasil triobachili dan membantu mengurangi tingkat sifat racun larutan. 3. Irigasi (pengairan) Perlarutan garam dan logam beracun serta bahan-bahan asam pada daerah gersang bisa dilakukan dengan terus-menerus menyiram air sebelum pemantauan tumbuhan. Kondisi ph netral atau basa terutama memungkinkan untuk menangkap logam berat dan menetralkan pelarutan yang ber ph rendah. Apabila persediaan air terbatas maka sistim irigasi semprot (drip irigation) mempunyai efek pelarutan yang sama tetapi hanya pada daerah di sekitar akar. 4. Pemakaian pupuk pemupukan perlu dilakukan apabila kondisi fisik dan menghambat pertumbuhan tanaman. Pemupukan harus dibuat setelah tingkat keasaman tanah diperbaiki. Unsur hara mikro (nitrogen, pospor dan potas dansebagainya) mungkin terlalu sedikit sehingga perlu pemupukan dengan jumlahj besar. 5. Pengaruh Kapilaritas Akibat dari kapilaritas yang bisa terjadi pada kondisi tanah gersang maka garam tanah dan racun-racun terbawa ke atas permukaan teling sehingga mengurangi atau menghilangkan daya kapilaritas tersebut. Pengecilan ukuran batuan yang disarankan adalah 10 20 mm dan membuat lapisan setebal 300 mm 6. Penggemburan Permukaan Tailing Permukaan dam/bendungan tailing pada daerah gersang mungkin mengeras dan terjadi rekahan-rekahan. Pembajakan tanah pada gundukan-gundukan atau pembentukan kolam-kolam permukaan tailing tanah akan membantu mengeluarkan garam dari zonasi akar. 7. Penggunaan Tanah Pucuk Penimbunan tanah pucuk di atas tailing yang tersingkap adalah cara yang paling efektif untuk menempatkan tanaman penutup. Hal ini adalah sangat efektif setelah digunakannya suatu lapisan untuk membatasi naiknya daya kapilar. Apabikla tanah pucuk sangat sedikit maka permukaan tailing memerlukan pengolahan awal dahulu untuk mengurangi ph dan sebagainya agar dapat menghasilkan flora mikro pada media pertumbuhan. 3. Oli Bekas Dan Limbah Rumah Tangga Oli bekas dari bengkel atau setempat lainnya ditampung pada tempat-tempat khusus seperti drum minyak, penangkap oli (oli chatcher) atau ditanam di suatu tempat yang konstruksinya menjamin tidak terjadi rembesan oli ke lapisan tanah. Liombah cair rumah tangga terlebih dahulu diolah sesuai dengan kondisinya sebelum dibuang ke perairan umum. Limbah padat rumah tangga ditimbun di suatu tempat yang 19

khusus dan usahakan untuk memisahkan penimbunan limbah padat yang dapat terbakar dengan yang tidak terbakar. 4. Air Asam Tambang Air Asam Tambang (AAT) atau acid mine drainage dapat dikeal dari warna jingga/kuning dari endapan ferihidroksida di dasar aliran (strembeds) dan atau abu belerang tetapi hal ini tidak selalu terjadi. Keasaman tanah bisa juga menjadi indikasi masalah AAT yang potensial. Pembersihan vegetasi dan pemberian pupuk nitrogen dapat menjadikan tanah yang bersifat adam dimana keasaman ini tidak berhubungan dengan oksidasi pirit. Sekali AAT terbentuk maka akan sulit dan membutuhkan biaya yang besar untuk menangani. Karena kebanyakan ion-ion logam akan bertambah daya larutnya dengan berkurangnya ph. AAT sering menyebabkan masalah masalah terjadinya logam berat. Untuk pengelolaan dan pencegahan perlu diketahui karakteristik dari tanah penutup atau bahan buangan dan pengetahuan tentang hidrologi di daerah tersebut. Jadi kemungkinan timbulnya AAT bisa diduga dari material yang berpotensi menghasilkan asam diseleksi dan diisolasi. Apabila akan terjadi AAT maka perlu ada persiapan dalam tahap perencanaan untuk mencegah AAT tersebut. a. Prediksi/Pendugaan Melakukan indentifikasi, kualifikasi dan pengenal contoh dari tipe batuan utama dan geologi pada daerah tersebut sangat penting agar dapat dilakukan prediksi yang tepat. Pengenalan karakteristik dari tanah sangat penting untuk mengidentifikasikan baik adanya material yang berpotensi membentuk asam dan non asam atau bahan yang mengandung kapur (sebuah analisa asam-basa) Perhitungan dari status asam-basa memerlukan determinasi total unsur belerang (pirit sulfur) dan material yang berpotensi untuk menetralisasi. Tes penelitian dalam sel atau kolam juga diperlukan untuk mensimulasikan oksidasi dan sktifitas bakteri dan lain-lain, karena dalam perhitungan asam-basa diasumsikan seluruh sulfida yang dihitung adalah pembentukan adam dan seluruh material yang mengandung kapur tersedia untuk bereaksi. Bila timbulnya AAT sangat potensial maka diperlukan identifikasi dan analisa kualitas limbah zat pencemar terutama kandungan logam-logam berat dan bahan berbahaya beracun (B-3) lainnya untuk prediksi yang tepat. b. Pencegahan Pencegahan tergantung pada identifikasi untur pirit agar supaya menerapkan cara penambangan yang bisa menangani secara selektif bahan pembentuk asam untuk ditempatkan pada tempat pembuangan limbah. Apabila terdapat lapisan bahan yang mengandung kapur atau bahan alkalin lainnya, cara penambangan dan konstruksi tempat pembuangan harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pencampuran dari material-material tersebut di dalam timbunan dapat dilakukan. 20

Pengendalian hirdologi daerah tambang untuk mencegah air dan oksigen tercampur dengan material pirit. Dengan melapisi dan mengisolasi materi pirit dengan clay atau material kedap air lainnya maka perembesan dapat dicegah. Untuk membuktikan terjadinya bahan pencemar atau bahan berbahaya beracun (B-3) di dalam tanah yang dapat mencemari tanah dan air tanah, maka perlu dibuat sumuran penguji. Limbah cair AAT yang dialirkan ke badan air (sungai, laut, danau dan lainnya), harus dianalisa kualitas dan kuantitas limbah tersebut terutama kandunagn B-3, yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. c. Penanganan Prosedur-prosedur penanagan bervariasi tergantung pada kondisi daerah. Cara penanganan yang yang telah ditetarapkan sebelumnya atau dalam taraf percobaan termasuk: 1. Capping (pelapisan) pelapisan dan pengisolasian terhadap material sulfida pirit dari oksigen dan air. Tidak seperti teling dan timbunan limbah batuan kemungkinan tidak mempungai dasar atau dinding yang bersifat kedap air atau semi air. Pekerjaan pembentukan kembali pelapisan limbah ini lebih berat dan membutuhkan biaya besar. 2. Penyesuaian ph penirisan Menaburkan kapur tohor (atau material penetral lainnya) ke tempat timbunan batuan limbah. Kapasitas penetralan dari materuial yang tersedia dan kebutuhan akan kapur untuk tempat pembuangan harus diperiksa dalam menentralisasikan air bersifat asam untuk menentukan kelayakan 3. Pembentukan saluran-saluran Pada timbunan limbah menuju ke daerah penambangan yang telah diseleksi yakni pirit yang telah diisi material alkalin atau areal penimbunan dimana material yang mempunyai kapasitas penetral yang besar telah ditempatkan lebih dahulu. Pemasukan cairan penetral contoh : natruim karbonat, amoniak kering dan caustic soda ke dalam tempat penimbunan memotong alur aliran dari penirisan yang bersifat asam. a. Pengumpulan AAT pada bagian hilir untuk mengolah kimiawi atau line aerasi b. Penyaluran AAT ke daerah basah buatan dimana aktifitas biologi meningkatkan ph dan mengurangi tingkat logam c. Pada daerah dimana tingkat penguapan selalu melebihi tingkat pengendapan pembuangan dengan penguapan mungkin dilaksanakan. 5. Daerah-daerah Bersifat Alkalin dan Masin Alkalinitas dan salinitas biasanya terjadi bersamaan dalam tanah. Lapisan tanah yang mempunyai sifat salinitas tinggi sering dijumpai pada daerah-daerah pertambangan. Pada umumnya tanah penutup di dekat permukaan mengandung salinitas rendah yang harus digali secara selektif untuk nantinya ditimbunkan sebagai lapisan penutup sebelum penimbunan tanah pucuk dilakukan. Apabila keadaan umum tanah lokal bersifat masin, maka bagian atas tanah penutup juga bersifat asin. Tanah yang 21

mempunyai keasinan tinggi harus diperlakukan sama dengan perlakuan terhadap tanah penutup pembentuk asam agar efek perusakannya terhadap pertumbuhan tanaman maupun bagi kualitas hilirnya dapat dicegah. a. menentukan Tanah Alkalin Dan Tanah Masin Sebagai petunjuk dianggap masin apabila kadar kloridanya mencapai 0,2 % dan sangat asin apabila kadar klorida mencapai 0,5%. Tanah dianggap alkalin (basa) apabila ph mencapai 8,0 dan alkalin kuat apabila phnya mencapai atau lebih dari 9,5. Sodicity adalah sebuah ukuran persentase natrium yang bisa dipertikarkan (Execangable sodium percentage, ESP) tanah adalah sodik bila mempunyai ESP 6 dan sangat sodik pada ESP 15. Tanah yang gerasng atau semi gersang biasanya dipengaruhi oleh salinitas dan alkalin sodik tetapi dapat dicegah dengan praktek-praktek pertanian, khususnya irigasi. Salinitas dan alkalin dapat dikenal dengan ciri pengumpulan garam, adanya tanaman yang tahan garam, tanah yang gundul dan retak-retak dengan ciri sampai mudah pecah (disperse) b. Penanganan Gypsum sangat efektif untuk memperbaiki struktur tanah dan bisa menambah penyerapan dan pelindihan garam dari profil tanah. Untuk tanah yang agak terpengaruh digunakan gypsum 2,5 4,0 ton/ha. Sedangkan untuk daerah yang kondisinya sangat rusak diperlukan gypsum 20 ton/ha. Irigasi dengan waktu panjang akan membersihkan garam natrium dan garam perusak lainnya, maka tetapi hanya dapat dilakukan apabila tersedia air yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup. Pembuatan kolam air dengan kedalaman air 30-80 cm untuk mempengaruhi infiltrasi dan pelindihan garam, banyak dilakukan dalam pertanian. Pada daerahyang tandus diperlukan selama beberapa musim untuk dapat mencapai pelindihan yang cukup. Pembajakan dengan bentuk punggungan setinggi 20-30 cm, jarak antara setiap punggung 1-2 m akan mempercepat lindihan pada daerah sonazi akar, yang kemudian segera langsung dapat ditaburkan niji atau ditanam. 6. Logam-logam Berat dan Limbah Rumah Tangga a. Logam berat yang terdapat secara alami di daerah tambang merupakan sebuah potensi permasalahan bagi kesehatan dan lingkungan (lapisan tanah penutup, tanah dan air). Kondisi asam dan AAT mengidentifikasi kemungkinan adanya permasalahan logam berat. b. Kaolin, arsen, cadmium, merkuri, nikel, mangan dan molybdenum mempunyai potensi berbahaya bagi kehidupan manusia karena sifat bio-akumulasinya dan hanya dengan dosis kecil dari kation tersebut di atas sudah dapat mempengaruhi kesehatan. c. Kenaikan tingkat radioaktif mungkin berhubungan dengan limbah tambang. Identifikasi dan pembuangan limbah dengan cara yang baik adalah penting untuk 22

menghindari timbulnya dampak akibat pemaparan langsung pencemaran di luar tambang atau mendatangkan tanaman yang sudah tercemar radioaktif. d. Tembaga merupakan unsur utama yang memerlukan perhatian pada kehidupan biota perairan demikian pula dengan logam berat lainnya yang mungkin dapat berakumulasi di dalam sedimen e. Tembaga, seng, timah hitam dan alumunium dengan cepat dapat timbul di dalam tanah yang asam dan merupakan racun bagi pertumbuhan tanaman. f. Bijih kadar rendah, limbah batuan dan lain-lain yang mempunyai potensi menjadi racun harus ditempatkan secara efektif dalam penimbunannya. g. Apabila ada daerah tumbuhan yang perkirakan masih tercemar oleh logam berat, maka daerah timbunan tersebut dilapisi dengan tanah sedikitnya 0,5 m sebelum dilakukan revegetasinya. h. Netralkan bagian atas timbunan setebal lebih kuran 0,2 m dengan kapur atau material sejenis sebagai penyangga atau penahan terhadap kemungkinan terjadinya rembesanasam (acid drainage) i. Identifikasi dan pengolahan limbah yang dihasilkan dari kegiatan penambangan terutama yang mengandung B-3 (logam berat), harus dilakukan penanganan khusus untuk menurunkan kandungan B-3 nya yang terkandung di dalam limbah tersebut. 7. Bahan Kimia Beracun Banyaknya bahan kimia yang digunakan pada kegiatan pengolahan/pemurnian atau kegiatan lainnya di lokasi pertambangan sedapat mungkin dibuat daftar bahan-bahan kimia yang digunakan pada setiap kegiatan dan tentukan cara-cara pembuangan atau pemusnahan yang aman terhadap sisa bahan kimia maupun tempat penampungan/wadahnya. Larutan asam dan larutan kaustikm umumnya digunakan pada proses pengolahan/pemurnian, bahan-bahan kimia lainnya antara lain : resin, cat, regen flotasi dan lain-lain. Apabila ada keraguan dalam pemusnahan yang aman terhadap bahan-bahan berbahaya, lubangi segera pihak-pihak yang berwenang. Penggunaan sianida pada kebanyakan tambang emas sangat reaktif dan sangat beracun. Sianida pada dasarnya tidak stabil dan mudah terosidasi menjadi produk yang stabil dan umumnya tidak beracun, namun bahayanya bentuk komplek sianida dapat meracuni biota perairan. Oleh karena itu sianida bebas maupun sianida total harus dipertimbangkan baik-baik sebelum dilakukan pembuangannya. Sisa sianida maupun bahan kimia lainnya harus diamankan atau dimusnahkan pada tempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dilarang menimbun/mengubur butiran atau bubuk sianida oleh karena sianida tersebut akan tetapi mempunyai potensi yang membahayakan selama bertahun-tahun. Apabila tanahnya tetap kering dan basa. Wadah/kontainer bahan berbahaya harus dirinci bersih sehingga bebas racun sebelum dibuang. Air cucian dari semua peralatan/kontainer dikumpulkan dalam kolam penampungan dan dianalisa kandungannya, kemudian air cucian tersebut diolah pada 23