BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

pada persepsi konsumen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi. telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1993).

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dihindari oleh perusahaan

ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Struktur Pasar dan Conduct

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. industri pesawat terbang, industri listrik dan lain-lain (ICN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP MARKET VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN KELOMPOK BARANG-BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan perusahaan yang bermunculan di dunia global tentu saja

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN DI SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA Studi Kasus: Industri Batik (ISIC 32117)

BAB V PENUTUP. Selanjutnya keterbatasan dan saran penelitian dijelaskan untuk perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan keuntungan, yang mengakibatkan turunnya tingkat return saham. Grafik LQ45 Periode sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat berperan dalam. roda perekonomian masyarakat. Bank bertindak sebagai sebuah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang tercatat di pasar modal. Bila seorang investor ingin mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009

diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang

: ANNIZSA DYNDA.P NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang diperhatikan oleh investor dalam menilai

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar satu perusahaan dengan perusahaan lain merupakan hal yang

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

BAB I PENDAHULUAN. Selain untuk mencari keuntungan, tujuan dari kegiatan bisnis juga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. antara perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka dari itu, perusahaan di. tuntut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perkembangan dalam dunia usaha sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari peneliti di berbagai negara (Chen et al. 2005; Firer dan Williams,

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dicetuskan oleh Stewart dan

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat, terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. dividen dan menambah capital gain dari investasi yang di tanamkan.

PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BEI PERIODE

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan yang berkelanjutan. Prafitriana (2011) menyatakan. pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

PENDAHULUAN Sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, maka dunia usahapun ikut berkembang pula dengan semakin banyaknya perusahaan yang muncul di

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sudah baik. Jika dinilai kinerja kurang baik maka diharapkan

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Perusahaan perikanan merupakan salah satu pelaku dalam. pembangunan perekonomian nasional. Walaupun didukung oleh sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar.

BAB I PENDAHULUAN. modal menfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan paling cepat secara global untuk kategori pasar

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

SKRIPSI. Oleh : ANGGORO NUR FAJAR B

ANALISIS STRUCTURE, CONDUCT, DAN PERFORMANCE (SCP) INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Perkembangan nilai perusahaan, khususnya perbankan selama lima tahun

ANALISIS INDUSTRI PAKAIAN JADI (GARMEN) DI INDONESIA (Pendekatan Structure-Conduct-Performance) OLEH RYAN FEBRIYANTI H

Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Pada Sentra Industri Bakpia Yogyakarta

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Sholikhah N.R & Rina T, 2004). adalah kinerja keuangan. Pada prinsipnya semakin baik prestasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR. Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan sehingga. tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan dari pemegang. sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut adalah hubungan linier di mana struktur mempengaruhi perilaku kemudian perilaku mempengaruhi kinerja. Dalam SCP hubungan ketiga komponen tersebut saling mempengaruhi termasuk adanya faktor-faktor lain seperti teknologi, progresivitas, strategi dan usaha-usaha untuk mendorong penjualan (Martin, 1994). 2.1.1 Pendekatan Structure-Conduct- Performance (S-C-P) Menurut kelompok tradisional, perilaku monopoli dapat ditentukan berdasarkan teori mengenai kekuatan pasar (market power) dari bentuk dasar persaingan sempurna dan monopoli. Dengan memperhatikan kondisi dasar tersebut, perusahaan (firm) akan melakukan strategi persaingan baik melalui strategi harga maupun pemasaran. Kondisi dasar terbentuknya persaingan pasar dalam suatu atau menjadi perekonomian penyebab akan melandasi terbentuknya struktur dalam suatu industri. Untuk menerangkan kondisi dasar dalam suatu persaingan, dapat dilihat pada diagram mengenai struktur persaingan dalam industri seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 11 12

Sumber : Modifikasi dari Waldman, et al (1998), Heather (2002) Gambar 2.1 Pendekatan Structure- Conduct-Performance Keterangan : Menunjukkan pengaruh yang ditimbulkan berdasarkan pemik iran aliran tradisional Menjukkan pengaruh kedua yang tergantung pada kondisi yang dicapai pada kinerja Menunjukkan arah pengaruh dari kebijakan pemerintah 13 Gambar 2.1 menjelaskan terbentuknya struktur, periaku dan kinerja, dan kaitannya dengan kondisi pasar dan kebijakan pemerintah. Struktur pasar dibentuk dari kondisi dasar yang terdapat dalam suatu pasar. Kondisi dasar merupakan faktor-faktor yang dapat membentuk struktur persaingan dalam industri. Kondisi ini terdiri dari dua bagian, yaitu kondisi dasar permintaan dan kondisi dasar penawaran. Kondisi dasar akan menentukan terbentuknya struktur persaingan dalam suatu industri yang selanjutnya akan menentukan bagaimana perilaku dan kinerja produsen dalam suatu industri. Perilaku suatu perusahaan tergantung pada struktur pasar yang relevan. Struktur bisa dilihat dari jumlah maupun skala penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, ada tidaknya hambatan masuk pasar, struktur biaya, integrasi vertial dan horizontal, serikat kerja dan tingkat konglomerasinya. Perilaku ini nantinya mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku para pelaku industri (conduct) yang pada akhirnya menentukan kinerja (performance) industri tersebut. Struktur sebuah pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar tersebut yang secara bersama-sama menentukan kinerja sistem pasar secara keseluruhan. Kinerja suatu industri diukur antara lain dari nilai tambah, derajat inovasi, efisiensi dan profitabilitas. Konsep hubungan struktur perilaku dan kinerja menjelaskan bagaimana perusahaan akan berperilaku dalam menghadapi struktur pasar tertentu dalam suatu industri. Dari perilaku tersebut, akan tercipta suatu kinerja tertentu dimana struktur dan perilaku akan mempengaruhi kinerja. Berikut ini akan diterangkan kondisi dari masing-masing struktur, perilaku, dan kinerjanya. 14 2.1.1.1.Struktur Pasar Shy (1995) menerangkan bahwa banyaknya penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan masuk, struktur biaya, integrasi vertikal, dan tingkat konglomerasi menjadi dasar terbentuknya struktur pasar persaingan dalam industri. Banyaknya penjual dan pembeli berhubungan dengan posisi tawar di antara penjual, pembeli, atau di antara pembeli dan penjual. Suatu persaingan juga dapat dilihat berdsarkan indikator diferensiasi produk semakin terkonsentrasi suatu persaingan produsen, maka tingkat diferensiasi produk semakin rendah. Hambatan masuk akan semakin besar jika tingkat persaingan antar produsen semakin tinggi. Bentuk struktur pasar juga dapat diperhatikan melalui kondisi struktur biaya, yaitu kondisi yang menggambarkan bagaimana hubungan antara output dan biaya. Pada tingkat kebijakan, kondisi persaingan dinyatakan dengan adanya integrasi vertikal, yaitu tindakan untuk menyatakan keseluruhan organisasi produksi dari penanganan bahan baku hingga proses akhir. Konglomerasi yang dimaksudkan di sini adalah kemungkinan perusahaan mengkonsentrasikan persaingannya hanya pada satu produk tertentu atau dengan mengeluarkan berbagai jenis produk. Ciri-ciri ini dianggap sebagai pandangan dasar untuk melihat bentuk struktur pasar dalam suatu industri. Pengertian struktur adalah sifat permintaan barang dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk dan hambatan masuk pasar.struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi persaingan. 15

Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar (market contcentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry). 2.1.1.2. Perilaku (Conduct) Perilaku diartikan upaya untuk memperoleh pasar. Perilaku merupakan pola tanggapan dan penyesuaian berbagai perusahaan untuk mencapai tujuan dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat dari bagaimana perusahaan menentukan harga jual, promosi produk, pengiklanan, koordinasi dalam pasar dan pengembangan. Menghadapi kondisi persaingan, produsen akan menggunakan sejumlah kekuatan sumber daya ekonomi untuk mempertahankan atau memperluas kapasitas persaingannya dalam suatu industri. Shy (1995) menerangkan pada struktur pasar yang semakin terkonsentrasi para produsen akan bertindak sama yaitu bermain melalui strategi harga, strategi produk, riset dan inovasi, dan periklanan. Struktur biaya yang digambarkan pada struktur pasar akan berdampak pada perilaku penetapan harga. Strategi atas perilaku harga tidak sepenuhnya dapat dijadikan gambaran tindakan persaingan karena pihak produsen akan mempergunakan pula alternatif lain berupa strategi produk, yaitu kemungkinan terdapat perluasan konsep produk. Dalam hal ini, diperlukan upaya pengembangan yang ditunjukkan dengan adanya upaya riset dan inovasi. Pada struktur pasar yang semakin terkonsentrasi, riset dan inovasi jarang dimanfaatkan karena strategi perusahaan lebih terkonsentrasi pada harga dan biaya. Indikator lain yang dapat digunakan adalah iklan yang umumnya dimanfaatkan sebagai 16 sarana atau alat untuk bersaing terutama dalam memperkenalkan atau menancapkan image produk. 2.1.1.3. Kinerja (Performance) Kinerja (Performance) merupakan hasil akhir dari keseluruhan bentuk struktur pasar dan dampak dari perilaku industri berdasarkan pendekatan S-C-P. Kinerja perusahaan dalam industri berarti kemampuan produsen atau perusahaan dalam suatu industri dalam menciptakan tingkat keuntungan, efisiensi, pertumbuhan ekonomi, kemampuan dalam menciptakan peluang kerja, dan kemampuan dalam menciptakan pendapatan. Kemampuan dalam menciptakan keuntungan didasarkan pada hasil akhir dari interaksi antara harga yang ditetapkan dan biaya yang telah dikeluarkan (Shy, 1995). Masing-masing bentuk struktur pasar memiliki bentuk penjelasan yang berbeda atas perilaku maupun kinerja terutama dalam menghadapi kondisi dalam suatu lingkungan industri (Shy, 1995). Pada pendekatan S-C-P (S-C-P paradigm), untuk bentuk struktur pasar tertentu, perusahaan memiliki cara yang berbeda dalam menetapkan strategi persaingannya. Perilaku ini berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dan peningkatan efisiensi serta pertumbuhan perusahaan. Dasar analisis industri adalah efisiensi. Kemudian, perspektif sebuah industri adalah Darwinisme yaitu, survival for the fittest: yang dapat menyesuaikan diri akan mampu bertahan, sedangkan yang tidak dapat akan mati. Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri di mana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar atau besarnya keuntungan suatu 17 perusahaan di dalam suatu industri. Kinerja tercermin dalam efisiensi alokatif, efisiensi teknis, efek inflasi, pemerataan, kemajuan teknologi, kualitas produk, kesempatan kerja dan laba. Tabel 2.1 Ilustrasi Hubungan Struktur Pasar, Perilaku, dan Kinerja Berdasarkan Pendekatan S-C-P Struktur Structure Conduct Performance Perfect Competition Efisiensi alokasi Maksimalisasi keuntungan sumber daya Tidak ada iklan Monopolistic Competition Maksimalisasi keuntungan Ada iklan

Alokasi sumberdaya tidak efisien Oligopoly Alokasi Terdapat kemungkinan untuk sumberdaya tidak maksimalisasi keuntungan efisien Terdapat periklanan dan bentuk persaingan non harga lainnya Monopoly Alokasi sumber Terdapat kemungkinan untuk daya tidak maksimalisasi keuntungan maksimal Hanya terdapat beberapa iklan Sumber : Heather (2002) Pada Tabel 2.1 menunjukkan ciri utama yang terdapat pada masingmasing bentuk struktur pasar. Perilaku produsen digambarkan dengan melihat bagaimana kondisi maksimalisasi tingkat keuntungan dapat direalisasikan. Kinerja (performance) digambarkan melalui pengertian terhadap alokasi sumber daya. Pandangan S-C-P menyatakan bahwa hasil akhir dari struktur pasar terlihat pada kondisi perusahan yang ditunjukkan melalui kinerjanya (Shy, 1995). 18 Pengukuran kinerja merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat kondisi- kondisi tertentu, dapat berupa perubahan yang bersifat positif maupun negatif. Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian ( Yuwono, 2003). Tujuan pengukuran kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat yang berhubungan dengan perilaku dan kinerja anggota suatu perusahaan atau industri dalam suatu periode tertentu. Informasi yang dihasilkan ini selanjutnya akan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan berdasarkan standart tertentu dan bila perlu akan dilakukan perbaikan dalam kegiatan perusahasn. Pengukuran kinerja dilakukan untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Menurut Lynch dan Cross (1991), manfaat pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut: 1) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasinya terlibat dalam upaya member kepuasan kepada pelanggan 19 2) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagia dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal 3) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya upaya terhadap pemborosan tersebut 4) Membuat suatu tujuan strategis yang biasa masih kabur menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 5) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yg diharapkan tersebut. Pengukuran kinerja dapat bermacam-macam antara lain pengukuran kinerja berdasar sudut pandang manajemen,pemilik atau pemberi pinjaman, diamati melalui nilai tambah (value added), produktivitas dan efisiensi. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai input dengan nilai output. Nilai input terdiri atas biaya bahan baku, biaya bahan bakar, jasa industri, biaya sewa gedung, mesin dan alat- alat serta jasa industri. Sementara nilai output merupakan nilai barang yang dihasilkan (Kuncoro, 2007). Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan (Stewart, 1993). EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan 20 melebihi tingkat biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya. EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend). Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. 2.2. Studi Terkait Supramono dan Elletarianti (2004) dengan judul penelitian Pengukuran Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia melalui pendekatan Economic Value Added (EVA) menerapkan perhitungan EVA untuk mengukur kinerja industri TPT dan untuk melihat apakah industri TPT sudah mampu menciptakan nilai tambah secara ekonomis dan apakah industri ini masih bisa dijadikan andalan ekspor setelah banyak masuknya produk impor tekstil dari China. Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder yang didapat dengan 21 objek penelitiannya adalah 21 perusahaan yang tergabung pada industri tekstil yang go public pada tahun 1999-2001. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil EVA yang yang negatif yang menunjukkan bahwa industri TPT belum mampu menghasilkan laba yang dapat digunakan untuk menutup modal, dan MVA positif yang berarti investor mempunyai ekspektasi positif terhadap industri TPT dan dari hasil uji korelasi menujukkan hasil yang signifikan yaitu EVA mempunyai korelasi dengan MVA. Karena hasil perhitungan EVA bernilai negatif maka dapat dikatakan bahwa selama kurun waktu 1999-2001 industri ini belum menunjukkan kinerja yang baik,dan hasil perhitungan MVA yang positif mengimplikasikan bahwa industri TPT masih banyak membutuhkan perhatian dalam rangka peningkatan kinerja baik dari pelaku usaha maupun dari pemerintah sehingga industri TPT dapat kembali dijadikan andalan ekspor. Suryawati (2009) dengan judul penelitian Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di Provinsi DIY menggunakan pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja yang digunakan untuk menganalisis kondisi industri tekstil dan garmen di DI Provinsi Yogyakarta. Untuk memperkuat penelitian, pendekatan SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat) juga digunakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder terkait dengan industri tekstil dan pakaian jadi skala sedang dan besar di Provinsi DIY tahun 2000-2006. Termasuk ke dalam industri besar adalah perusahaanperusahaan yang masingmasing mempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara pada industri sedang, perusahaanperusahaan yang termasuk kedalamnya masing- 22

masing mempekerjakan antara 20-99 orang. Data-data ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, didukung publikasi media massa. Hasil penelitian: 1) industri ini ketergantungan yang relatif tinggi terhadap sektor memasok; 2) permintaan industri didorong tidak signifikan dengan meningkatnya permintaan output pengguna sektor; 3) industri yang relatif tinggi rasio input-output mencerminkan tingginya ketergantungan industri terhadap masukan persediaan; 4) peran industri dalam memenuhi permintaan lokal melemah oleh porsi yang relatif besar produk yang diimpor; 5) industri harga-biaya dan keuntungan marjin secara signifikan dipengaruhi oleh biaya input dan output produksi. Malik (2003) dengan judul penelitian Analisis Struktur Pasar, Perilaku dan Kinerja Industri TPT di Sukoharjo. Menggunakan metode penelitian dintegration tiga metode pengumpulan data allatonce, yaitu Survei Lapangan, survei Lembaga saling terkait. Hasil penelitian menunjukkan Analisis konsentrasi industri dengan indikator CR4 rnenunjukkan bahwa untuk Subsektor industri TPT, angka konsentrasi industrinya cukup bervariasi dengan kecenderungan menurun mulai tahun 1991 s/d 1997 tetapi setelah itu 1998 s/d 2000 mengalami peningkatan.dilihat dan ratio konsentrasinya, yang paling tinggi rasio konsentrasi industrinya adalah industri pertenunan. Sedang yang paling rendah konsentrasi industrinya adalah industri penyernpurnaan. Naylah (2010) dengan judul penelitian Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja dengan menggunakan paradigma Structure Conduct 23 Performance (SCP). Dengan sampel 16 bank umum terbesar selama tahun 20042008. Pertama, hipotesis tradisional yang mendasarkan pada perilaku kolusi, kedua, hipotesis diferensiasi yang mendasarkan pada perilaku diferensiasi produk dan yang ketiga, hipotesis efisiensi yang mendasarkan pada perilaku efisiensi pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa kuat pengaruh dari struktur pasar pada kinerja industri perbankan. Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa pangsa pasar dan konsentrasi pada industri perbankan adalah proksi dari efisiensi. Jika hal tersebut terbukti, maka tidak akan ada hubungan yang signifikan antara pangsa pasar dan konsentrasi dengan profitabilitas sehingga mendukung hipotesis efisiensi. Jika terdapat hubungan yang positif antara pangsa pasar dengan profitabilitas, maka hasilnya mendukung hipotesis diferensiasi. Namun jika terdapat hubungan yang positif antara konsentrasi dengan profitabilitas, berarti kinerja industri perbankan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi sebagai proksi dari struktur pasar yang mana didalamnya ditengarai terdapat perilaku kolusi. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis tradisional. Kaesti (2010) menganalisis Industri TPT dengan pendekatan Structure Conduct Performance (S-C-P) pada tahun 2000 2003. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur dari industri TPT tahun 2000-2003, pengaruh struktur industri terhadap perilaku perusahaan dan menganalisis pengaruh CR4, minimum efficiency of scale (MES), dan rasio modal tenaga kerja (CLR) terhadap margin keuntungan (PCM) industri TPT Indonesia. Penelitian ini menggunakan sample 28 perusahaan dari industri TPT dan alat analisis regressi data panel untuk melihat 24 pengaruh CR4, MES dan CLR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri TPT Indonesia pada tahun 2000-2003 berbentuk oligopoli yang ditandai dari hasil perhitungan CR4 yang lebih dari 60%. CLR yang mencerminkan perilaku perusahaan lebih dipengaruhi oleh efisiensi daripada tingkat konsentrasi dalam industri oleh karena itu kondisi efisiensi dapat dicapai dengan penggunaan tekhnologi yang lebih tinggi (rasio modal terhadap tenaga kerja yang lebih tinggi). Hasil estimasi dari 3 variabel independen, variabel CLR merupakan variabel yang paling berpengaruh sehingga

diperlukan penambahan modal untuk meningkatkan produktivitas dari perusahaan. Tingginya rasio penggunaan biaya input terhadap output yang dihasilkan menunjukkan kondisi yang inefisien, yang terlihat dari adanya hubungan negatif antara MES dan PCM pada industri TPT tahun 20002003. Hal ini menunjukkan struktur industri yang oligopoli menyebabkan perusahaan di dalam industri tersebut tidak efisien.