BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Iklim Perubahan iklim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

GREEN TRANSPORTATION

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

SKRIPSI JEJAK KARBON (CARBON FOOTPRINT) DARI CIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA. Disusun oleh : Violeta Hardiyanti NPM :

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PENGERTIAN GREEN CITY

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Penyediaan fasilitas parkir untuk sepeda

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Data Iklim Nasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric. orang yang tinggal di Bumi akan menyumbang peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir. Emisi gas rumah kaca karena kegiatan manusia atau emisi anthropogenik akan meningkatkan efek pemanasan tambahan terhadap permukaan bumi (pemanasan global). Inilah yang disebut dengan perubahan iklim. Meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfir melebihi batas kemampuan bumi untuk menetralisirnya telah mendorong terjadinya perubahan iklim. Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Indonesia merupakan salah satu penyumbang emisi GRK yang signifikan di dunia, terutama emisi yang bersumber dari kegiatan penggunaan lahan dan kehutanan (LULUCF). Selain itu, emisi GRK Indonesia bersumber dari kegiatan terkait konsumsi energi BBM dan batubara. Pengendalian Gas Rumah Kaca (GRK) secara efektif menjadi sangat mendesak untuk menghindari dampak perubahan iklim yang lebih parah. Pertumbuhan konsumsi yang tinggi jika tidak diimbangi dengan ketersediaan dan penghematan energi, maka akan menjadi bencana. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) keempat menunjukkan bahwa 11 dari 12 tahun antara 1995-2006 merupakan 12 tahun dengan suhu permukaan terpanas sejak tahun 1850. Hal ini antara lain disebabkan oleh peningkatan emisi GRK sebesar 70% antara tahun 1970 sampai dengan 2004. Porsi terbesar kenaikan emisi GRK dikontribusikan oleh pertumbuhan sektor energi dan limbah, yang bersumber dari peningkatan permintaan dan produksi di perkotaan. Akibatnya, tingkat konsentrasi GRK di atmosfer jauh melampaui perkiraan yang pernah ditetapkan. Perubahan iklim telah menjadi tantangan pembangunan di kota-kota di Indonesia. Kegiatan ekonomi dan pembangunan menghasilkan Gas Rumah Kaca (GRK), yang menjadi penyebab perubahan iklim. Di pulau Jawa bagian tengah, perubahan iklim ditandai dengan kenaikan suhu udara 0,004 o -0,04 o C per Zero Carbon Campus 1

tahun, kenaikan muka air laut 16-22 cm sampai tahun 2030, memendeknya musim hujan dengan curah hujan lebih tinggi dan kejadian cuaca yang tidak lazim. Bangunan sebagai salah satu konsumen energi, membutuhkan energi untuk menciptakan kenyamanan huni di dalamnya. Sektor bangunan mengkonsumsi sepertiga energi dunia yang digunakan untuk penerangan, pemanas/pendingin ruangan dan kebutuhan rumah tangga. Pada kebanyakan bangunan di Indonesia, hampir separuh energi listrik dialokasikan untuk mensuplai sistem pendinginan bangunan. Kota Semarang sebagai bagian masyarakat global telah merasakan dampak perubahan iklim. Kajian kerentanan yang telah dilakukan menunjukkan fenomena perubahan iklim telah terjadi. Peningkatan suhu diperkirakan terjadi sehingga meningkatkan curah hujan khususnya pada saat musim hujan. Di lain sisi, kenaikan suhu juga menginduksi peningkatan permukaan air laut. Dua dampak tersebut meningkatkan kejadian banjir dan genangan air laut (rob). Sebagai pusat konsentrasi ekonomi dan penduduk maka Kota Semarang menjadi rentan terhadap dampak-dampak perubahan iklim. Ruang-ruang terbuka hijau, sumber-sumber air, dan daerah tangkapannya sangat terbatas sehingga apabila terjadi perubahan curah hujan maka risikonya menjadi lebih besar. Sementara itu, urbanisasi didorong oleh berkembangnya kegiatan ekonomi industri dan jasa seperti manufaktur, pendidikan, pariwisata dan fasilitas pendukungnya, serta transportasi yang menjadikan Kota Semarang sebagai salah satu kota pengguna energi tinggi di Jawa Tengah. Artinya, Kota Semarang menjadi salah satu penyumbang GRK terbesar di wilayah Jawa Tengah. Kenyataan tersebut mendorong Kota Semarang berinisiatif melakukan kegiatan untuk menghadapi perubahan iklim. Hal ini juga sejalan dengan komitmen nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Penurunan Emisi GRK. Oleh karena itu, penerbitan RAN GRK saat ini menjadi pemacu Kota Semarang untuk berdiri dibarisan depan dalam menghadapi perubahan iklim. Salah satu kawasan yang berkembang pesat secara ekonomi dan pembangunan adalah kawasan Tembalang yang berdasarkan RDTRK masuk kedalam BWK VI yang memilki fungsi kawasan sebagai kawasan pendidikan. Adanya pemindahan Kampus Universitas Diponegoro pada akhir tahun 2010 ke Zero Carbon Campus 2

lokasi baru dan pembangunan gedung gedung baru dari berbagai fakultas yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pendidikan, sehingga dapat meningkatkan animo masyarakat bahkan dalam skala nasional untuk menimba ilmu di Kota Semarang khususnya di Universitas Diponegoro. Dengan demikian maka dapat memicu pertambahan jumlah penduduk di kawasan tembalang ini dengan jumlah yang besar, baik itu dari segi mahasiswa maupun dari masyarakat pelaku ekonomi dan usaha. Pertambahan jumlah penduduk ini akan berdampak langsung pada pertambahan jumlah bangunan-bangunan baru serta infrastruktur yang dibuat guna memenuhi permintaan kebutuhan dari masyarakat. Hal ini akan berdampak langsung pada semakin berkurangnya wilayah hijau yang ada dan ruang pejalan kaki sebab telah berubah alih fungsi menjadi kawasan terbangun. Hal itu berdampak pada enggannya pemakai ruang kota untuk berjalan kaki sebagai transportasi yang sustainable. Hal tersebut juga menimbulkan terjadinya urban heat island yang terjadi karena modifikasi permukaan tanah akibat pengembangan kota. Pemindahan kampus UNDIP bawah ke lokasi baru di kawasan Tembalang juga menimbulkan persoalan baru terutama masalah transportasi yaitu semakin tingginya penggunaan transportasi pribadi yang memunculkan kemacetan yang terjadi di kawasan menuju kampus UNDIP Tembalang. Padatnya arus lalu lintas mulai Jl. Ngesrep Timur V hingga Jl Prof Soedarto SH yang dialami para pengguna jalan, dikhawatirkan semakin parah jika tidak ada langkah yang dilakukan. Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno menjelaskan, kepindahan mahasiswa UNDIP bawah ke Tembalang seharusnya sudah diperkirakan bakal menimbulkan dampak kepadatan akses lalu lintas. Hal ini sudah terbukti dengan kemacetan yang luar biasa mulai dari bertemunya arus dari dari jalan masuk dan keluar tol Tembalang, pertigaan Jl. Tirto Agung-Prof. Soedarto SH membuat kendaraan harus bersabar. Banyaknya jumlah sepeda motor dan mobil yang melintas saling serobot membuat kondisi semakin ruwet dan menimbulkan antrian panjang lebih dari satu kilometer. Wali Kota Semarang mengungkapkan secara jangka panjang kondisi jalan tersebut akan ditingkatkan atau dilebarkan. Sementara untuk jangka pendek, direncanakan dengan mencoba jalur baru yakni Jangli-Tembalang. Pelebaran jalan hanya solusi jangka pendek, lima tahun lagi hal seperti ini akan terjadi karena memicu pertumbuhan pengguna kendaraan. Zero Carbon Campus 3

Perkembangan transportasi akan sangat bergantung kepada perkembangan aktivitas manusia tersebut. Dengan bervariasinya aktivitas manusia maka transportasi pun akan semakin berkembang. Karena transportasi haruslah mendukung mobilitas manusia. Dengan begitu aktivitas manusia tidak akan terganggu dan dapat lebih berkembang lagi. Tetapi perkembangan transportasi saat ini sudah melampaui batas dan yang terjadi adalah dampak negative terhadap lingkungan. Karena polusi udara semakin banyak karena tingginya jumlah kendaraan bermotor yang ada. Dan dampak yang paling terasa adalah adanya global warming karena gas polutan dari kendaraan berupa gas carbon monoksida (CO) dan berdampak langsung pada perubahan iklim. Kondisi ini tentunya merubah kawasan Tembalang secara mikro dan makro, dari segala segi termasuk dalam konteks bahasan ini mengenai pengurangan emisi karbon dari lingkungan terbangun dan transportasi, peningkatan efisiensi penggunaan energi pada kawasan terbangun di kota, peningkatan penggunaan sumber energi alternatif, dan pengembangan sistem transportasi massal dengan sumber energi alternatif yang bertujuan mengurangi penambahan kendaraan pribadi. Kondisi kepadatan di kawasan Tembalang saat ini mendesak adanya konsep penataan kawasan ini secara berkelanjutan sebelum tumbuh secara sporadis ke arah yang tidak teratur yang didukung juga dengan konsep pembangunan yang rendah emisi karbon. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dan perancangan kampus UNDIP Tembalang guna menciptakan kawasan kampus yang rendah emisi karbon (Zero Carbon Campus). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas menunjukan bahwa berkembangnya kegiatan ekonomi dan jasa, menjadikan Kota Semarang sebagai salah satu pengguna merupakan penghasil GRK terbesar di wilayah Jawa Tengah. Khususnya kawasan kampus terpadu UNDIP Tembalang yang menjadi pemicu berkembangnya kegiatan ekonomi dan jasa yang berdampak pada banyaknya pembangunan sarana dan prasarana serta tingginya intensitas penggunaan kendaraan pribadi sehingga menghasilkan emisi karbon yang cukup tinggi diwilayah Tembalang sementara wilayah hijau semakin berkurang. Zero Carbon Campus 4

Dari permasalahan diatas maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik kawasan kampus UNDIP menuju zero carbon campus? 2. Arahan serta perencanaan yang bagaimanakah sehingga dapat mengurangi jejak karbon di lingkungan kampus UNDIP? 1.3. Batasan Penelitian Penelitian dibatasi dengan lingkup geografis, substantif dan kerangka waktu tertentu. 1. Secara geografis penelitian dilakukan di Semarang, Indonesia, sebagai salah satu penyumbang GRK terbesar di Jawa Tengah. 2. Subjek penelitian adalah kawasan Kampus UNDIP Tembalang yang berlokasi didaerah perbukitan dengan 11 fakultas dan 47 jurusan. 3. Karakteristik kawasan mencangkup kawasan terbangun dan transportasi darat pada lingkungan kampus UNDIP. 4. Perhitungan jejak karbon yang dimaksud adalah jejak karbon primer dari aktivitas yang dihasilkan oleh civitas akademik di lingkungan kampus UNDIP Tembalang. 5. Jejak karbon primer yang dimaksud adalah jejak karbon yang dihasilkan dari perjalanan harian civitas akademika dan konsumsi energi pada bangunan. 6. Civitas akademika yang dimaksud adalah Dosen, Staf/Karyawan dan Mahasiswa S1 tahun 2011-2014. 7. Jenis karbon yang dihitung adalah Karbon dioksida (CO 2) yang dihasilkan dari perjalanan harian dan konsumsi energi domestik pada bangunan. 8. Perhitungan karbon menggunakan faktor emisi dan kalkulator jejak karbon sebagai alat evaluasi dan klarifikasi. 9. Waktu penelitian dibagi menjadi dua segmen, yaitu pagi & siang/sore. 1.4. Tujuan Dan Sasaran Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mitigasi perubahan iklim dengan upaya untuk menurunkan/ menyeimbangkan emisi Zero Carbon Campus 5

karbon melalui peningkatan efisiensi penggunaan energi pada kawasan terbangun dan penggunaan sumber energi alternatif serta pengembangan sistem transportasi massal untuk menuju kawasan zero carbon campus. Untuk mendapatkan tujuan yang ada maka ditetapkan sasaran-sasaran penelitian yang saling berkaitan, antara lain : 1. Menganalisis jejak karbon terkait emisi karbon yang dihasilkan dari perjalanan harian civitas akademika dan konsumsi energi pada bangunan. 2. Merumuskan arahan penataan kawasan yang mendukung terciptanya kawasan zero carbon campus. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam hal: 1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang emisi CO2 atau carbon footprint yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia sehingga diharapkan manusia dapat membatasi jumlah jejak karbon yang ditimbulkan dalam membantu memulihkan lingkungan hidup. 2. Memberikan kontribusi pemikiran dan analisis berdasarkan hasil penelitian ini mengenai upaya penanganan perubahan iklim dan pembangunan rendah emisi karbon di Indonesia. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan serta perancangan lingkungan kampus yang rendah emisi karbon untuk membuat lingkungan kampus yang lebih baik dan berkelanjutan. 1.6. Keaslian Penelitian Adapun beberapa penelitian yang sama atau sejenis baik dalam hal pemilihan lokus yang sama dengan fokus yang berbeda maupun sebaliknya yang sudah dilakukan maupun sementara dilakukan oleh peneliti yang lain. Zero Carbon Campus 6

Tabel. 1.1.Keaslian Penelitian Sumber: Berbagai penelitian Peneliti Judul Penelitian Lokus Tujuan Penelitian Metode Penelitian Temuan Penelitian Centre for Alternative Technology (2010) Zero Carbon Britain 2030 : a New Energy Strategy Britain, UK Menurunkan melalui pengurangan pemborosan energi. Meningkatkan melalui pengerahan energi terbarukan. Menurunkan emisi GRK menjadi nol emisi. - Reducing consumption of energy through greater efficiency and technologica limprovement. Reducing consumption of energy and other resources through behaviour change. Ratih Gita Astari (2012) Studi Jejak Karbon dari Aktivitas Permukiman di Kecamatan Pademangan Kotamadya Jakarta Utara Pademangan, Jakarta Utara Mengetahui jumlah emisi CO 2 dari permukiman. Memetakan jejak karbon Mengidentifikasi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap emisi CO 2 dari permukiman. Melalui survei, pengumpulan data primer & sekunder dengan sampel wilayah studi Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai emisi CO 2 primer & sekunder adalah tipe rumah, daya listrik dan jumlah pengahasilan Violeta Hardiyanti (2013) Jejak Karbon (Carbon Footprint) Dari Civitas Akademika Universitas Atma Jaya Yogyakarta Kampus Atma Jaya Yogyakarta Menganalisa carbon footprint (emisi CO 2) dari aktivitas mahasiswa,dosen dan non dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Mengetahui faktor faktor yang berkontribusi pada carbon footprint(emisi CO 2) dari aktivitas mahasiswa, dosen dan non dosen UniversitasAtma Jaya Yogyakarta Metode Kuantitatif yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu survei, pengumpulan data primer & sekunder, pengolahan data dan analisisi data Produksi jejak karbon civitas akademika UAJY Profil jejak karbon civitas akademika UAJY Faktor yang berpengaruh terhadap emisi jejak karbon harian yang dihasilkan oleh civitas akademika UAJY Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan diatas, maka state of the art dari penelitian ini mengambil judul Arahan Penataan Kawasan Kampus Universitas Diponegoro Tembalang dengan Pendekatan Zero Carbon Campus. Mengintegrasikan kawasan kampus UNDIP untuk menuju zero carbon campus melalui peningkatan efisiensi energi pada kawasan terbangun dan penggunaan sumber energi alternatif serta pengembangan sistem transportasi publik yang bertujuan menurunkan emisi karbon penyebab GRK kedalam strategi perencanaan dan perancangan kawasan yang berkelanjutan. Zero Carbon Campus 7