Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) dan Pemanfaatannya sebagai Pewarna Alami dalam Sediaan Lipstik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Biji Coklat (Theobroma cacao L.) Sebagai Pewarna

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh pewarna sintetik. Selain harganya lebih murah, proses

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

KARAKTERISTIK FISIK LIPSTIK SARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis) DENGAN VARIASI PERBANDINGAN KONSENTRASI CARNAUBA WAX DAN BEESWAX

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN GELOMBANG MIKRO DALAM EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA SEBAGAI PENGGANTI RHODAMIN B UNTUK SEDIAAN PEWARNA BIBIR ALAMI

EKSTRAKSI KULIT BUAH NA GA SEBAGAI ALTERNATIF ZAT PEWARNA ALAMI PADA LIPSTIK

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

MEMPELAJARI KESTABILAN DAN EFEK IRITASI SEDIAAN LIPSTIK YANG DIFORMULASI DENGAN LEMAK KAKAO

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA TASBIH (Canna hybrida L.) SEBAGAI PEWARNA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODA

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Transkripsi:

Pharmauho Volume 1, No. 2, Hal. 18-22, Majalah Farmasi, Sains, dan Kesehatan ISSN 2442-9791 Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) dan Pemanfaatannya sebagai Pewarna Alami dalam Sediaan Lipstik Irnawati *, Suryani, Irmanaya Sari Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 Abstrak Penelitian terhadap daun jati (Tectona grandis Linn. F) dilakukan untuk mengetahui variasi lama maserasi dan pemanfaatan ekstraknya sebagai pewarna alami alternatif sediaan lipstik. Kajian awal yang dilakukan yaitu ekstraksi daun jati dengan variasi lama maserasi 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari dan 5 hari, selanjutnya ekstrak yang diperoleh digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik. Sediaan lipstik tersebut di uji stabilitasnya meliputi uji warna, uji organoleptis, uji homogenitas, uji titik lebur, uji oles, penentuan ph, uji kekuatan lipstik, dan uji iritasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variasi lama maserasi berpengaruh terhadap absorbansi ekstrak daun jati. Absorbansi optimum dihasilkan pada ekstrak dengan lama maserasi 3 hari. Berdasarkan uji stabilitas zat warna menunjukkan profil KLT yang sama antara ekstrak yang dihasilkan dengan profil KLT pada sediaan lipstik. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun jati menghasilkan sediaan yang stabil, tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari, homogen, titik lebur 60, memiliki ph 4,50-4,66 dan mudah dioleskan dengan warna yang merata, serta idak menyebabkan iritasi. Kata kunci: daun jati, pearna alami, maserasi, lipstik 1. Pendahuluan Indonesia kaya akan berbagai flora yang dapat dijadikan sumber pewarna alamiah. Dewasa ini banyak diteliti sumber pigmen alami yang lebih aman, salah satunya adalah daun jati (Tectona grandis Linn. F). Menurut penelitian, daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari antosianin, pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7- diglukosida, dan klorofil [1]. Penggunaan pewarna alami dalam formulasi sediaan lipstik merupakan salah satu solusi untuk menghindari penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya. Pewarna alami merupakan zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini biasanya digunakan dalam pewarnaan makanan dan dianggap lebih aman dari zat warna sintetis. Penggunaan bahan pewarna sintetis untuk kosmetik pada saat ini masih dominan, selain harganya lebih murah, proses produksinya lebih cepat dan lebih stabil dibandingkan dengan bahan pewarna alami yang umumnya berasal dari tumbuhan. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa beberapa bahan pewarna sintetis berbahaya bagi kesehatan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Dalam daftar lampiran Public Warning/Peringatan No. KH.01.432.6081 tanggal 1 Agustus 2007 tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang tercantum bahwa bahan pewarna K.10 (Rhodamin B) termasuk zat warna sintetis yang dinyatakan sebagai bahan pewarna yang berbahaya. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati [2]. Lipstik merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi. Lipstik adalah produk yang sangat umum digunakan khususnya oleh para wanita, karena bibir dianggap * KBK Farmasi Sains, Fakultas Farmasi UHO Email: irnawati.ichang@yahoo.com

19 Irnawati dkk: Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang. Penggunaan lipstik bertujuan untuk memberikan warna bibir, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah yang sehat dan menarik [3]. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkeinginan untuk memanfaatkan daun jati sebagai pewarna alami pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstraksi zat warna daun jati dengan variasi lama maserasi, kemudian dilanjutkan dengan formulasi sediaan lipstik menggunakan zat warna dari ekstrak daun jati serta uji stabilitasnya. 2. Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rotary evaporator (Butchi ), Oven, Hot plate (Stuart ), Timbangan analitik (Precisa ), Wadah maserasi (Toples kaca), Spectrofotometer UV-Vis, ph meter (Jenway ), alat-alat gelas (Pyrex ), Mesin pencetak suppositoria, cawan porselen, pipa kapiler dan kain flanne. Bahan yang digunakan yaitu daun jati muda etanol 96 %, kloroform (p.a) metanol, etil asetat, ammonium hidroksida, KCl, aquades, setil alkohol, cera alba, lanolin (teknis), vaselin alba, oleum ricini (teknis), propilen glikol, metil paraben, strawberry essence, butyl hidroksitoluen, plat KLT, kertas saring, dan roll up. 2.2 Ekstraksi Ekstraksi daun jati menggunakan maserasi dengan variasi lama waktu maserasi (1, 2, 3, 4 dan 5 hari). Ekstraksi dilakukan dengan merendam 100 g serbuk daun jati muda dalam 700 ml etanol 96%. Serbuk daun jati yang dimaserasi terlindung dari cahaya, sering diaduk, filtrat ditampung, kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 40 o C, sehingga didapatkan ekstrak kental daun jati. 2.3 Formulasi Lipstik Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol. Ditambahkan ekstrak daun jati diaduk hingga homogen (Massa A). Butil hidroksitoluen dilarutkan dalam oleum ricini (Massa B). Dicampurkan Massa A dan Massa B hingga diperoleh campuran 1. Dibuat campuran 2 yang berisi cera alba, setil alkohol, lanolin, vaselin alba, ditimbang dan dimasukkan dalam cawan penguap kemudian dilebur di atas penangas air. Campuran 1 dan campuran 2 dicampurkan, setelah suhu turun ditambahkan strawberry essence, aduk hingga homogen. Cetak selagi cair, dikeluarkan dari cetakkan dan dimasukkan dalam wadah (roll up). 2.4 Uji Stabilitas Uji stabilitas sediaan lipstik adalah sebagai berikut: a. Uji stabilitas warna menggunakan metode KLT dan Spektrofotometri UV-Vis [4]. b. Uji organoleptik ini dilakukan dengan mengamati perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik [5]. c. Uji homogenitas dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan lipstik pada kaca transparan [6] d. Uji titik lebur dilakukan dengan cara melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan Tabel 1. Master formula lipstik Bahan Formula (%) I II III IV V Fungsi Ekstrak Daun Jati 5 5 5 5 5 Pewarna Cera alba 13 13 13 13 13 Lilin Setil alkohol 10 10 10 10 10 Pengeras Lanolin 8 8 8 8 8 Modifier wax Vaselin alba 8 8 8 8 8 Modifier wax Minyak jarak 40 40 40 40 40 Emolien Propilen glikol 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 Kosolven Metil paraben 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 Pengawet Strawberry essence 0,1 0,10 0,10 0,10 0,10 Pengaroma Butil hidroksitoluen 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Antioksidan Keterangan : Sediaan I : Formula dengan ekstrak daun jati maserasi 1 hari Sediaan II : Formula dengan ekstrak daun jati maserasi 2 hari Sediaan III : Formula dengan ekstrak daun jati maserasi 3 hari Sediaan IV : Formula dengan ekstrak daun jati maserasi 4 hari Sediaan V : Formula dengan ekstrak daun jati maserasi 5 hari.

20 Irnawati dkk: Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) A B C D E Gambar 1. Spektrum Panjang Gelombang Ekstrak Maserasi 1 Hari (A), Maserasi 2 Hari (B), Maserasi 3 Hari (C), Maserasi 4 Hari (D), Maserasi 5 Hari (E) lipstik dengan titik lebur dengan suhu diatas 50ºC [5]. e. Uji kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan [7]. f. Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik [8]. g. Uji ph dilakukan dengan menggunakan alat ph meter [9]. h. Uji iritasi bertujuan untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak [10]. 3. Hasil dan Pembahasan Rendamen tertinggi dihasilkan pada maserasi hari ke-3 dengan jumlah 8,6 %. Pada maserasi hari ke-4 dan ke-5 jumlah rendamen yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan maserasi hari ke-3. Hal ini disebabkan karena pelarut etanol yang higroskopis sehingga mempengaruhi kejenuhan pelarut [11]. Data ini kemudian dicocokkan dengan profil spektrum UV- Vis pada panjang gelombang 200-600. Hasil pengukuran di atas menunjukkan profil spektrum yang sama untuk semua perlakuan, namun nilai absorbansi yang dihasilkan berbeda. Nilai absorbansi optimum terdapat pada maserasi hari ke-3. Absorbansi berhubungan dengan penyerapan sinar oleh Tabel 2. Rendamen ekstrak Lama Maserasi (hari) Berat Daun Segar (g) Berat Ekstrak Kental (g) Rendamen 1 100 6,8 6,8 2 100 8,5 8,5 3 100 8,6 8,6 4 100 7,4 7,4 5 100 8,1 8,1 sampel. Nilai absorbansi yang tinggi menandakan cahaya yang diserap lebih banyak. Semakin tinggi nilai absorbansi, intensitas warna yang dihasilkan semakin meningkat. Panjang gelombang 530 menghasilkan warna merah. Panjang gelombang dan absorbansi dari masing-masing ekstrak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Panjang Gelombang dan Absorbansi Ekstrak Ekstrak Panjang Absorbansi Gelombang () I 531 0,1348 II 530 0,1492 III 530 0,1600 IV 530 0,0969 V 530 0,1400 Data % rendamen ekstrak sejalan dengan data yang diperolah dari hasil pengukuran UV-Vis yang ditunjukan dari nilai absorbansi untuk ke-5 ekstrak tersebut. Keduanya menunjukkan bahwa maserasi optimum diperoleh pada hari ke-3 sedangkan maserasi hari ke -4 dan ke-5 memberikan data yang tidak stabil. Hal ini

21 Irnawati dkk: Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) Gambar 2. Profil KLT Lipstik (A) dan Ekstrak (B) mungkin disebabkan oleh sifat antosianin yang mudah teroksidasi. Semua ekstrak yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik. Zat warna yang terdapat pada daun jati ini kemungkinan masuk golongan antosianin. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu dan biru dalam daun bunga, daun dan buah pada tumbuhan tinggi. Pigmen antosianin yang merupakan kelompok flavonoid merupakan pigmen yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada berbagai organ tanaman. Hasil uji organoleptik sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan (Tabel 4). Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diperoleh hasil bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat memiliki bentuk yang baik, yaitu bentuk yang konsisten dan tidak meleleh pada penyimpanan suhu kamar. Warna lipstik tidak mengalami perubahan baik warna fisik lipstik maupun warna yang dihasilkan saat lipstik dioleskan. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau khas strawberry dari pengaroma yang digunakan yaitu strawberry essence. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen [6]. Homogenitas warna sediaan lipstik dipengaruhi oleh kelarutan zat warna dalam oleum ricini. Pada Tabel 4. Hasil Pengamatan Organoleptis Pengam Lama Pengamatan (Hari) Sediaan atan 1 5 10 15 20 25 30 I Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik II Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Bentuk III Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik IV Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik V Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik I Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu II Ungu + Ungu + Ungu + Ungu + Ungu + Ungu + Ungu + Warna III Ungu ++ Ungu ++ Ungu ++ Ungu ++ Ungu ++ Ungu ++ Ungu ++ IV Ungu +++ Ungu +++ Ungu +++ Ungu +++ Ungu +++ Ungu +++ Ungu +++ V Ungu ++++ Ungu ++++ Ungu ++++ Ungu ++++ Ungu ++++ Ungu ++++ Ungu ++++ I Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas II Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau III Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas IV Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas V Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Bau Khas Gambar 2 menunjukkan bahwa profil KLT ekstrak dan sediaan lipstik memberikan profil yang relative sama. Dari gambar jelas terlihat bahwa untuk sediaan I- IV memberikan profil KLT yang sama kecuali sediaan V, yang mungkin disebabkan karena pada sediaan V mengalami degradasi melalui proses oksidasi. prosesnya, ekstrak daun jati tidak larut sempurna dalam oleum ricini sehingga digunakan propilen glikol 15,5% sebagai kosolven untuk melarutkan zat warna ekstrak daun jati tersebut. Hasil pemeriksaan titik lebur terlihat tidak adanya perbedaan titik lebur dari setiap sediaan, dengan rata-rata memiliki titik lebur 60. Hal tersebut

22 Irnawati dkk: Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) dikarenakan pada sediaan I, II, III, IV dan V memiliki konsentrasi bahan yang sama. Lipstik yang baik memiliki titik lebur antara 55-75 [12]. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat memiliki titik lebur yang baik. Uji oles dilakukan untuk mengetahui kemampuan lipstik memberikan warna pada kulit saat pengolesan. Sediaan lipstik menghasilkan pengolesan yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Hasil uji oles diperoleh bahwa sediaan yang menghasilkan warna yang baik adalah sediaan V yaitu lipstik dengan lama maserasi hari ke-5. Hal ini ditandai dengan satu kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit pergelangan tangan. Uji kekuatan lipstik dilakukan untuk mengetahui kekuatan sediaan yang dibuat. Kekuatan lipstik diuji dengan menggantungkan beban pada sediaan. Tabel 5. Hasil uji lebur, penambahan beban, dan ph Sediaan Suhu ( ) Penambahan beban (g) ph I 60 40 4,66 II 60 40 4,62 III 60 40 4,59 IV 60 40 4,52 V 60 40 4,50 Hasil pengujian kekuatan lipstik di atas menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada penambahan beban 40 g lipstik mulai patah. Pengukuran ph bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman atau kebasaan sediaan lipstik guna memastikan tingkat keasaman dan kenyamanan sediaan saat digunakan pada kulit. Hasil pemeriksaan ph menunjukkan bahwa semakin lama waktu maserasi maka ph sediaan lipstik makin asam. Nilai ph yang diperoleh masih memenuhi persyaratan (sesuai dengan ph bibir). Uji iritasi adalah salah satu uji yang dilakukan pada dermal untuk mengetahui adanya efek samping kosmetik setelah kontak dengan kulit. Efek samping yang diamati dalam uji ini adalah iritasi primer yang terjadi di tempat kontak, pada umumnya terjadi pada sentuhan pertama [13]. Reaksi iritasi yang terjadi dapat dilihat dengan adanya gatal-gatal, kemerahan atau bengkak. Hasil uji iritasi yang dilakukan pada 15 orang panelis yang memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya gatal-gatal, eritema dan edema. 4. Kesimpulan Lama maserasi daun jati (Tecona grandis Linn. F) berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan. Hasil pemeriksaan kestabilan fisik, kimia dan biologi sediaan lipstik dengan pewarna daun jati menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil, tidak menunjukkan perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan, homogenitas, kekuatan lipstik, serta ph yang sesuai. Selain itu, sediaan lipstik aman digunakan karena tidak menyebabkan iritasi. Daftar Pustaka 1. Ati NH, Puji R, Soenarto N, Leenawati, L. Komposisi dan Kandungan Pigmen Tumbuhan Pewarna Alami Tenun Ikat di Kabupaten Timur Tengah Selatan Propinsi NTT. Indo.J.Chem., 2006, 6(3); 6. 2. Anthocyanins and Anthocyanidins, http://www.foodinfo.net/uk/colour/anthocyanin.htm, 2011; diakses 18 Maret 2015. 3. Wasitaatmadja, SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI- Press: Jakarta, 1997. 4. Senzel A. Newburger s Manual of Cosmetic Analysis, Ed.2. Association of Official Analytical Chemists, Inc.: Washington DC, 1977. 5. Sunil R, Tailor CS, dan Badola A. Formulation and Evaluation of A Herbal Lipstick: A New Approach,. International Journal of Pharmaceutical Erudition, 2013, 3(1); pp 28. 6. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Farmakope Indonesia, Ed.3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1979. 7. Balsam MS. Cosmetic Science and Technologi, Ed.2. Jhon Willy and Sons Ltd.: London, 1972. 8. Keithler WR. Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. Drug and Cosmetic Industry: New York, 1956. 9. Rawlins EA. Bentley s Textbook Of Pharmaceutics, Ed.18. Bailierre Tindal: London, 1956. 10. Departemen Kesehatan RI. Formularium Kosmetika. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1985. 11. Khamdani S, Mofit S, Hairu S, Selvia M, Syahrudin. Pengaruh Waktu Maserasi Menggunakan Pelarut Heksan Terhadap Rendemen dan Sifat Kimia Minyak Kasar Ampas Biji Kamandrah (Croton tiglium L.). Jurnal Agri Peat, 2011, 12(2). 12. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Farmakope Indonesia, Ed.4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1995. 13. Robinson MK, Perkins MA. A Strategy for Skin Irritation Testing. American J. of Contact Dermatitis, 2002; 13(1).