BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 7 MODEL TRANSPOR SEDIMEN TIGA DIMENSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan model arus pada saluran terbuka pada bagian hulu dan hilir

BABm METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilakukan di dua tempat, yakni di Laboratorium Fakultas

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

STUDI KECEPATAN JATUH SEDIMEN DI PANTAI BERLUMPUR (STUDI KASUS LOKASI PANTAI BUNGA BATUBARA SUMATERA UTARA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(a) Profil kecepatan arus IM03. (b) Profil arah arus IM03. Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM03 III-17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM

Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

Analisis Pengaruh Pola Arus dan Laju Sedimentasi Terhadap Perubahan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

III HASIL DAN DISKUSI

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

STUDI JUMLAH ANGKUTAN SEDIMEN SEPANJANG GARIS PANTAI PADA LOKASI PANTAI BERLUMPUR ( Studi Kasus Di Pantai Bunga Batubara, Sumatera Utara) TUGAS AKHIR

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Studi Dinamika Sedimen Kohesif di Perairan Teluk Balikpapan dengan Menggunakan Model Numerik Tiga Dimensi

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Definisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab

Bab III Metodologi Penelitian

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 6 PERENCANAAN LAYOUT STRUKTUR BREAKWATER

II BAHAN DAN METODE. II.1 Faktor yang Mengontrol Pergerakan Sedimen

KESIMPULAN DAN SARAN

MODEL SEDERHANA 2-DIMENSI ARAH PERGERAKAN SEDIMEN DI SUNGAI PORONG JAWA TIMUR SIMPLE MODEL OF TWO DIMENSIONAL SEDIMENT MOVEMENT IN PORONG RIVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEBARAN SEDIMEN DI DALAM KOLAM PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

IDENTIFIKASI FENOMENA BANJIR ROB JAKARTA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL HIDRODINAMIKA

STUDI ANGKUTAN SEDIMEN SEJAJAR PANTAI DI PANTAI PONDOK PERMAI SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

KONDISI GELOMBANG DI WILAYAH PERAIRAN PANTAI LABUHAN HAJI The Wave Conditions in Labuhan Haji Beach Coastal Territory

PENGARUH FASILITAS PELABUHAN TERHADAP PANTAI LABUHAN HAJI The Effect of Port Structure on Labuhan Haji Beach

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

Dosen Pembimbing: Suntoyo, S.T., M.Eng., Ph.D. Dr. Ir. Wahyudi Citrosiswoyo, M. Sc.

Studi Simulasi Sedimentasi Akibat Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

Transkripsi:

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI Transpor sedimen pada bagian ini dipelajari dengan menggunakan model transpor sedimen tersuspensi dua dimensi horizontal. Dimana sedimen yang dimodelkan pada penelitian ini adalah sedimen kohesif yang berasal dari banjir kanal timur Semarang. Pola penyebaran sedimen hasil model transpor sedimen yang dikembangkan ini dibandingkan dengan pola pergerakan sedimen yang diberi label radioaktif hasil analisa penelitian lapangan yang dilakukan oleh Supriyatnya (1999). Dengan demikian model disimulasikan dengan kondisi pasang surut yang bersamaan dengan kondisi penelitian lapangan tersebut dilakukan. Pengembangan model transpor sedimen dua dimensi, merupakan bagian dari kegiatan pengembangan model transpor sedimen tiga dimensi yang akan disajikan pada bab berikut dari buku ini. Model transpor sedimen dua dimensi yang diuraikan pada bagian ini, ditujukan untuk memberikan tahapan awal dalam menuju pemahaman terhadap model transpor sedimen 3 dimensi dan penyebaran korpostanol pada suatu lokasi. 6.1. Persamaan Pembangun Transpor Sedimen Dua Dimensi Persamaan pembangun transpor sedimen tersuspensi dua dimensi yang digunakan adalah: C C C u v K t x y x x C x 118 K y y C y dimana: C = konsentrasi sedimen tersuspensi, u = kecepatan horizontal memanjang (arah sumbu-x), v = kecepatan horizontal melintang (arah sumbu-y), S d = fluks deposisi, S e = fluks erosi, t = waktu, dan K x, K y = koefisien difusi kearah sumbu x dan y. S e - S d (6.1)

Fluks deposisi dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini (Krone 1962) : b Sd 1- Ws Cb,untuk b cd (6.2) cd dan fluks erosi menurut Mehta et al (1982) adalah : b - ce Se M,untuk b ce (6.3) ce dimana : b = tegangan geser dasar cd = tegangan geser kritis deposisi ce = tegangan geser kritis erosi W s = kecepatan endap sedimen C b = konsentrasi sedimen dasar Tegangan deser dasar ditentukan menurut persamaan berikut: 2 V b ρ g (6.4) 2 C H dimana: V = kecepatan aliran rata-rata = densitas air laut g = percepatan gravitasi C = koefisien chezy H = kedalaman perairan. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang luas Van Rijn (1987), untuk menentukan konsentrasi sedimen dasar yang terdapat dalam persamaan (6.2) dan (6.3) di atas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan empiris sebagai berikut : T c b co 0,18 D (6.5) * dimana : c o = konsentrasi (dasar) maksimum. ' b b, cr T = tegangan stress b, cr 2 D * = paramter ukuran partikel d g 1/ 3 50 / 119

Persamaan (6.5) di atas mensyaratkan bahwa konsentrasi sedimen dasar akan ada apabila tegangan geser dasar lebih besar dari pada tegangan geser kritis erosi. Rivera (1997) menyatakan kondisi seperti ini tidak realistis, karena dalam kolom perairan setiap sedimen yang tersuspensi tetap akan jatuh ke arah dasar perairan, sehingga akan selalu terdapat sedimen dasar sepanjang masih ada sedimen tersuspensi yang bergerak jatuh ke dasar perairan. Mehta et al. (1989), mengasumsikan bahwa konsentrasi dasar berhubungan dengan rata-rata konsentrasi sedimen dan variasi vertikal konsentrasi, bentuk analitis hubungan tersebut diberikan oleh Teeter (1986), yakni : Pe cb c 1 2, 5 (6.5) 1,25 4,75p dimana : c = konsentrasi rata-rata, p = probabilitas pengendapan, dan P e = bilangan Peclet. ws Pe (6.6) 1 u* 6 dimana : = konstantan von Karman dan dapat diasumsikan sama dengan 1, (Koutitas, 1988). Secara umum, peningkatan nilai P e mengimplikasikan peningkatan dominasi pengendapan atau sedimentasi di lingkungan, kasus ini terjadi dibanyak estuari (Mehta et al., 1989). 6.2. Syarat Batas dan Nilai Awal Model yang dibangun diterapkan pada perairan sekitar muara Banjir Kanal Timur dengan luasan daerah model adalah 1,50 x 1,25 km 2. Dalam aplikasi di daerah model, pada sisi batas tertutup model diterapkan syarat batas semislip : C 0 (6.7) n dengan pengertian bahwa tidak ada konsentrasi sedimen yang dapat melewati dinding batas tertutup domain model. Sedangkan pada batas terbuka domain model, dalam penelitian ini digunakan syarat batas terbuka Radiasi Orlanski Implisit (ORI): 120

C C 0 t x n1 n n1 C B 1 2CB 1 C B (6.8) 1 1 jika CL 1 CL jika 0 C 0 jika CL 0 L 1 dimana :C L C n1 b1 C n1 B1 n1 CB1 n1 CB1 2C n B2 Nilai awal penerapan model di perairan Pantai Semarang, konsentrasi sedimen tersuspensi di seluruh domain model tidak terdapat di dalam kolom perairan. 0 C (6.9) t 0 6.3. Simulasi Arus Dua Dimensi Horizontal Model hidrodinamika yang digunakan adalah model POM seperti yang telah disajikan pada bab terdahulu. Simulasi model yang dilakukan pada tanggal 24 Juli s/d 8 Agustus dengan pembangkit pasang surut semidiurnal. Pasang tertinggi pada periode purnama adalah 0,4 meter, sedangkan pasang terendah pada periode perbani adalah 0,14 meter. Fluktuasi muka air perairan pantai Semarang pada periode waktu Juli-Agustus diperlihatkan dalam Gambar 6.1. Elevasi Muka Air (m) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0-0,1-0,2-0,3-0,4 1 21 41 61 81 101 121 141 161 181 201 221 241 261 281 301 321 341 Waktu (Jam) Gambar 6.1. Fluktuasi elevasi muka air pada periode 24 Juli s/d 8 Agustus. 121

Asumsi yang digunakan dalam pemodelan arus adalah tidak ada pengaruh angin dan gelombang pendek terhadap pembangkit arus. Pola pergerakan arus pasut perairan pantai Semarang di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang di perlihatkan dalam Gambar 6.2. s/d 6.5. Saat kondisi pasut manuju pasang arus bergerak dari arah Utara / Timur Laut menuju pantai dan membelok ke arah Barat sejajar garis pantai. Kisaran kecepatan arus pada saat surut menuju pasang adalah 0,0004 s/d 0,04 m/dt (purnama) dan 0,0003 s/d 0,03 m/dt (perbani). Arus bergerak menuju arah Utara saat pasang menuju surut dengan kecepatan lebih rendah dari pada saat surut manuju pasang, yakni dengan kisaran kecepatan 0,0001 s/d 0,031 m/dt (purnama) dan 0,0001 s/d 0,036 m/dt (perbani). Keberadaan kolam pelabuhan di sebelah Barat daerah model memberikan pengaruh terhadap kecepatan dan pembelokan arus. Dimana jetty kolam pelabuhan menghambat gerak massa air, sehingga massa air yang terhambat ini bergerak mengarah pada celah yang terbuka antara jetty kolam pelabuhan dengan darat. Peristiwa tersebut menimbulkan peningkatan kecepatan di celah antara jetty kolam pelabuhan dengan darat. Gambar 6.2. Pola pergerakan arus saat surut menuju pasang (purnama). 122

Gambar 6.3. Pola pergerakan arus saat pasang menuju surut (purnama). Gambar 6.4. Pola pergerakan arus saat surut menuju pasang (perbani). 123

Gambar 6.5. Pola pergerakan arus saat pasang menuju surut (perbani). 6.4. Pola Sebaran Sedimen Horizontal Sedimen pada awal simulasi dilepaskan di posisi sekitar 500 m dari muara Banjir Kanal Timur ke arah Utara daerah model. Model diaplikasikan dalam kondisi arus perairan pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Berdasarkan hasil simulasi model pada selang waktu 25 Juli s/d 1 Agustus diperoleh adanya kecenderungan pola pergerakan sedimen kesegala arah dari posisi awal sedimen dilepaskan, akan tetapi pada tanggal 25 Juli lebih dominan ke arah Barat, sedangkan pada tanggal 28 Juli s/d 1 Agustus terlihat kecenderungan sedimen bergerak dominan ke arah Timur daerah penelitian (Gambar 6.6 s/d 6.10). Kecenderungan pergerakan sedimen hasil simulasi model karena dipengaruhi oleh pola pergerakan arus pasang surut. 124

Gambar 6.6. Pola penyebaran sedimen tersuspensi hasil simulasi model pada tanggal 25 Juli. Gambar 6.7. Pola penyebaran sedimen tersuspensi hasil simulasi model pada tanggal 26 Juli. 125

Gambar 6.8. Pola penyebaran sedimen tersuspensi hasil simulasi model pada tanggal 28 Juli. Gambar 6.9. Pola penyebaran sedimen tersuspensi hasil simulasi model pada tanggal 30 Juli. 126 126

Gambar 6.10. Pola penyebaran sedimen tersuspensi hasil simulasi model pada tanggal 1 Agustus. Gambar 6.6 memperlihatkan hasil simulasi model pada tanggal 25 Juli setelah 34 jam sedimen dimasukan ke dalam daerah penelitian. Pada waktu ini besarnya konsentrasi sedimen tersuspensi berkisar antara 1.x10-5 s/d 3.77x10-2 kg/m 3. 24 jam kemudian (setelah 58 jam sedimen dimasukan dalam daerah model) pola penyebaran sedimen dalam perairan diperlihatkan dalam Gambar 6.7 dengan kisaran kandungan konsentrasi dalam perairan adalah 2,0x10-5 s/d 2,98x10-2 kg/m 3. Pada selang waktu 24 jam dari tanggal 25 s/d 26 Juli terjadi penurunan kandungan konsentrasi maskimum sedimen sebesar 0,78 kg/m 3. Gambar 6.8 s/d 6.10 memperlihatkan penyebaran sedimen di perairan setelah 106, 154 dan 204 jam dari awal sedimen dimasukan ke dalam perairan. Setelah 204 jam sedimen dimasukan ke dalam perairan, hasil simulasi memperlihatkan bahwa kisaran besaran konsentrasi sedimen dalam kolom perairan adalah antara 4,30x10-4 s/d 9,39x10-3 kg/m 3. Kecenderungan pengurangan konsentrasi maksimum yang ada dalam perairan berdasarkan simulasi model dari tanggal 25 juli s/d 1 Agustus diperlihatkan dalam Gambar 6.11. 127 127

Konsentrasi sedimen tersuspensi (kg/m 3 ) 4,00E-02 3,50E-02 3,00E-02 2,50E-02 2,00E-02 1,50E-02 1,00E-02 5,00E-03 0,00E+00 0 24 48 72 96 120 144 168 192 Waktu (jam) Gambar 6.11. Penurunan konsentrasi maksimum sedimen tersuspensi hasil simulasi model dari tanggal 25 Juli s/d 1 Agustus. Gambar 6.11 memperlihatkan konsentrasi maksimum sedimen tersuspensi dari waktu ke waktu terus menurun, hal ini terjadi disebabkan adanya sedimen yang terendapkan dan terangkut ke luar daerah model. Peristiwa sedimentasi (pengendapan) terjadi apabila tegangan geser dasar aliran lebih kecil dari tegangan kritis suspensi. Sehingga dengan demikian banyaknya konsentrasi sedimen tersuspensi juga dipengaruhi oleh arah dan kecepatan arus dalam daerah model. Pola dan kecepatan arus perairan pada saat penyebaran sedimen tersuspensi yang disajikan di atas diperlihatkan dalam Gambar 6.12 s/d 6.16. Arus pada tanggal 25 Juli seperti yang disajikan dalam Gambar 6.12 bergerak mengarah ke pantai dan terjadi pembelokan ke arah kolam pelabuhan Tanjung Emas. Memperhatikan pola penyebaran sedimen pada tanggal 25 Juli, jelas terlihat penyebaran sedimen kecenderungan bergerak ke arah Barat dan ini sesuai dengan arah pergerakan arus perairan. Arus pada tanggal 26 Juli (Gambar 6.13) juga bergerak menuju pantai dan terjadi pembelokan ke arah Barat (kolam pelabuhan), akan tetapi kecepatan arus hampir diseluruh daerah penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan kecepatan arus pada tanggal 25 Juli. Pola pergerakan arus pada tanggal 26, 28, 30 Juli dan 1 Agustus, bergerak ke arah Timur dan Utara daerah penelitian. Kisaran kecepatan arus pda tanggal-tanggal yang bersesuaian disajikan dalam Tabel 6.1. 128

Gambar 6.12. Sirkulasi arus perairan di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang hasil simulasi model pada tanggal 25 Juli.. Gambar 6.13. Sirkulasi arus perairan di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang hasil simulasi model pada tanggal 26 Juli. 129

Gambar 6.14. Sirkulasi arus perairan di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang hasil simulasi model pada tanggal 28 Juli. Gambar 6.15. Sirkulasi arus perairan di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang hasil simulasi model pada tanggal 30 Juli. 130

Gambar 6.16. Sirkulasi arus perairan di sekitar muara Banjir Kanal Timur Semarang hasil simulasi model pada tanggal 1 Agustus. Tabel 6.1 Kisaran kecepatan arus perairan sekitar muara Banjiran Kanal Timur Semarang. No Tanggal Jam Kecepatan Arus (m/dt) Minimum Maksimum 1 25 Juli 10. oo 0.0001 0,028 2 26 Juli 10. oo 0.0001 0,029 3 28 Juli 14. oo 0.0001 0.031 4 30 Juli 10. oo 0.0002 0.032 5 1 Agustus 10. oo 0.0002 0.032 Hasil penelitian lapangan yang dilakukan oleh Supriyatna (1999) melalui pelacakan sedimen dengan perunut radioaktif yang dilaksanakan pada tanggal 25, 26,28, 30 Juli dan 1 Agustus 1997 memperlihatkan pola penyebaran sedimen kecenderungannya sama dengan hasil model. Penyebaran sedimen hasil pelacakan radioaktif pada tanggal 25 dan 26 cenderung bergerak ke arah Barat daerah penelitian (Gambar 6.17 dan 6.18), sedangkan tanggal 28, 30 Juli dan 1 Agustus sedimen terlihat bergerak ke arah Timur daerah penelitian (Gambar 6.19 s/d 6.21). Perbedaan terlihat pada keteraturan polanya, dimana pola hasil simulasi lebih teratur dibandingkan dengan hasil data lapangan. Perbedaan ini timbul karena dalam pemodelan tidak semua faktor alam yang 131

dimasukkan. Selain dari keteraturan polanya, perbedaan juga dalam luas sebaran sedimen, dimana hasil model pergerakannya lebih luas. Gambar 6.17. Kontur hasil pelacakan perunut radioaktif pada tanggal 25 Juli. (Sumber: Supriyatna, 1999). Gambar 6.18. Kontur hasil pelacakan perunut radioaktif pada tanggal 26 Juli. (Sumber: Supriyatna, 1999). 132

Gambar 6.19. Kontur hasil pelacakan perunut radioaktif pada tanggal 28 Juli. (Sumber: Supriyatna, 1999). Gambar 6.20. Kontur hasil pelacakan perunut radioaktif pada tanggal 30 Juli. (Sumber: Supriyatna, 1999). 133

Gambar 6.21. Kontur hasil pelacakan perunut radioaktif pada tanggal 1 Agustus. (Sumber: Supriyatna, 1999). Pergerakan sedimen yang ada di depan muara Banjir Kanal Timur baik hasil simulasi model transpor sedimen dua dimensi maupun hasil pelacakan dengan menggunakan perunut radioaktif (Supriatna,1999), menyebar hampir keseluruh arah dari titik pelepasan perunut, akan tetapi adanya dominasi arah pola pergerakan sesuai dengan arah arus perairan. Model transpor sedimen dua dimensi yang dibangun sudah cukup baik untuk mensimulasikan pola pergerakan sedimen yang berasal dari Banjir Kanal Timur Semarang, hal ini dibuktikan dengan kecocokannya dengan hasil pelacakan perunut radioaktif. Hasil simulasi model arus yang digunakan memperlihat pola sirkulasi arus saat kondisi surut menuju pasang bergerak dari arah Utara / Timur Laut menuju pantai dan membelok ke arah Barat sejajar garis pantai. Dengan kisaran kecepatan pada saat surut menuju pasang adalah 0,0004 s/d 0,04 m/dt (purnama) dan 0,0003 s/d 0,03 m/dt (perbani). Sedangkan saat pasang menuju surut arus bergerak menuju Utara dengan kisaran kecepatan 0,0001 s/d 0,031 m/dt (purnama) dan 0,0001 s/d 0,036 m/dt (perbani). Hasil simulasi model pada tanggal 25 Juli saat setelah 34 jam sedimen dimasukan ke dalam daerah penelitian konsentrasi sedimen tersuspensi berkisar antara 1.x10-5 s/d 3.77x10-2 kg/m 3, 24 jam kemudian (26 Juli) kisaran kandungan konsentrasi dalam perairan adalah 2,0x10-5 s/d 2,98x10-2 kg/m 3. Setelah 204 jam sedimen dimasukan ke dalam perairan kisaran konsentrasi sedimen dalam kolom perairan adalah antara 4,30x10-4 s/d 9,39x10-3 kg/m 3. 134