BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

(Fusion of LANDSAT 7 ETM+ and ASTER G-DEM Imagery for Identification Hydrothermal Alteration Zone in West Borneo)

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

BAB I PENDAHULUAN I.1.

FUSI CITRA LANDSAT 7ETM+ DAN ASTER G-DEM UNTUK IDENTIFIKASI ASPEK GEOLOGI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB I PENDAHULUAN. digemari masyarakat. Hal ini dikarenakan emas selain digunakan sebagai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aktivitas tektonik sejak akhir zaman Tersier. Dinamika tektonik

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

Fariza Andri Anuz Retnadi Heru Jatmiko

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh Ring of Fire terbukti dengan banyaknya gejala-gejala geologi yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah Indonesia sebagai pertemuan antara sistem pegunungan sirkum Mediteran dan pegunungan sirkum Pasifik. Hal ini menyebabkan banyaknya pembentukan pegunungan dan aktivitas vulkanis. Selain itu, menurut teori tektonik, Indonesia merupakan pertemuan antara tiga buah lempeng yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Keberadaan gunung api dan aktivitas vulkanis baik yang muda maupun yang sudah tua memberikan potensi-potensi yang menguntungkan. (Sriyono, 2014) Salah satu yang menjadi tempat yang dilalui oleh ring of fire adalah Sumatera. Geologi Sumatera merupakan terusan dari Semenanjung Malay dan terdiri atas batuan zaman paleozoikum dan mesozoikum. Batuan tertua yang ditemukan di permukaan mengandung sedimen karbon dan kemungkinan batuan devonian juga ditemukan pada bor minyak di Selat Malaka serta batuan granit yang ditemukan di lubang bor Sumatera bagian tengah. Sedangkan Sumatera Barat terdiri dari sedimen paleozoikum yang berada pada rentang Carboniferous hingga Triasik, dan batuan vulkanik Permian yang merupakan turunan dari Cathaysian. Triasik berasal dari tabrakan yang terjadi antara blok Sibumasu dan Indochina terhadap Malaya bagian timur merupakan asal mula pembentukan geologi Indonesia. Persebaran Permian dan granit Triassic yang berasal dari Thailand dan Malaysia meluas hingga ke Indonesia bagian barat dan merupakan produk akibat subduksi dan post-collisional magma. Selain itu, Sumatera Barat masih menunjukkan kegiatan vulkanik serta tektonik yang masih aktif. (Gambar 1.1) 1

Gambar 1.1 Kondisi tektonik Sumatera dengan lantai Samudera Hindia dibawah batas Sundaland Craton di sebelah barat daya. Secara rinci lagi diperlihatkan melalui tatanan geologi Kabupaten Pasaman Barat. Kondisi geologi kabupaten ini cukup unik dimana disusun oleh beberapa formasi bekas gunung api purba seperti formasi gunungapi vulkan berumur tersier, formasi kuantan berumur paleozoikum, formasi Woyla yang berumur mesozoikum serta komplek Pasaman. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi geologi kabupaten ini sangat beragam dan aktivitasnya masih aktif hingga sekarang. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam terutama bahan galian yang banyak tersebar di Indonesia diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang- Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Beberapa hal utama mengenai pemanfaatan sumberdaya alam tambang adalah sebagai berikut : 1. Mineral merupakan senyawa anorganik yang terbentuk dari alam yang memiliki sifak fisika dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan baik dalam bentuk lepas atau padu. 2. Pasal 34 menyebutkan bahwa pertambangan mineral digolongkan atas pertambangan mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam dan pertambangan batuan. Keberadaan potensi tambang yang berada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat belum dapat dimanfaatkan dengan baik karena 2

informasi mengenai bahan tambang yang belum tersedia dengan baik. Pengolahan bahan tambang perlu diperhatikan oleh pemerintah sebagai salah satu alternatif dalam mensejahterakan warga Indonesia sesuai dengan yang telah diatur dalam Undang - Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan batubara serta dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) menyebutkan bahwa salah satu tema pembanguan Indonesia yang berada di koridor Sumatera merupakan sentra produksi hasil bumi dan lumbung energi nasional sehingga perlu pengoptimalisasian pengolahan pertambangan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Informasi mengenai sumberdaya tambang masih didapatkan melalui survey terestris yang tentunya memakan banyak waktu, tenaga dan biaya. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sumberdaya berdampak pada perkembangan teknologi salah satunya dalam eksploitasi sumberdaya alam. Teknik penginderaan jauh telah mencoba untuk melakukan pemetaan geologi sebagai indikasi keberadaan tambang. Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif yang saat ini mulai dikembangkan di berbagai negara termasuk Indonesia. Secara umum, penginderaan jauh merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengenali objek tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Pemanfaatan penginderaan jauh menawarkan berbagai kemudahan seperti kemudahan dalam mendapatkan data secara luas dalam hubungan keruangan serta meningkatkan resolusi spasial dan ketelitian geometrik sehingga akan lebih efisien dalam waktu, tenaga dan biaya. Kelebihan citra penginderaan jauh salah satunya adalah keberadaan citra multiband yang memungkinkan perekaman dengan multispektral. Salah satu aplikasinya adalah dalam mendeteksi sumberdaya tambang dan kandungan mineral. Potensi sumberdaya tambang salah satunya dapat dilihat melalui keberadaan alterasi hidrotermal yang dapat ditemukan di daerah vulkanik yang berada pada batuan yang berumur pra-kambium hingga tersier terakhir. Batuan yang mengalami alterasi hidrotermal ditandai dengan adanya penyusupan cairan panas yang berinteraksi dengan batuan induk sehingga mengubah dan membentuk 3

mineral baru. Kabupaten Pasaman Barat, khususnya pada daerah kajian penelitian merupakan daerah yang secara geologi berada pada umur paleozoikum hingga tersier sehingga sangat memungkinkan jika mengalami alterasi hidrotermal. Salah satu pemanfaatan penginderaan jauh adalah pemanfaatan citra Landsat 5. Citra tersebut menyuguhkan informasi mengenai permukaan bumi secara luas pada resolusi tertentu dan dengan rentang spektral tertentu. Hal ini tentunya akan membantu dalam menginterpretasi sifat fisik alterasi hidrotermal yang akan diteliti. Melalui citra Landsat 5 terdapat beberapa parameter yang dapat diidentifikasi diantaranya adalah geomorfologi, struktur dan stratigrafi serta litologi (batuan). Parameter-parameter ini akan membantu mengidentifikasi keberadaan alterasi hidrotermal terutama di sebagian Kabupaten Pasaman Barat. 1.2. Pertanyaan Penelitian Sebagian Kabupaten Pasaman Barat memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup banyak. Informasi potensi mineral sejauh ini masih banyak dilakukan dengan survey terestrial dan melalui isu-isu yang berkembang di masyarakat saja yang tentunya memakan banyak waktu, biaya dan tenaga. Kemunculan penginderaan jauh akhir-akhir ini memberikan beberapa alternatif baru dalam mengetahui kandungan mineral. Namun, dengan resolusi spasial, temporal dan spektral tertentu masih perlu dibuktikan kemampuannya dalam mengidentifikasi beberapa parameter fisik seperti geomorfologi, struktur dan stratigrafi serta litologi (batuan) sebagai indikator keberadaan alterasi hidrotermal yang menunjukkan adanya sumberdaya alam tambang dan bahan galian. Indikasi keberadaan alterasi hidrotermal dapat disajikan dengan menggunakan teknik penginderaan jauh salah satunya dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang mampu menyajikan informasi fisik dan geologi sehingga dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan sumberdaya tambang. Selama ini pemanfaatan sumber daya mineral di sebagian Kabupaten Pasaman Barat masih dilakukan dalam skala kecil dengan informasi yang terbatas. Kurangnya penyajian informasi secara spasial menjadi salah satu faktor keterbatasan pemanfaatan sumberdaya mineral. 4

berikut : Dari uraian di atas maka munculah beberapa pertanyaan penelitian sebagai 1. Bagaimana kemampuan citra penginderaan jauh terutama Landsat 5 dalam mengidentifikasi dan mendelineasi parameter fisik geomorfologi, batuan (litologi) dan struktur sebagai indikasi zona potensi alterasi hidrotermal di sebagian Kabuaten Pasaman Barat? 2. Apakah alterasi hidrotermal di sebagian Kabupaten Pasaman Barat dapat dipetakan dengan menggunakan citra penginderaan jauh terutama Landsat 5? 3. Bagaimana hubungan antara hasil pemetaan alterasi hidrotermal dengan kemampuan citra penginderaan jauh? 1.3. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengkaji kemampuan penginderaan jauh dalam mengidentifikasi dan mendelineasi parameter fisik geomorfologi, batuan (litologi), dan struktur geologi sebagai indikasi zona potensi alterasi hidrotermal di sebagian Kabuaten Pasaman Barat? 2. Memetakan potensi zonasi alterasi hidrotermal di sebagian Kabupaten Pasaman Barat. 3. Mengevaluasi hasil pemetaan alterasi hidrotermal dan manfaat citra penginderaan jauh terhadap alterasi hidrotermal. 1.4 Hasil yang Diharapkan Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Peta bentuklahan sebagian Kabupaten Pasaman Barat skala 1: 100.000 2. Peta litologi (batuan) sebagian Kabupaten Pasaman Barat skala 1: 100.000. 3. Peta alterasi hidrotermal sebagian Kabupaten Pasaman Barat skala 1: 100.000. 5

1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pemanfaatan citra penginderaan jauh sebagai indikasi keberadaan alterasi hidrotermal di sebagiankabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat belum banyak dilakukan. Pada penelitian ini citra penginderaan jauh sebagai media untuk menentukan keberadaan alterasi hidrotermal dengan menginterpretasi bentuklahan, struktur dan litologi (batuan). Beberapa penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian dalam memetakan alterasi hidrotermal ditemukan dalam penelitian sebelumnya diantaranya: Ananda (2013), Budiadi (1992), Darmawan (2014), Putra (2015), dan Putri (2015). Ananda (2013) memanfaatkan citra Landasat 7 ETM yang difusikan dengan citra ASTER G-DEM untuk mengidentifikasi zona alterasi hidrotermal terkait mineral di sebagian Kalimantan Barat. Citra penginderaan jauh dimanfaatkan untuk mengidentifikasi bentuklahan, batuan (litologi) dan struktur geologi dengan interpretasi visual, band ratio, teknik fusi PC, teknik IHS dan filtering. Penelitian ini menghasilkan beberapa output seperti peta Peta Zona Alterasi Hydrothermal di Sebagian Kalimantan Barat, Citra Fusi Hasil Band Ratioing, Citra Fusi Principal Component (PC), Citra Fusi Intensity, Hue, and Saturation (IHS), dan pemfilteran spasial. Budiadi (1992) melakukan penelitian mengenai studi geologi dan bahan galian golongan c daerah Bendungan-Borobudur perbukitan Kulon Progo berdasarkan interpretasi citra SPOT dan foto udara. Metode yang digunakan pada penelitian ini murni memanfaatkan interpretasi visual baik pada citra SPOT skala 1:50.000 dan foto udara skala 1:50.000. Penelitian ini menggunakan citra penginderaan jauh berupa interpretasi visual dalam mengidentifikasi geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi. Namun, terdapat beberapa perbedaan pada penelitian ini seperti penggunaan data yang berbeda, wilayah kajian yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah SPOT 1:50.000 dan foto udara 1:50.000 di Bendungan- Borobudur Kulonprogo yang digunakan sebagai studi geologi dan penentuan bahan galian golongan c saja. Darmawan (2014) melakukan penelitian mengenai interpretasi geologi dan panas bumi Gunung Rayabasa Lampung Selatan berdasarkan integrasi citra 6

ASTER, DEM, survey magmatik dan data geologi. Pemanfaatan citra penginderaan jauh diolah dengan menggunakan metode defoliant pada citra ASTER dalam pendugaan panas bumi di Gunung Rayabasa. Bersamaan dengan itu juga digunakan DEM untuk mengidentifikasi kelurusan dan batasan geologi daerah kajian. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah peta geologi dan peta panas bumi Gunung Rajabasa. Persamaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pemanfaatan citra penginderaan jauh berupa DEM yang diinterpretasi secara visual untuk mendapatkan informasi geologi dan litologi daerah kajian. Putra (2015) melakukan penelitian mengenai geologi, alterasi hidrotermal dan mineralisisi bijih pada endapan besi di Daerah Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan terestris dan menggunakan beberapa metode dalam penentuan alterasi hidrotermalnya yaitu analisis laboratorium petrografi, XRD dan mineralogi. Analisis petrografi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kenampakan tekstur mikroskopis dan mineral penyusun batuan sehingga diketahui jenis batuan dan jenis alterasinya. Analisis XRD dilakukan guna mengetahui komposisi mineralogi batuan terutama yang tidak menggunakan mikroskop refleksi. Penelitian ini menghasilkan beberapa output berupa peta geologi dan peta zonasi alterasi hidrotermal pada daerah penelitian. Putri (2015) melakukan interpretasi struktur geologi dan litologi melalui citra Landsat 8 dan SRTM sebagian Kabupaten Rembang dan sekitarnya. Penelitian ini memanfaatkan penginderaan jauh dengan cara interpretasi visual citra untuk mendapatkan struktur geologi dan geologi sebagian Kabupaten Rembang. Penulis memanfaatkan komposit citra dalam mempermudah interpretasi visual. Setiap parameter yang mendukung pemetaan geologi dan struktur geologi seperti rona, kelurusan, ketidakselarasan, pola vegetasi dan sebagainya memiliki komposit citra sendiri yang lebih dominan sehingga sangat memudahkan penulis dalam mengidentifikasi karakteristik fisik sebagian Kabupaten Rembang. Selain itu, untuk lebih mempermudah lagi maka digunakanlah penggabungan citra Landsat 8 dan SRTM guna mendapatkan 7

resolusi spasial yang bagus dengan prespektif ketinggian sehingga sangat membantu interpretasi. Hasil yang diharapkan adalah berupa peta geologi sebagian Kabupaten Rembang. Perbandingan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.1 8

Tabel 1.1 Perbandingan penelitian sejenis yang pernah dilakukan No Peneliti Judul Daerah Penelitian Metode Hasil 1 Arifvandi Putra ( 2015) 2 Carolina Ajeng Sukmawati Putri (2015) 3 Evaritus Budiadi (1992) 4 I Gede Boy Darmawan (2014) Geologi, alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih pada endapan besi di daerah Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Interpretasi struktur geologi dan litologi melalui citra Landsat 8 dan SRTM sebagian Kebupaten Rembang dan sekitarnya. Studi geologi dan bahan galian golongongan C daerah Bendungan- Borobudur perbukitan Kulonprogo berdasarkan interpretasi citra SPOT dan foto udara. Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Kebupaten Rembang dan sekitarnya Bendungan- Borobudur, perbukitan Kulonprogo. Interpretasi geologi dan panas bumi Gunung Lampung Selatan Rayabasa Lampung Selatan berdasarkan integrasi citra Aster, DEM, survey magmatik dan data geologi permukaan. Pemetaan geologi berupa persebaran batuan, stratigrafi dan pengukuran struktur yang dilakukan secara terestris. Analisis petrografi Analisis XRD (Xray Diffraction Analysis ) Analisis mineralogi Interpretasi visual citra melalui citra komposit Interpretasi visual citra SPOT dan foto udara Penggunaan metode defoliant pada citra ASTER dan analisis kelurusan dan batas litologi pada citra DEM dalam mengkonfirmasi satuan batuan dan tipe alterasi yang dihasilkan di Gunung Rayabasa. Peta geologi dan peta zonasi alterasi pada daerah penelitian. Peta geologi sebagian Kabupaten Rembang Peta geologi citra SPOT Peta geologi foto udara Peta satuan geomorfologi Peta lokasi pengamatan Peta litologi dan sebaran bahan galian golongan c Peta geologi dan peta panas bumi 9

Lanjutan Tabel 1.1. Perbandingan penelitian sejenis yang pernah dilakukan No Peneliti Judul Daerah Penelitian Metode Hasil 5 Irvan Nurrahman Ananda (2013) Fusi Citra LANDSAT 7 ETM+ dan Citra ASTER G-DEM untuk Identifikasi Zona Alterasi Hydrothermal di Sebagian Kalimantan Barat Kecamatan Ambalau Interpretasi visual bentuklahan, batuan (litologi), struktur geologi, Band Ratioing, teknik Fusi PC, teknik Fusi IHS, dan filtering. Peta zona alterasi Hydrothermal di sebagian Kalimantan Barat, Citra fusi hasil Band Ratioing, Citra fusi Principal Component (PC), Citra fusi Intensity, Hue, and Saturation (IHS), dan pemfilteran spasial 7 Ainil Mardhiah (2016) Pemanfaatan citra penginderaan jauh sebagai indikasi keberadaan alterasi hidrotermal di sebagian Kabupaten Pasaman Barat Sebagian Kabupaten Pasaman Barat Interpretasi visual citra penginderaan jauh Peta bentuklahan skala 1:120.000 Peta geologi skala 1:120.000 Peta keberadaan alterasi hirdotermal Analisis minerologi batuan. 10