II. TINJAUAN PUSTAKA. bangsa Portugis. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini telah lama dikenal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. grade industri dengan kadar alkohol %, netral dengan kadar alkohol 96-99,5

PENDAHULUAN Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

KAPANG. (By. Yetti Wira Citerawati SY) Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman jagung termasuk keluarga (famili) gramineae, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak revolusi industri pada tahun 1800-an, strategi efisiensi biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indutri. Pemanfaat jagung dalam bidang industri selain sebagai sumber

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai industri seperti makanan, minuman, kosmetik, kimia dan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBUATAN TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Nanas. Masyarakat Indonesia menkonsumsi nanas hanya 53%, dan sisanya masih

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung (Zea mays indurata Sturt) merupakan tanaman pangan penting kedua di Indonesia setelah padi, diduga pertama kali dikenalkan disini sejak abad 15 oleh bangsa Portugis. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini telah lama dikenal dan dibudidayakan sejak ribuan tahun silam oleh manusia. Seperti halnya tanaman singkong, suku bangsa di pedalaman Meksiko, Amerika Tengah dan Amarika Selatan membudidayakan tanaman jagung dan mengkonsumsi sebagai bahan pangan. Penjajah Spanyol yang menguasai daerah itu, dalam perkembangan selanjutnya memperkenalkan dan menyebarkan ke Eropa Barat, meliputi Spanyol, Italia dan Perancis. Sampai sekarang ketiga negara Latin itu merupakan produsen utama jagung di Eropa. Di Indonesia, jagung tersebar di berbagai kawasan dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara dan Selatan sampai Maluku. Daerah Jawa Timur merupakan 8 produsen utama jagung, sekitar 40% dari hasil nasional. Produksi jagung secara nasional, selama lima tahun terakhir rata-rata mencapai 9.740.600 ton, dengan lahan 3.750.000 ha dengan kenaikan 5,1%. Meskipun demikian, karena kebutuhan jagung terutama untuk bahan baku pakan ternak terus meningkat, Indonesia masih mengimpor jagung rata-rata 1-2 juta ton/tahun. Oleh karena itu, peningkatan produksi jagung merupakan salah satu program penting pemerintah dalam rangka swasembada pangan, baik secara ekstensifikasi (perluasan areal pertanaman) maupun intensifikasi (penggunaan bibit 4

unggul dan lain-lain). Provinsi Gorontalo, yang baru saja terbentuk, secara cepat mengantisipasi dengan program pembukaan lahan 100.000 ha untuk tanaman jagung, dan memprogramkan terbentuknya industri jagung terpadu pada 5 tahun kedepan (Mangunwidjaja, 2003) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Sistematika tanaman jagung menurut laporan Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2000) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus : Plantae (tumbuh-tumbuhan) : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) : Angiospermae (berbiji tertutup) : Monocotyledone (berkeping satu) : Graminae (rumput-rumputan) : Graminaceae : Zea Species : Zea mays L. Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji. a) Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan: 1. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna. 2. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu. 5

3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan. b) Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan: 1) Dent Corn, 2) Flint Corn, 3) Sweet Corn, 4) Pop Corn, 5) Flour Corn, 6) Pod Corn 7) Waxy Corn. Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2 (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000). 2.1.2 Komposisi Tongkol Jagung Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang jumlahnya terus meningkat. Bongkol jagung selain sifatnya sebagai limbah juga memiliki nilai kalori yang tinggi yaitu sebesar 3.500-4.500 Kkal/kg. Pemanfaatan tongkol jagung masih sangat terbatas. Kebanyakan limbah tongkol jagung hanya digunakan untuk bahan tambahan makanan ternak, atau hanya digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Komposisi tongkol jagung yaitu selulosa 40%, hemiselulosa 36%, lignin 16%, dan lain-lain 8% (Anonim, 2013). 6

2.2 Kapang Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Citerawati, 2012). 2.2.1 Sifat Fisiologis Kapang Menurut Citerawati (2012), kapang dalam kehidupannya membutuhkan beberapa komponen untuk mempertahankan hidupnya, seperti dibawah ini: 1. Kebutuhan air Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir. 2. Suhu pertumbuhan Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 C tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 C atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik. 7

3. Kebutuhan oksigen dan ph Semua kapang bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat pada kisaran ph yang luas, yaitu 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau ph rendah. 4. Makanan Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid. 5. Komponen penghambat Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen itu disebut antibiotik, misalnya penisilin yang diproduksi oleh Penicillium chrysogenum dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus. Pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan khamir dan bakteri. Oleh karena itu jika kondisi pertumbuhan memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, kapang biasanya kalah dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Tetapi sekali kapang dapat mulai tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan pembentukan miselium dapat berlangsung dengan cepat. 2.2.2. Rhizopus Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Selain itu kapang ini juga sering tumbuh pada sayuran dan buah- 8

buahan. Spesies Rhizopus yang sering tumbuh pada roti adalah R. stolonifer dan R.nigricans. selain merusak makanan, beberapa spesies Rhizopus juga digunakan dalam pembuatan beberapa makanan fermentasi tradisional, misal R. oligosporus dan R. oryzae yang digunakan dalam fermentasi berbagai macam tempe dan oncom hitam. Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah : a. Hifa non-septat b. Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua c. Sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid d. Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam e. Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir f. Tidak mempunyai sporangiola g. Membentuk hifa vegetative yang melakukan penetrasi pada substrat dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora h. Pertumbuhannya cepat membentuk miselium (Citerawati, 2012). 2.2.3 Rhizopus oryzae a. Morfologi dan Klasifikasi Rhizopus oryzae Klasifikasi Rhizopus oryzae menurut Anonim (2004) adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi Divisio : Zygomycota Class : Zygomycetes Ordo : Mucorales 9

Familia : Mucoraceae Genus : Rhizopus Species : Rhizopus oryzae Ciri-ciri dari Rhizopus oryzae adalah hifa bersepta dan tidak selalu bercabang, mempunyai stolon dan rhizoid yang berwarna gelap jika sudah tua. Sporangiospora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid. Sporangiumbesar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat, tidak mempunyai sporangiola. Pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas. Pertumbuhan seksual dengan membentuk zigospora, bersifat heterotalik dimana reproduksi seksual membutuhkan dua talus yang berbeda (Anonim, 2004). Rhizopus termasuk jamur berfilamen. Jamur berfilamen sering disebut kapang. Rhizopus merupakan anggota Zygomycetes. Anggota Rhizopus yang sering dipakai dalam proses fermentasi makanan adalah R. oligosporus dan R. oryzae. Kedua kapang ini sering digunakan dalam produk fermentasi di Indonesia. Kapang R. oryzae memiliki karakteristik sebagai berikut : miselia berwarna putih, ketika dewasa maka miselia putih akan tertutup oleh soprangium yang berwarna abu-abu kecoklatan. Hifa kapang R. oryzae tidak bersepta dan tidak berwarna (jernih/hialin). Hifa kapang terspesialisasi menjadi 3 bentuk, yaitu rhizoid, sporangiofor, dan sprorangium. Rhizoid merupakan bentuk hifa yang menyerupai akar (tumbuh ke bawah). Sprorangiofor adalah hifa yang menyerupai batang (tumbuh ke atas). Sporangium adalah hifa pembentuk spora dan berbentuk bulat, 10

ph optimum untuk Rhizopus oryzae adalah 2,5-7, Suhu pertumbuhan maksimun adalah 33-36 C dan suhu pertumbuhan optimum adalah ± 30 C (Rahmi, 2008). 2.3 Etanol Etanol adalah cairan bening, tidak berwarna, mudah menguap, memiliki aroma yang tajam, dan terasa pedih di kulit. Etanol dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi dan kosmetika (Hambali, 2007). Menurut Hambali (2007), berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade yaitu: a. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94% b. Netral dengan kadar alkohol 96-95,5%, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi c. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5% Beberapa komoditas pertanian yang mengandung karbohidrat seperti gula sederhana, pati, dan selulosa (seperti rumput, kayu pohon, jerami) merupakan sumber energi penting untuk fermentasi etanol. Sumber karbohidrat tersebut dapat diperoleh dari kultivasi tanaman sumber energi, tanaman potensial yang tumbuh secara alami, maupun limbah hasil pertanian (Putri, 2008). Komponen utama pada limbah pertanian dan industri yang digunakan untuk produksi etanol adalah lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa merupakan bahan utama produksi bioethanol untuk jangka panjang. Enzim yang berperan dalam 11

degradasi lignoselulosa adalah enzim yang bersifat selulolitik, hemiselulolitik dan lignolitik. Enzim utama yang berperan penting pada produksi etanol adalah enzim komplek yang mampu mendegradasi lignoselulosa. Prosuksi etanol sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan baku, jenis mikroorganisme dan kondisi fermentasi yang digunakan (Anindyawati, 2009). 2.4 Bahan Dasar Etanol Bioetanol atau etanol dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol antara lain ubi jalar, ubi kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasses (tetes tebu hasil samping produksi gula) dan aren (Mononutu, 2009 dalam Irfak, 2009). Bahan baku untuk produksi etanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana seperti tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) dan sagu (sago) (Bustaman, 2008). Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan etanol antara lain tanaman yang memiliki karbohidrat tinggi seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, tonggol jagung, jerami dan bagas (Anonim, 2013). 12

2.5 Hidrolisis Hidrolisis pada polisakarida merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya. Pada hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentosa (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam) dan enzimatik. Pada metode hidrolisis asam, biomassa lignoselulosa dihidrolisa dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Hidrolisis selulosa menjadi glukosa dapat dilakukan menggunakan cara kimiawi dan hayati. Hidrolisis dengan cara kimiawi menggunakan asam kuat, sedangkan dengan cara hayati menggunakan enzim murni atau mikroorganisme penghasil enzim selulase. Kendala yang dihadapi yaitu rendahnya laju hidrolisis karena adanya kandungan lignin dalam bahan lignoselulosa. Oleh karena itu dilakukan proses delignifikasi sebelum dihidrolisis. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H 2 SO 4 ), asam perklorat dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer (Isroi, 2008). Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim secara sederhana dilakukan dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis enzim selulase. Hidrolisis enzimatik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih rendah (suhu 13

rendah), berpotensi memberikan hasil yang tinggi dan biaya pemeliharaan peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif. Beberapa kelemahan dari hidrolisis enzimatik antara lain adalah membutuhkan waktu yang lebih lama, dan kerja enzim dihambat oleh produk. Di sisi lain harga enzim saat ini lebih mahal daripada asam sulfat, namun demikian pengembangan terus dilakukan untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi hidrolisis maupun fermentasi (Isroi, 2008). 2.6 Proses Fermentasi Etanol Etanol diperoleh dari hasil fermentasi bahan yang mengandung gula. Tahap inti produksi etanol adalah fermentasi gula, baik yang berupa sukrosa, maupun fruktosa oleh ragi atau yeast atau bakteri (Hambali, 2007). Pada proses ini, gula akan dikonversi menjadi etanol dan gas karbondioksida. C 6 H 12 O 6 > 2C 2 H 5 OH + 2C0 2 Gula etanol karbondioksida Menurut Lehninger, (1982) dalam Irfak, (2012) fermentasi alkohol merupakan pembentukan etanol dan CO 2 dari piruvat hasil glikolisis glukosa secara anaerobik. Pada tahun 1815, Gay-Lussac memformulasikan konversi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, sedangkan dengan respirasi aerob satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP Reaksinya : glikolisis 1. Gula (C 6 H 12 O 6 ) > asam piruvat 14

2. Dekarboksilasi asam piruvat yaitu piruvat yang dihasilkan dari pemecahan glukosa kehilangan gugus karboksilat oleh kerja piruvat dekarboksilase. Menurut Lehninger, (1982) dalam Irfak, (2012) reaksi ini merupakan dekarboksilasi sederhana dan tidak melibatkan oksidasi total piruvat dan bersifat tidak balik dalam sel. Asam piruvat > Asetaldehid + CO 2 Enzim piruvat dekarboksilase 3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol). Reaksinya : 2CH 3 CHO + 2NADH 2 > 2C 2 H 5 OH + 2NAD Enzim Alkohol dehidrogenase Sehingga reaksinya menjadi : C 6 H 12 O 6 > 2C 2 H 5 0H + 2CO 2 + 2NADH 2 + Energi Menurut Supriatin (2010) dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai 3 (tiga) karakteristik penting yaitu: 1. Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri. 2. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak supaya perubahanperubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi. 3. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai supaya produksi maksimum. 15

Menurut Supriatin (2010) juga berdasarkan sumber mikroorganisme, proses fermentasi dibagi 2 yaitu: 1. Fermentasi spontan, adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang baik secara spontan karena lingkungan hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas dan pertumbuhan bakteri asam laktat dirangsang karena adanya garam, contohnya pada pembuatan sayur asin. 2. Fermentasi tidak spontan, adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembangbiak secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan, contohnya pada pembuatan tempe dan oncom. 2.6.1 Tahap Pembuatan Etanol Menurut Hambali (2007), tahapan dalam pembuatan etanol ada 4 tahap yaitu: 1. Pada tahap persiapan, bahan baku padatan harus dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan gula sebelum akhirnya difermentasi menghasilkan etanol, sedangkan bahan bahan yang sudah dalam bentuk larutan gula seperti molase dapat langsung difermentasi 2. Tahap pemasakan meliputi proses liquifikasi dan sakarifikasi. Pada tahap liquifikasi dilakukan penambahan air dan enzim α-amylase atau ß-amylase. Proses dilakukan pada suhu 80-90 C. berakhirnya proses sakarifikasi ditandai 16

dengan parameter cairan seperti sup. Tahap sakarifikasi dilakukan dengan pada suhu 50-69 C. Enzim yang ditambahkan dalam proses ini adalah enzim glukomilase. Pada tahap sakarifikasi ini akan terjadi pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana 3. Tahap fermentasi merupakan tahap kedua dalam proses produksi etanol. Pada tahap ini terjadi pemecahan gula-gula sederhana menjadi etanol dengan melibatkan enzim enzim ragi. Fermentasi dilakukan pada kisaran suhu 27-32 C 4. Tahap berikutnya adalah pemurnian etanol. Tahap ini dilakukan melalui metode destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu diatas titik didih etanol murni yaitu kisaran 78-100 C. Produk yang dihasilkan pada tahap ini memiliki kemurnian hingga 96%. 2.6.2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Etanol Menurut Ansori, (1992) dalam Irfak, (2012) faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah : 1. Kadar Gula Fermentasi yang dilakukan oleh ragi mengubah glukosa menjadi etanol. Kadar etanol dipengaruhi oleh kadar glukosa. Kadar gula yang baik berkisar antara 14% hingga 18%. Apabila digunakan kadar gula lebih dari 18% akan mengakibatkan pertumbuhan ragi terhambat, waktu fermentasi lebih besar dan hanya sedikit gula yang dapat difermentasikan, sehingga hasil etanol yang diperoleh rendah. Begitu juga bila kadar gula kurang dari 14%, maka etanol yang dihasilkan juga rendah. 17

2. Suhu Akibat pengaruh suhu terhadap proses fermentasi ada 2 hal, yaitu secara langsung mempengaruhi hasil alkohol karena penguapan. Suhu yang baik untuk fermentasi berkisar antara 30 C hingga 33 C, karena kecepatan fermentasi akan bertambah sesuai dengan kenaikan suhu hingga suhu optimum. 3. Nilai ph (keasaman) Nilai ph optimum untuk proses fermentasi berkisar antara 4,5 hingga 5. Pada kondisi ini dapat dicegah pertumbuhan bakteri lain. Pada ph 3,0 proses fermentasi akan berkurang kecepatannya. 18