BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan metode statistik ekonometrik melalui pembangunan model regresi linier berganda. Hasilnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap IPM. Kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM, dan variabel tingkat pengangguran terbuka berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM Jawa Timur pada taraf signifikan 0.05. Baeti (2013), meneliti tentang pengaruh pengangguran, pertumbuhan ekonomi, serta pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap pembangunan manusia kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan metode statistik ekonometrik melalui pembangunan model regresi data panel. Hasilnya pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi serta alokasi pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Jawa Tengah. Mirza (2012), meneliti tentang pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap indeks pembangunan manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan metode statistik ekonometrik melalui pembangunan model regresi 6
7 data panel. Simpulan dari penelitiannya adalah variabel tingkat kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan belanja modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Jawa Tengah pada taraf 5%. Setiawan dan Hakim (2013), meneliti tentang desentralisasi pemereintahan, produk domestik bruto, pajak pendapatan, dan ECM terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan metode statistika ekonometrika. Hasilnya PDB berpengaruh positif terhadap IPM, PPN berpengaruh negative terhadap IPM, DD tidak berpengaruh secara positif terhadap IPM. Pramissela (2015), teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan metode statistika ekonometrika. Hasilnya upah minimum berpengaruh positif terhadap IPM, Belanja barang dan jasa berpengaruh positif terhadap IPM. B. Kajian Pustaka 1. Teori Pembangunan Manusia Menurut Todaro & Smith (2011), tiga nilai inti pembangunan yang menjadi acuan untuk memahami pembangunan sesungguhnya, yaitu: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, menjadi manusia seutuhnya, kemampuan untuk memilih. Menurut UNDP (dalam BPS, 2015), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur untuk mengetahui capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Dengan menggunakan skala 1 (pembangunan manusia terendah) hingga 100 (pembangunan manusia tertinggi). Unsur pembentuk IPM terdiri dari tiga komponen yaitu:
8 1) Dimensi kesehatan: umur panjang dan sehat (a long and healthy life). Dapat hidup lama dan sehat merupakan dambaan semua manusia. Untuk mengukur umur panjang seseorang dapat hidup berapa lama digunakan indikator Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH). 2) Dimensi pendidikan: pengetahuan (knowledge). Dari dimensi pendidikan diukur menggunakan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS), menggambarkan lamanya penduduk usia 7 tahun ke atas untuk bisa mendapatkan pendidikan normal dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), menggambarkan jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas untuk menempuh pendidikan formal. 3) Dimensi pengeluaran: standar hidup layak (decent standard of living). Dimensi ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi. Untuk menghitung paritas daya beli BPS menetapkan 96 komoditas kebutuhan pokok (Lampiran 1). Untuk menghitung tiga komponen dasar, UNDP dan disesuaikan oleh BPS menetapkan batas maksimum dan batas minimum (Lampiran 2). Perhitungan IPM digunakan metode rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran sebagai berikut: 3 IPM = I kesehatan I pendidikan I pengeluaran 100 Setiap wilayah memiliki tingkat kesehatan, pendidikan maupun kemampuan daya belinya. Untuk itu, pengelompokan nilai IPM sangat penting guna melihat perbedaan wilayah. IPM dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
9 Kategori IPM < 60 = IPM rendah Kategori 60 < IPM < 70 = IPM sedang Kategori 70 < IPM < 80 = IPM tinggi Kategori IPM > 80 = IPM sangat tinggi 2. Teori Pendapatan Nasional Suparmoko (2009), menjelaskan bahwa pendapatan nasional merupakan jumlah dari seluruh pendapatan dari proses menghasilkan barang dan jasa meliputi: upah, bunga, modal, sewa dan keuntungan. Selanjutnya produk domestik bruto digunakan untuk pengeluaran konsumsi, investasi dan ekspor. Gambar 2.1 menjelaskan hubungan aliran uang dan barang. Barang dan Jasa Pengeluaran uang untuk konsumsi Rumah Tangga Perusahaan Pendapatan: bunga, upah dan gaji, sewa, laba Faktor produksi: modal, tenaga kerja, tanah, alat-alat, keahlian Sumber : Suparmoko (2009) Gambar 2.1 Aliran Melingkar Uang dan Barang Pendapatan nasional dapat dihitung menggunakan pendekatan pengeluaran, artinya menjumlahkan pengeluaran seluruh unit ekonomi yang ada dalam perekonomian. Ada 4 (empat) macam unit yaitu: rumah tangga pengeluarannya disebut konsumsi (C), perusahaan pengeluarannya disebut investasi (I), pemerintah
10 pengeluarannya disebut pengeluaran pemerintah (G), luar negeri pengeluarannya merupakan selisih dari ekspor dan impor (X-M). 3. Teori Upah Menurut Pertambahan Produk Marginal Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa untuk memaksimumkan keuntungan, setiap pengusaha menggunakan faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang digunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal dari faktor produksi tersebut. Tingkat upah yang harus dibayar oleh pengusaha sebesar : W= P x MPL Teori ini didasarkan pada azas nilai pertambahan hasil marginal faktor produksi, dimana upah merupakan imbalan atas pertambahan nilai produksi yang diterima pengusaha dari pekerja. Artinya upah yang dibayarkan sesuai dengan nilai produksi yang dihasilkan oleh pekerja. Dalam teori penentuan upah di pasar tenaga kerja, upa dibagi 2 (dua) jenis yaitu: (1). Upah nominal merupakan jumlah yang diterima para pekerja sebagai balas jasa yang digunakan dalam proses produksi; (2). Upah Riil merupakan tingkat upah yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang dan jasa (Sukirno, 2014). 4. Teori Tenaga Kerja Permintaan dan penawaran tenaga kerja harus terjadi di pasar tenaga kerja agar mencapai keseimbangan pasar tenaga kerja. Bukan permintaan dan penawaran tenaga kerja secara individual oleh perusahaan dan seorang atau beberapa tenaga kerja. Jika permintaan tenaga kerja lebih banyak dari penawaran, maka keseimbangan pasar tenaga kerja tidak akan tercapai. Akan berakibat pada
11 timbulnya masalah pengangguran. Keseimbangan pasar tenaga kerja dan pengangguran akan dijelaskan pada kurva di bawah ini: W W1 W* A B Ns Nd Sumber : Suparmoko, 2009 Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Pengangguran Kurva pasar tenaga kerja horizontal menunjukkan jumlah tenaga kerja dan vertikal menunjukkan tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva Nd sedangkan penawaran tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva Ns. Perpotongan antara kurva Nd dan Ns menghasilkan tingkat keseimbangan upah W* dan jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan N*. Dalam kondisi ini perekonomian disebut telah mencapai kesempatan kerja penuh. Apabila kondisinya terbalik, tingkat upah misalnya setinggi W1 dan terlihat bahwa tenaga kerja yang diminta lebih besar daripada tenaga kerja yang diminta. Maka, kondisi perekonomian ini terjadi pengangguran (Suparmoko, 2009). 0 N1 N* N2 N Menurut kaum klasik perekonomian tidak mungkin mengalami pengangguran, sehingga perekonomian selalu dalam kondisi kesempatan kerja penuh. Hal ini disebabkan karena bila terdapat pengangguran, naja mereka yang tidak dapat pekerjaan akan bersaing termasuk dengan yang sudah bekerja dan akan
12 berakibat turunnya upah. Jika upah turun, maka perusahaan akan meminta tenaga kerja dan akhirnya akan tercapailah kembali kesempatan kerja penuh dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sebanyak N* dan pada tingkat upah sebesar W*. 5. Teori Kemiskinan a. Konsep Kemiskinan Kuncoro (2000), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Dengan menyoroti kemiskinan melalui 2 (dua) sisi, yaitu: 1) Kemiskinan Absolut. Penduduk yang termasuk dalam kategori ini adalah seluruh penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. 2) Kemiskinan Relatif. Kemiskinan ini dipandang dari ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima masyarakat. b. Penyebab Kemiskinan Kemudian Kuncoro (2000), menyinggung tentang masalah klasik yang menyebabkan kemiskinan di negara berkembang adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti distribusi pendapatan dengan kata lain terjadi ketimpangan. Hal tersebut berdasar pada siapa yang membuat pertumbuhan GNP, apabila orang kaya yang menyumbang pertumbuhan maka yang akan mendapat hasilnya juga hanya para orang kaya, sedangkan jika pertumbuhan GNP disumbang oleh banyak orang atau semua golongan masyarakat, maka hasilnya akan dirasakan secara merata dengan kata lain pendapatan terdistribusi secara merata. Kuznet (dalam Todaro, 2000), membuat hipotesis terkait distribusi pendapatan, yaitu kurva U terbalik (inverted U curve) yang artinya pada awal
13 pembangunan distribusi pendapatan semakin memburuk atau sangat tidak merata, namun pendapatan akan mengalami pemerataan atau membaik ketika pembangunan telah tumbuh pada titik tertentu (seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.3). 0.75 Koefisien Gini 0.50 0.35 0.25 0 Produk nasional bruto per kapita Gambar 2.3 Kurva Kuznet Berbentuk U Terbalik. Sumber : Todaro (2000:175) Sharp (dalam Kuncoro, 2000), memandang penyebab kemiskinan dari sudut ekonomi ada 2 (dua) penyebab, yaitu: 1) Kemiskinan muncul karena adanya ketimpangan sumber daya yang dimiliki sehingga berdampak pada distribusi pendapatan yang tidak merata. 2) Adanya kemiskinan karena perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kemudian penyebab utamanya adalah lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Pemikiran tersebut didasarkan oleh pendapat seorang ekonom yang bernama Ragnas Nurkse, berkata bahwa a poor country is poor because it is poor artinya negara miskin itu miskin karena dia miskin. Bentuk lingkaran setan kemiskinan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
14 Sumber : R. Nurkse (dalam Kuncoro, 2000:107) Gambar 2.4 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty). Gambar di atas menggambarkan bahwa perekonomian di negara berkembang dalam pembangunan ekonominya yang keterbelakangan, ketinggalan, pasar yang tidak sempurna, dan kekurangan modal berakibat pada produktivitas yang rendah. Kemudian dari karena produktivitasnya rendah, maka pendapatan yang diterima pun juga rendah. Apabila pendapatan yang diterima rendah, uang untuk menabung juga akan rendah. Adanya tabungan yang rendah mengakibatkan investasi juga ikut rendah pula. Dari rendahnya investasi maka akan kekurangan modal, susah untuk mengejar negara maju, dan akan semakin tertinggal. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan guna mengurangi kemiskinan ditujukan untuk memotong lingkaran kemiskinan. 6. Hubungan Antar Variabel a. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Setiawan dan Hakim (2013), produk domestik regional bruto memiliki hubungan positif dengan indeks pembangunan manusia. Artinya jika produk domestik regional bruto mengalami peningkatan, maka kualitas sumber daya manusia juga akan mengalami peningkatan. Dalam hal ini produk domestik
15 regional bruto sebagai control terhadap indeks pembangunan manusia. Artinya, PDRB melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah dialokasikan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan. b. Hubungan Upah Minimum dengan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Pramissela (2015), upah minimum memiliki hubungan positif dengan indeks pembangunan manusia. Jika upah minimum mengalami peningkatan, maka kualitas sumber daya manusia juga akan meningkat. Upah yang merupakan balas jasa ini sangat menunjang kelangsungan hidup individu. Besaran yang diterima pun harus dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup layak. Jika upah yang diterima kecil maka dapat dipastikan bahwa biaya pengeluaran untuk kebutuhan dasar sangat minim, belum termasuk biaya untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi. c. Hubungan Pengangguran dengan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Baeti (2013), pengangguran memiliki hubungan negatif dengan indeks pembangunan manusia. Karena jika pengangguran yang tinggi dapat mengurangi tingkat kemakmuran manusia. Jika pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan hingga banyak yang masuk dalam usia angkatan kerja, namun tidak terserap oleh lapangan pekerjaan. Maka, pengangguran merupakan pintu gerbang menuju menurunnya tingkat produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. d. Hubungan Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Mirza (2012), kemiskinan memiliki hubungan negatif dengan indeks pembangunan manusia. Artinya jika kemiskinan mengalami penurunan maka dapat dipastikan kualitas sumber daya manusia mengalami peningkatan. Masyarakat yang
16 berada dalam kemiskinan akan sulit mencapai titik kesejahteraan, apabila dilihat dari dimensi pendapatan, pendidikan dan kesehatan. 7. Kerangka Pikir Berdasarkan pada uraian yang telah dibahas pada landasan teori dan hubungan antar variabel, maka dapat gambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Produk Domestik Regional Bruto Upah Minimum Jumlah Pengangguran Indeks Pembangunan Manusia Jumlah Penduduk Miskin Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber : penulis C. Perumusan Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga produk domestik regional bruto, upah minimum, tingkat pengangguran, dan jumlah penduduk miskin berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur selama tahun 2010-2015.